Plt. Kepala MAN 3 Aceh Besar, Pentingnya Menjaga Bumi

*Memaknai Gerakan Nasional Penanaman 1 Juta Pohon Matoa

Kabarnanggroe.com, Aceh Besar, 22 April 2025 — Bumi bukan sekadar tempat tinggal, tetapi rumah bersama yang diwariskan kepada generasi mendatang. Dalam konteks ini, menanam pohon tidak hanya berarti menancapkan akar di tanah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran, menanam harapan, dan menyalakan tanggung jawab moral terhadap kelestarian ciptaan Tuhan.

Sebagai bentuk konkret dari semangat tersebut, MAN 3 Aceh Besar turut ambil bagian dalam Gerakan Nasional Penanaman 1 Juta Pohon Matoa, sebuah inisiatif strategis yang diluncurkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A. Gerakan ini merupakan bagian dari implementasi Program Prioritas Kementerian Agama Tahun 2025–2029, sebagaimana tertuang dalam KMA Nomor 224 Tahun 2025.

Pencanangan gerakan ini dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia dan untuk wilayah Aceh Besar dipusatkan di halaman MAN 1 Aceh Besar, bertepatan dengan peringatan Hari Bumi ke-55. Dalam suasana penuh semangat dan harapan, kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar, H. Saifuddin, S.E., dan dihadiri oleh seluruh kepala madrasah, kasubbag Tata Usaha, serta para kepala seksi dari lingkungan KanKemenag Aceh Besar.

Sebagai bentuk tindak lanjut dari kegiatan ini, seluruh satuan pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar, termasuk MAN 3 Aceh Besar, melaksanakan penanaman pohon matoa secara serempak di lingkungan madrasah. Ini menjadi langkah konkret dan simbolik dalam menguatkan komitmen madrasah sebagai pusat pendidikan yang berpihak pada kelestarian lingkungan hidup.

Plt. Kepala MAN 3 Aceh Besar, Ismail, S.Pd.I., M.Ag., menyampaikan bahwa gerakan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran madrasah tidak hanya sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter dan kesadaran ekologis bagi peserta didik.

“Gerakan ini tidak berhenti pada aksi menanam pohon. Ini adalah penanaman nilai, penanaman kesadaran akan pentingnya menjaga bumi, dan penanaman rasa tanggung jawab sebagai bagian dari pengamalan ajaran agama,” ujar Ismail dalam rilisnya.

Ia menegaskan bahwa kesadaran ekologis merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi.

Pemilihan pohon matoa sebagai ikon gerakan ini juga mengandung filosofi mendalam. Matoa adalah pohon endemik Indonesia yang tumbuh kuat, perlahan tapi pasti, dan menghasilkan buah yang manis. Filosofi ini mencerminkan nilai-nilai pendidikan madrasah: mendidik generasi secara sabar dan berkelanjutan, mengakar pada nilai-nilai luhur agama dan budaya, serta berbuah pada waktunya dengan karakter dan integritas yang matang.

Lebih jauh, keterlibatan madrasah dalam gerakan ini menjadi cermin bahwa institusi pendidikan agama mampu tampil sebagai pelopor perubahan sosial yang berkelanjutan. Dalam konteks krisis iklim dan kerusakan lingkungan yang kian mengkhawatirkan, madrasah hadir sebagai bagian dari solusi: mencetak generasi hijau yang tangguh, sadar lingkungan, dan memiliki kedalaman spiritual yang mampu menuntun tindakan.

MAN 3 Aceh Besar dengan penuh semangat mengajak seluruh komponen masyarakat madrasah—guru, tenaga kependidikan, peserta didik, hingga orang tua—untuk menjadikan momentum ini sebagai awal dari gerakan kolektif dalam membangun budaya cinta lingkungan.

Dengan demikian, madrasah tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga membentuk insan-insan yang bertanggung jawab secara ekologis, sosial, dan spiritual.

Melalui gerakan penanaman satu juta pohon matoa ini, harapan tumbuh: bumi yang lebih lestari, generasi yang lebih peduli, dan pendidikan yang lebih bermakna.(Herman/*)