Kemdikbudristek Galakkan Kembali Lagu Anak Melalui Program “Kita Cinta Lagu Anak”

Pentas Musik Sahabat Anak Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). ANTARA/Aris Wasita/aa.

Kabarnanggroe.com, Solo – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) berinisiatif untuk mengembalikan kepopuleran lagu-lagu anak dalam masyarakat melalui program baru yang mereka sebut “Kita Cinta Lagu Anak” (KILA).

Edi Irawan, Ketua Tim Kerja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemdikbudristek, mengungkapkan bahwa selama dua dekade terakhir, mulai dari tahun 2000 hingga 2020, lagu-lagu khusus anak seakan-akan mengalami kemerosotan. “Kami seolah-olah kehilangan arah dalam menciptakan lagu-lagu anak, penata musik, dan idola, terutama setelah Tasya jarang terlihat,” katanya dalam acara Pentas Musik Sahabat Anak Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Kamis kemarin.

Ia menambahkan bahwa meskipun banyak penyanyi anak baik dari tingkat lokal maupun nasional, sebagian besar dari mereka terlihat menyanyikan lagu-lagu yang tidak sesuai dengan usia mereka. Contohnya adalah lagu “Ojo Dibandingke” yang tidak memiliki nilai edukasi atau literasi yang sesuai.

Sebagai tanggapan terhadap keprihatinan tersebut, Kemdikbudristek membentuk Direktorat Perfilman, Musik, dan Media untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan dari pembentukan direktorat tersebut adalah untuk memajukan perfilman nasional dan industri musik nasional.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penciptaan, perekaman, dan pementasan lagu anak. Mereka menyelenggarakan lomba cipta lagu anak dengan dua kriteria usia, yakni 3-7 tahun dan 8-13 tahun, serta segmentasi yang berbeda untuk PAUD, SD, dan SMP.

Selain itu, Kemdikbudristek juga mendorong kalangan pemusik untuk membuat aransemen musik yang sesuai dengan lagu-lagu anak melalui lomba aransemen yang dimotori oleh Dian HP dan Purwacaraka.

Menurut Edi Irawan, Indonesia memiliki banyak penyanyi yang berbakat, dan setiap tahunnya para pemenang lomba tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bukan hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga dari Medan, Makassar, Padang, Lampung, dan lainnya.

Namun, ia mengakui bahwa tantangan yang dihadapi saat ini adalah minimnya minat dari pelaku bisnis dalam industri musik anak-anak. Investasi dalam lagu anak belum tentu menghasilkan omzet sebesar industri musik lainnya, sehingga diperlukan intervensi dari pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang mendukung. “Ketika ekosistem sudah terbentuk, masyarakat akan memiliki kebutuhan akan lagu anak,” katanya.

Edi Irawan juga menilai bahwa sangat disayangkan apabila anak-anak hanya terpaku pada lagu-lagu K-Pop, dan ia memperingatkan bahwa lagu memiliki kekuatan untuk mengubah segalanya. Oleh karena itu, program “Kita Cinta Lagu Anak” diharapkan dapat mengembalikan minat masyarakat terhadap lagu-lagu anak dan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak-anak Indonesia.