Kabarnanggroe.com, Sebagai umat muslim wajib hukumnya menyakini adanya hari akhir atau kiamat sebagaimana yang tercantum dalam salah satu rukum iman, dan salah satu fase hari kiamat adalah yaumul hisab. Bagaimana hisab berlangsung dan seperti apa umat manusia di yaumul hisab.
Hisab berarti perhitungan, atau istilah yang sering digunakan adalah audit, yaitu Allah Swt mengaudit manusia untuk mengklasifikasikan mana amalan kebaikan dan mana amalan keburukan (maksiat yang dilakukan manusia).
Dalam kitab Syarhu al Aqidah al Wastithiyah Syekh Muhammad Bin Sholeh al-Utsaimin mengambarkan Yaumul hisab seperti pengadilan di dunia yang merupakan keadilan yang sempurna, karena hisab pada hari itu dibangun diatas kaidah-kaidah yang pokok. yaitu, pertama, dibangun di atas keadilan, tidak ada kezaliman sama sekali. Kedua, Seseorang tidak ada yang menanggung dosa orang lain. Ketiga, para hamba diperintahkan untuk melihat catatan amalnya.
Keempat, dihadirkan para saksi banyak sekali, di antaranya adalah, Allah Swt, , Para rasul. Umat Nabi Muhammad saw akan menjadi saksi bagi umat-umat yang lain. Kemudian Para malaikat dihadirkan sebagai saksi. Disamping itu bumi juga menjadi saksi.seseuai dengan firman Allah Swt,“Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya.” (QS. Al-Zalzalah: 4)
Selanjutnya anggota tubuh manusia juga menjadi saksi, tangan, kaki, dan bahkan kulit. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Yasin: 65). Adapun untuk kulit termaktub dalam surat (QS. Fushshilat: 21). Inilah semua saksi-saksi yang dihadirkan oleh Allah Swt pada saat hari persidangan (hisab) tersebut.
Cara Perhitungan Amal
Dalam kitab Syarah Lum’atil I’tiqaad dijelaskan cara penghitungan amal manusia pada yaumul hisab, yaitu, Pertama, perhitungan pahala dan dosa. Pahala kebaikan pada hari itu akan dilipat gandakan minimal sepuluh kali lipat, adapun dosa hanya dikali satu saja. Allah Swt berfirman,“Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi).” (QS. Al-An’am: 160).
Dalam kondisi hisab pada hari yang sangat dahsyat pun Allah Swt sangat pemurah, karena perhitungan Allah Swt sangat tidak berimbang. Masalah kebaikan Allah Swt minimal lipat gandakan sepuluh kali lipat, bahkan bisa sampai 700 kali lipat, dan bisa lebih daripada itu, adapun dosa hanya satu kali lipat saja. Oleh karenanya jika seseorang kelak akhirnya binasa pada saat hisab, maka sesungguhnya dosa yang dia lakukan sangatlah besar dan parah.
Kedua, sebagian orang ada yang dosanya dihitung sebagai kebaikan. Di antara rahmat Allah Swt, ada sebagian orang yang berbuat dosa, namun dosa-dosanya Allah Swt jadikan sebagai kebaikan. Allah Swt berfirman dalam surah Al-Furqan tentang orang-orang yang bertaubat, “Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 70).
Perakara yang Dihisab
Dalam kitab an Nihayah fi al Fitan wa al Malahim, Imam Ibnu Katsir mengambarkan secara umum cara Allah Swt menghisab hambaNya dalam dua perkara, yaitu amal-amal perbuatan dan tentang nikmat-nikmat yang didapatkan:
Pertama, ditanya tentang amal perbuatan
Allah Swt berfirman tentang seorang hamba akan ditanya tentang amal perbuatannya, “Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.” (QS. Al-Hijr: 92-93)
Diantara amal perbuatan yang akan ditanya adalah tentang ibadahnya khususnya shalat. Hadist dari sahabat Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda,” Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah Shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Swt berfirman, “Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i).
Perbuatan kesyirikan juga akan dihisab. Sebagaimana Allah Swt berfirman,“Dan dikatakan kepada mereka, ‘Di mana berhala-berhala yang dahulu kamu sembah selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?’.” (QS. Asy-Syu’ara: 92-93)
Selanjutnya tentang janji. Seperti firman Allah Swt, “Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya (akan ditanya).” (QS. Al-Isra’: 34). Ketika seseorang yang berjanji, baik dia berjanji kepada Allah Swt atau kepada sesama manusia, maka dia pasti akan ditanya oleh Allah Swt tentang janjinya tersebut.
Allah Swt juga akan menghisab Tentang penglihatan, pendengaran, dan amalan hati. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya (akan ditanya).” (QS. Al-Isra’: 36)
Semua yang pernah dilihat, didengar dan yang dipikirkan akan ditanya oleh Allah Swt, begitupun dengan amalan hati, cakupannya sangat luas. Di antaranya seperti riya’, su’udzan, tawakal, ikhlas, sabra, rasa kesombongan dan yang lainnya. Sebagaimana Allah Swt berfirman, “Hanya milik Allah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu menampakkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (al-Baqarah: 284).
Intinya, kita semua akan ditanya tentang amalan-amalan kita. Adapun bentuk amalan di atas hanyalah sebatas perincian yang datang dalam dalil-dalil.
Kedua, tentang nikmat
Hal ini berdasarkan firman Allah Swt,“Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (dunia).” (QS. At-Takatsur: 8)
Semua nikmat tentunya akan ditanya oleh Allah Swt, ada beberapa riwayat tentang perincian sebagian nikmat yang akan ditanyakan. Di antaranya seperti dalam hadits Nabi Saw tentang empat perkara,“Kaki anak Adam tidaklah bergeser pada hari Kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal (Asalnya hanya ada empat perkara saja, namun disebut lima karena dalam hadits ini dibedakan antara asal memperoleh harta dan tujuan dibelanjakannya.
Adapun dalam riwayat-riwayat yang lain keduanya digabungkan menjadi satu perkara); tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan ke mana dia infakkan dan tentang apa yang telah dia lakukan dengan ilmunya.”( HR. At-Tirmidzi).
Intinya, kita semua akan ditanya oleh Allah Swt tentang nikmat-nikmat ini. Dan tentu bukan hanya nikmat ini saja, akan tetapi semua nikmat yang kita dapatkan akan ditanyakan oleh Allah Swt.
Semoga Allah Swt memberikan kita semua petunjukNya dalam menjalani kehidupan dunia ini sehingga kita dapat melalui fase hisab ini dengan selamat.