Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Perwakilan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Aceh, menggelar Energy Meet Up Multiplier Effect Hulu Migas, dengan sejumlah awak media di Station Coffee, Jalan Soekarno-Hatta, Banda Aceh, Jumat (26/09/2025).
Acara yang dimaksudkan sebagai wadah literasi, dialog, dan peningkatan kapasitas bagi media itu diselenggarakan atas kerja sama SKK Migas Sumbagut dengan sejumlah KKKS yang beroperasi di Provinsi Aceh, termasuk Harbour Energy, PHE NSO, dan Mubadala Energy dari Uni Emirat Arab.
Kegiatan ini penting karena industri hulu migas berperan besar dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus menyumbang penerimaan negara.
Dalam konteks itulah, jurnalis memegang peran strategis tidak hanya menyampaikan informasi yang akurat dan berimbang, tetapi juga membantu menerjemahkan kompleksitas proses kerja serta istilah teknis migas menjadi bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Mengusung tema “Multiplier Effect Hulu Migas”, kegiatan yang dipandu oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Nasir Nurdin, menghadirkan dua narasumber utama masing-masing Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut, Yanin Kholison, dan Ruli Darma Putra dari Mubadala Energy.
Mereka memaparkan peran industri migas tak hanya sebagai penyumbang penerimaan negara, tetapi juga memberikan dampak berganda (multiplier effect) yang sangat luas secara langsung bagi pembangunan ekonomi nasional maupun daerah.
Menggerakkan Ekonomi Daerah
Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut, Yanin Kholison, menjelaskan bahwa multiplier effect tersebut hadir dalam berbagai bentuk, yang manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat.
“Industri hulu migas bukan hanya soal energi. Lebih dari itu, migas menggerakkan ekonomi daerah, membuka lapangan kerja, memberdayakan masyarakat, dan memperkuat kerja sama dengan pemerintah daerah serta pelaku usaha lokal,” ungkap Yanin.
Kontribusi sektor ini cukup signifikan selain sebagai penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu, ribuan tenaga kerja lokal terserap, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh di sekitar wilayah operasi, dan pasokan gas bumi menopang kebutuhan listrik PLN di berbagai daerah.
Di wilayah kerja SKK Migas Sumbagut yang meliputi Aceh, Riau, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Kepulauan Riau, manfaatnya bahkan lebih terasa.
Dampak ekonomi juga tercermin dari Dana Bagi Hasil (DBH) Migas yang disalurkan ke berbagai kabupaten/kota penghasil migas di Riau, Aceh, dan Sumatra Utara. Dana tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur, memperkuat layanan publik, serta mendukung sektor pendidikan.
Multiplier effect semakin nyata dengan hadirnya Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Program ini meliputi beasiswa pendidikan, pelatihan kerja, serta dukungan bagi UMKM lokal.

Dengan demikian, keberadaan industri hulu migas bukan hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga mendorong pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan di daerah.
“Harapan kami, manfaat dari multiplier effect migas ini bisa semakin dirasakan oleh masyarakat luas. Migas adalah milik bangsa, dan hasilnya harus memberi kesejahteraan sebesar-besarnya bagi rakyat,” tutup Yanin Kholison.
Harapan serupa juga diungkapkan Ruli Darma Putra dari Mubadala Energy dalam sesi diskusi yang berlangsung selama satu jam.
Pada kesempatan tersebut SKK Migas Sumbagut memberikan apresiasi dan penghargaan kepada 10 media yang telah berkontribusi pada acara ini.
SKK Migas Sumbagut juga memberikan hadiah uang tunai masing-masing sebesar Rp 500 ribu kepada tiga pemenang Mini Writing Competition dengan tema “Manfaat Kehadiran Industri Hulu Migas bagi Pertumbuhan Ekonomi Provisi Aceh”.
Acara Energy Meet Up dengan sejumlah awak media ditutup dengan makan siang dan sesi foto bersama. (Ask/Why)