Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Banda Aceh, memasang water barrier sebagai solusi sementara untuk membagi ruas perlintasan alternatif dari jalan utama, dan mencegah masuknya kendaraan dari kedua sisi, sebelum pemasangan batas jalan permanen dilakukan, Rabu (6/9/2023).
Dalam pengalihan lalu lintas dan mengatur arus kendaraan, penggunaan water barrier tersebut mencerminkan komitmen Dishub Banda Aceh untuk meningkatkan infrastruktur lalu lintas demi keamanan dan kelancaran transportasi bagi warga kota.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh Wahyudi SSTP MSi melalui Kepala Bidang Pembinaan, Pengawasan Keselamatan
Dishub Kota Banda Aceh, Aqil Perdana Kesumah SH MH mengatakan, penggunaan water barrier hanya bersifat sementara, dan umumnya penggunaan water barrier berlangsung dari tiga hari hingga sepekan.
“Penggunaan water barrier hanya untuk sementara saja sebagai rekayasa lalu lintas, untuk jangka penggunaannya tergantung kebutuhan,” ucap Aqil.
Aqil menerangkan, untuk meningkatkan keamanan lalu lintas dan mencegah potensi insiden di jalan raya, Dishub Banda Aceh dan Ditlantas Polresta Banda Aceh mengambil langkah tegas dengan mencegah masuknya kendaraan dari kedua sisi jalan. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan dan kemacetan yang sering terjadi akibat pelanggaran aturan lalu lintas.
Kemudian, pemberlakuan larangan masuk dari kedua sisi jalan di beberapa jalan utama sering kali menjadi titik rawan pelanggaran. Kendaraan sekarang diharuskan untuk mematuhi tanda-tanda dan marka jalan yang jelas, serta yang menunjukkan larangan masuk dari kedua sisi jalan. Ini mencakup jalan raya dengan konfigurasi dua arah yang sebelumnya memungkinkan masuk dari kedua sisi.
“Kami ingin mengingatkan semua pengemudi untuk mematuhi aturan lalu lintas yang ada demi keamanan bersama. Pemberlakuan larangan masuk dari kedua sisi jalan adalah langkah penting untuk mengurangi risiko kecelakaan dan kemacetan lalu lintas di titik-titik rawan,” jelasnya.
Selain itu, untuk meningkatkan mobilitas dan mengurangi kemacetan lalu lintas, Dishub Kota Banda Aceh memperkenalkan sejumlah rute alternatif untuk memudahkan perlintasan dari jalan utama, dengan harapan dapat memberikan solusi bagi para pengguna jalan yang terjebak dalam kemacetan lalu lintas di jalan utama.
Menurut Aqil, pemasangan water barrier juga merupakan bagian dari upaya pemberitahuan kepada masyarakat terkait perubahan jalur lalu lintas. Pemasangan batas jalan permanen akan menjadi langkah selanjutnya, dalam upaya mengoptimalkan lalu lintas dan mengurangi kemacetan di Banda Aceh.
“Sebelum diterapkan pengalihan permanen, ini bisa jadi tanda pemberitahuan kepada masyarakat bahwa akan adanya perubahan akses lalu lintas,” jelasnya.
Aqil Perdana Kusuma menuturkan, penggunaan water barrier juga bagian dari upaya dalam mengatasi situasi tertentu yang memerlukan penanganan cepat, sehingga menjadi solusi yang fleksibel dalam mengatur lalu lintas.
“Karena water barrier ini berbahan plastik, lebih mudah digunakan, dan agar tidak mudah dipindahkan, cukup di isi dengan air,” kata Aqil.
Kabid Pembinaan, Pengawasan dan Keselamatan mengungkapkan, dalam upaya untuk meningkatkan persiapan dan keamanan masyarakat dalam situasi darurat, pemerintah setempat telah memutuskan untuk melakukan peletakan water barrier di jalur evakuasi utama di beberapa lokasi. Tindakan ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya kekhawatiran terkait kejadian darurat dan bencana alam.
“Peletakan water barrier di jalur evakuasi merupakan bagian dari strategi keselamatan yang komprehensif,” kata Aqil.
Selain itu, Aqil menyebutkan, untuk memastikan bahwa jalan terbebas dari kendaraan bermotor, penggunaan water barrier juga kerap diterapkan saat penyelenggaraan car free day pada hari libur. Kesempatan tersebut dikhususkan bagi masyarakat untuk menikmati jalan-jalan utama tanpa kendaraan bermotor, mendorong gaya hidup sehat, dan mempromosikan mobilitas berkelanjutan.
“Untuk membatasi akses jalan yang terbebas dari kendaraan, kita juga meletakkan water barrier di lokasi utama pelaksanaan jalan santai dan sepeda santai,” imbuhnya.
Aqil menambahkan, untuk memperkuat sistem evakuasi darurat dan meningkatkan keamanan masyarakat, water barrier juga diletakkan pada lokasi tertentu yang hanya dibuka saat terjadinya bencana alam sebagai alternatif jalur evakuasi.
“Dalam situasi darurat, proses evakuasi dapat berjalan dengan baik, cepat, dan aman. Ini adalah tindakan pencegahan yang penting,” paparnya.

Sementara itu, Aqil Perdana Kusuma menyebutkan, dari beberapa alat rekayasa lalu lintas, traffic cone merupakan alat yang lebih mudah digunakan jika dibandingkan dengan water barrier. Kemudahannya selain memiliki bobot yang ringan, juga lebih mudah disusun dan dibawa dengan jumlah yang lebih banyak ke lokasi yang membutuhkan pengaturan jalur lalu lintas.
“Traffic cone memang lebih mudah digunakan jika dibandingkan water barrier, namun dalam kegunaan antara kedua alat rekayasa tersebut pada dasarnya berbeda,” terangnya.
Kabid Pembinaan, Pengawasan dan Keselamatan Dishub Banda Aceh mengungkapkan, beberapa kegunaan traffic cone dalam rekayasa lalu lintas di antaranya, pengalihan lalu lintas, pemberian petunjuk, pembatasan jalur, dan pengendalian parkir.
“Penggunaan traffic cone ini juga bersifat sementara, dan itu pun dilihat dari kondisi tertentu,” pungkasnya.(WD/*)