Sikat Gigi Terlalu Sering Bisa Berbahaya, Ini Penjelasan Dokter

Ilustrasi - Siswa mengikuti kegiatan sikat gigi massal dalam peringatan Hari Kesehatan Gigi Nasional di SDN Tanjungrejo 5, Mergan, Malang, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww/am.

Kabarnanggroe.com, Jakarta — Menyikat gigi terlalu sering atau terlalu keras justru bisa merusak gigi. Hal ini disampaikan oleh drg. R Jarvi A Safitri, Sp.KG, Dokter Spesialis Konservasi Gigi dari RSUD Bakti Pajajaran (RSUD Cibinong), dalam sebuah diskusi daring pada Jumat, 13 Juni 2025.

Menurut Safitri, banyak orang salah kaprah soal menyikat gigi. “Mau lima kali sehari sikat gigi, tapi kalau tekniknya salah tetap tidak efektif. Malah bisa merusak,” ujarnya.

Ia menyarankan menyikat gigi cukup dua kali sehari, yakni pagi setelah sarapan (sekitar 30–60 menit kemudian) dan malam sebelum tidur. Kebiasaan menyikat gigi sebelum sarapan, atau ngemil lagi setelah sikat gigi malam hari, sebaiknya dihindari karena bisa memicu pembentukan asam yang merusak enamel gigi.

Safitri juga mengingatkan, menyikat gigi terlalu keras atau terlalu sering dapat menyebabkan abrasi gigi, yaitu pengikisan lapisan gigi akibat tekanan mekanis yang berlebihan dari bulu sikat. “Itu bisa membuat gigi makin sensitif bahkan berlubang,” katanya.

Selain sikat gigi, ia menyarankan untuk rutin melakukan scaling atau pembersihan karang gigi setiap enam bulan sekali. Langkah ini penting untuk menghilangkan plak yang mengeras dan mencegah gangguan pada gusi seperti gusi berdarah.

Terkait obat kumur, Safitri mengimbau penggunaannya tidak berlebihan. “Obat kumur bisa menyegarkan mulut dan mengatasi iritasi ringan, tapi jangan digunakan lebih dari dua minggu berturut-turut,” jelasnya. Sebab, kandungan alkohol tinggi di sebagian produk dapat menyebabkan mulut kering, yang justru mengurangi produksi air liur.

“Air liur itu penting untuk membersihkan mulut secara alami. Kalau kering, bakteri mudah berkembang dan bisa menimbulkan infeksi,” pungkasnya.