Kondisi Orang Sombong di Yaumul Kiamat

Afrizal Sofyan, S.PdI, M.Ag Anggota MPU Aceh Besar

Kabarnanggroe.com – Manusia secara umum akan dibangkitkan setelah tiupan ash-sha’iq (tiupan yang mematikan), lalu Allah Swt menurunkan hujan yang membasahi bumi dan menumbuhkan jasad manusia dari tulang ekornya. Jasad-jasad manusia tumbuh seperti tumbuhnya sayuran yang disirami hujan. Demikian dijelaskan dalam kitab Syarhu Lum’at al I’tiqad, sebagaimana Allah Swt berfirman, “Dan Rabb yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS Zukhruf: 11)

Selanjutnya, Rasulullah saw memberitahukan umatnya, mereka akan dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan, lalu dikumpulkan di Padang Mahsyar, sebagaimana sabda beliau dari sabahat ‘Abdullah ibnu ‘Abbas r.a, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dikumpulkan menuju Allah Ta’ala dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” ‘Aisyah r.a bertanya, “Apakah laki-laki dan wanita saling melihat satu sama lain?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Keadaannya jauh lebih berat dari sekedar melihat satu sama lain.” (HR Bukhari, no 3349 dan Muslim no 2860).

Secara umum, manusia akan dibangkitkan sebagaimana yang didiskripsikan oleh Rasulullah saw, namun ada sebagian orang yang Allah Swt bangkitkan dengan kondisi berbeda, diantaranya orang yang sombong di dunia.

Kondisi Orang Sombong

Orang sombong dalam kehidupan dunia akan dibangkitkan dalam bentuk manusia yang berukuran kecil sebesar semut, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang dikutip dalam kitab Adabul Mufrad, “Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan). (HR Bukhari)

Bahkan, dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ûd r.a, orang sombong tidak akan ditempatkan di surga Allah Swt. Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?).” Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya Allah Swt Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. (HR Muslim no 2749)

Penyebab Sombong

Kesombongan (al-kibr) sebagaimana yang Rasulullah jelaskan, adalah melihat dirinya sendiri melebihi al-haq (kebenaran) dan al-khalq (makhluk; orang lain). Jadi, orang sombong adalah yang melihat dirinya di atas orang lain dalam sifat kesempurnaan, sehingga meremehkan atau merasa lebih baik dari orang lain.

Seseorang tidak akan meremehkan orang lain, kecuali meyakini dirinya memiliki sifat-sifat yang sempurna. Imam Al Ghazali dalam kitabnya kitab Ihya’ Ulumuddin menjelaskan, penyebab orang berprilaku sombong yaitu karena ilmu, amal ibadah, dan keturunan (nasab). Penyebab lainnya, ketampanan atau kecantikan, harta, kekuatan dan kekuasaan (jabatan), serta banyaknya pengikutnya atau penolongnya.

Pamer Ciri Kesombongan

Syekh Muhammad Shaleh al Munajjad dalam kitabnya Mufsidatul Qulub menjelaskan, Islam memperbolehkan seseorang menampakkan kenikmatan yang diberikan Allah Swt, namun harus dilandasi rasa syukur, bukan untuk pamer dan niat menyombongkan diri. Suka pamer adalah salah satu tanda paling mencolok dari orang sombong, dengan menampilkan segala sesuatu yang dimiliki dengan niat menyombongkan diri.

Rasulullah saw mengingatkan umatnya yang suka pamer dengan kehancuran dan kebinasaan di hari kiamat. Melalui hadist dari sahabat Abu Hurairah r.a yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, An-Nasa’i, Imam Ahmad dan Baihaqy: “Ada seorang mujahid, alim (berilmu), dan dermawan ditempatkan di neraka Allah Swt Bukan surgaNya”.

Orang pertama dipanggil menghadap Allah Swt merupakan seorang pria yang mati syahid. Ketika di hari perhitungan, Allah pun bertanya, “Apa yang telah kamu perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid.”

Allah swt pun menyangkalnya, “Kamu telah berdusta. Kamu berperang agar namamu disebut manusia sebagai pahlawan, pejuang dan orang yang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian.” Mujahid itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke jahannam.

Orang kedua pun dipanggil. Ia seorang alim ulama yang mengajarkan manusia Alquran. Seperti orang pertama, Allah Swt bertanya hal yang sama, “Apa yang telah engkau perbuat berbagai nikmat itu?”

Sang ulama menjawab, “Saya telah membaca, mempelajari dan mengajarkan manusia Alquran karena Engkau.” Allah Swt berfirman, “Kamu berdusta. Kamu mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim (dimuliakan, dihormati dan diagung-agungkan di kalangan manusia) dan kamu membaca Alquran agar kamu disebut sebagai seorang qari.” Sang alim ulama pun menyusul si mujahid, masuk ke neraka.

Orang ketiga pun dipanggil. Kali ini seorang yang sangat dermawan. Sang dermawan dianugerahi Allah Swt harta yang melimpah. Allah Swt pun menanyakan tangungjawabnya atas nikmat itu, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmatKu.”

Sang dermawan menjawab, “Saya tidak pernah meninggalkan sedekah dan infak di jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau,” jawabnya.

Dia pun tak jauh beda dengan dua orang sebelumnya. “Kamu berdusta,” firman Allah Swt. “Kamu melakukannya karena ingin disebut sebagai seorang dermawan. Dan begitulah yang dikatakan orang-orang tentang dirimu,” firmanNya. Sang dermawan yang riya ini pun diseret dan dilempar ke neraka, bergabung dengan dua temannya yang juga menyimpan sifat riya di hati.

Di mata manusia, ketiganya memang merupakan seorang yang taat beribadah dan diyakini akan menjadi penghuni surga, namun ketiganya di hadapan Allah Swt sangat hina, karena niatnya untuk menampakkan kepada orang lain, sementara Allah Swt Maha mengetahui segala isi hati hamba-Nya. Semoga Allah Swt melindungi kita dari sifat angkuh dan sombong. (editor: smh)

*Teks Khutbah Jumat di Masjid Istiqamah Baet, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar, 28 Oktober 2022/3 Rabiul Akhir 1444 H