Pembina Kosawis Saree Minta Pemerintah Bangkitkan Kembali KINAK Saree

Suasana Pasar Tani Saree, Aceh Besar, beberapa waktu lalu. FOTO/ MUHAMMAD T IS

Kabarnanggroe.com, Kota Jantho — Tokoh penggerak wisata dan pembina Komunitas Sadar Wisata (Kosawis) Saree, Muhammad SP MP, menyerukan agar pemerintah Aceh dan Kabupaten Aceh Besar segera mengambil langkah strategis untuk membangkitkan kembali Kawasan Industri Peternakan (KINAK) Saree. Ia menilai, potensi besar yang dimiliki kawasan Saree selama ini belum tergarap optimal, padahal wilayah itu memiliki sejarah panjang sebagai pusat industri peternakan dan pertanian di Aceh.

Menurut Muhammad, Saree merupakan daerah dengan kekayaan alam yang luar biasa — hasil pertanian melimpah, udara sejuk, serta daya tarik wisata berbasis alam dan pertanian yang sangat potensial. Namun, kondisi di lapangan kini menunjukkan sebaliknya.

“Saree ini sebenarnya negeri kemakmuran. Alamnya indah, udaranya sejuk, hasil pertaniannya melimpah. Tapi pengembangan dan pengelolaannya masih jauh dari maksimal,” ujar Muhammad di Saree, Aceh Besar, Sabtu (18/10/2025).

Ia mengungkapkan, banyak potensi lokal yang belum dikembangkan secara modern dan berkelanjutan. Produk khas Saree seperti keripik singkong, tape ubi, dan alpukat unggulan belum memiliki nilai tambah yang memadai karena kurangnya inovasi dalam pengemasan dan pemasaran.

“Kripik Saree belum punya pasar yang luas, kemasannya pun masih sederhana. Begitu juga tape ubi dan alpukat Saree, produksinya banyak, tapi masih dijual di sekitar Aceh Besar dan Banda Aceh saja,” jelasnya.

Muhammad menyoroti lemahnya sinergi antar lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada di Saree, seperti SMK-PP Negeri Saree, Balai Diklat Pertanian (BDP), UPTD Unggas, dan Balai Benih Induk Hewan (BBIH). Menurutnya, keberadaan lembaga-lembaga tersebut seharusnya menjadi kekuatan utama dalam membangun kembali ekonomi masyarakat berbasis peternakan dan pertanian.

“SDM kita ada, lembaganya juga ada. Tapi tanpa dukungan pemasaran dan arah kebijakan yang jelas, semua itu belum mampu menggerakkan ekonomi rakyat. Pemerintah harus hadir untuk membangun kembali sistem agromarket Saree,” tegasnya.

Ia juga mengkhawatirkan dampak pembangunan Tol Banda Aceh–Padang Tiji terhadap perekonomian masyarakat Saree. Jalan tol yang memudahkan akses lintas wilayah itu dikhawatirkan justru akan membuat kawasan Saree menjadi sepi jika tidak diikuti dengan kebijakan pengembangan ekonomi lokal.

“Sekarang saja sudah banyak warung tutup, pasar ikan dan terminal terbengkalai. Kalau nanti tol sudah beroperasi penuh, Saree bisa semakin ditinggalkan. Maka, pemerintah perlu membuat langkah nyata untuk menghidupkan kembali kawasan ini,” kata Muhammad.

Lebih lanjut, Muhammad mengajak semua pihak untuk menghidupkan kembali semangat lama Saree sebagai pusat industri peternakan yang pernah berjaya. Ia mengingatkan bahwa kawasan tersebut pernah diresmikan oleh Solihin GP dan Gubernur Aceh kala itu, Ibrahim Hasan, sebagai KINAK — dan setiap warga bahkan mendapat bantuan seekor sapi Bali untuk digulirkan kepada masyarakat lainnya.

“Dulu Saree menjadi kebanggaan Aceh. Ada SPK, BLPP, dan SNakMA Saree yang semuanya berperan penting dalam pengembangan ternak. Tapi sekarang semua lembaga itu banyak yang berubah fungsi, ada yang tutup, bahkan kandang-kandang ternak dibiarkan rusak,” tutur Muhammad.

Kondisi itu, lanjutnya, menjadi bukti bahwa kawasan Saree telah kehilangan peran strategisnya dalam pembangunan ekonomi daerah. Padahal, semua potensi dasar seperti lahan luas, tenaga terampil, dan lembaga pendukung masih tersedia untuk dioptimalkan.

“Pemerintah seharusnya menjadikan Saree sebagai kawasan KINAK baru. Ini kawasan lengkap, punya SDM peternakan, ada sekolah pertanian, dan punya potensi wisata yang kuat. Tinggal kemauan politik dan keseriusan membenahi saja,” ujarnya.

Muhammad menilai, revitalisasi KINAK Saree dapat menjadi program unggulan Pemerintah Aceh dalam menghidupkan kembali sektor peternakan, yang sekaligus mampu menggerakkan ekonomi masyarakat pedesaan. Ia mendorong agar pemerintah membuka ruang bagi investor untuk menanamkan modal di kawasan tersebut.

“Langkah tepat bila Gubernur Aceh mengundang investor untuk membangun kembali peternakan di Saree. KINAK bisa menjadi model pengembangan ekonomi rakyat yang terintegrasi antara pertanian, peternakan, dan wisata,” pungkasnya.(MTis/*)