Salihin, Dari Brigadir Bersih ke Wakil Ketua DPRA

*Tetap Setia pada Rakyat

Salihin, Wakil Ketua III DPRA dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Nama Salihin mungkin tak sering terdengar di panggung politik nasional, namun di Aceh, ia dikenal sebagai sosok bersahaja yang konsisten membela rakyat. Dari latar belakang sebagai anggota kepolisian, kini Salihin menjabat sebagai Wakil Ketua III Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), membidangi kesejahteraan rakyat.

Lahir dari keluarga petani di pedalaman Aceh, Salihin tumbuh dengan nilai-nilai kesederhanaan dan kejujuran. “Ayah saya hanya petani, ibu saya juga. Kami tidak punya banyak, tapi kami punya nilai. Itu cukup,” ujarnya, di Banda Aceh, Sabtu (12/4/2025).

Kariernya di kepolisian dimulai dari bawah, bertugas selama lebih dari 12 tahun tanpa catatan pelanggaran. Ia dikenal sebagai “brigadir bersih” yang dekat dengan masyarakat. Namun, dorongan untuk berbuat lebih besar membuatnya memutuskan mundur dari kepolisian pada usia 31 tahun.

“Saya ingin lebih dekat dengan rakyat dan ikut mengubah sistem, bukan hanya menegakkan hukum,” jelasnya.

Salihin kemudian maju sebagai calon legislatif dari PKB di Dapil IV Aceh pada Pemilu 2019. Tanpa baliho besar atau kampanye mahal, ia justru mendapat kepercayaan rakyat lewat kerja nyata. Ia kembali terpilih pada Pemilu 2024 dan dipercaya menduduki jabatan strategis di DPRA.

“Saya tidak banyak janji. Saya kerja, dan rakyat tahu itu,” katanya singkat.

Di parlemen, Salihin fokus memperjuangkan isu-isu kesejahteraan rakyat, khususnya pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial. Ia dikenal aktif membantu pasien kurang mampu, menyediakan rumah singgah di Banda Aceh, serta memperjuangkan pembangunan rumah sakit regional.

“Saya tahu rasanya tidak punya uang untuk berobat. Karena itu, saya ingin rakyat tidak harus menghadapi itu sendirian,” tegasnya.

Dalam bidang pendidikan, ia mendorong pemerataan akses dan perhatian tidak hanya pada sekolah umum, tapi juga pesantren dan dayah. “Bangsa bisa bangkit jika gurunya masih ada. Pendidikan adalah kunci perubahan,” ujarnya.

Meski menjabat posisi penting, gaya hidup Salihin tak berubah. Ia tetap tinggal di rumah sederhana, mengelola kebun sendiri, dan membuka pintu bagi siapa pun yang ingin bertamu.

“Di kebun saya belajar sabar. Kita menanam, lalu pasrah. Seperti hidup ini,” ucapnya.

Sebagai Wakil Ketua DPW PKB Aceh, Salihin juga dikenal rendah hati dan menghindari pencitraan. “Kalau kerja kita bermanfaat, orang akan tahu. Kalau tidak, kamera pun tak bisa menolong,” tutupnya.

Salihin menjadi bukti bahwa jabatan tak harus mengubah seseorang. Ia tetap menjadi pemimpin yang turun ke lapangan, mendengar langsung suara rakyat, dan menjadikan kekuasaan sebagai alat untuk melayani, bukan dilayani. (Wahyu Desmi/*)