Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Peringatan Hari Disabilitas Internasional yang dilaksanakan di seluruh dunia, tidak terkecuali Aceh untuk menggugah kepedulian masyarakat atas nasib mereka. Khusus bagi penyandang disabilitas, menjadi hari untuk bergembira, melupakan kesibukan belajar di ruang kelas.
“Ini hari mereka, bagi anak kita semua untuk bergembira pada hari ini,” kata GM YPAC Aceh, Said Arabi saat membuka kata sambutan peringatan Hari Disabilitas Internasional di aula lantai 4 Gedung Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh, Banda Aceh, Sabtu (7/12/2024) pagi.
Keceriaan anak-anak penyandang disabilitas, dari usia sekolah dasar sampai menengah dengan kondisi beragam tampak terlihat saat temannya membawa tarian di atas panggung. Ada yang mengikuti gaya tarian dengan berdiri di atas tempat duduk atau memperhatikan sambil berdiri dengan mata fokus ke depan panggung.
Tetapi, ada juga anak-anak yang berlarian di sekitar aula, sehingga para guru atau orang tua murid harus mengejar agar tidak kemana-mana. Kepercayaan diri yang tinggi dari para penari penyandang disabilitas tampil di atas panggung menunjukkan mereka juga mampu berbuat seperti anak normal lainnya.
Seperti tarian Ranup Lampuan, Ratoeh Jaroe atau Likok Pulo yang mendapat perhatian tinggi dari para anak-anak penyandang disabilitas, ikut memeriahkan suasana dengan suara riuh rendah. Tampilan atraksi seni lainnya, seperti pantomim, pantun dan lainnya juga menambah semarak ruangan yang dipenuhi anak-anak penyandang disabilitas bersama orang tua masing-masing.
Tidak perlu disebutkan satu persatu kondisi penyandang disabilitas, karena mereka menyatu dalam satu ruangan besar untuk sama-sama bergembira. Tetapi ada juga yang hanya duduk melihat suasana ruangan, yang mungkin tampak lain bagi dirinya. Namun, inilah warga Aceh yang harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah, sehingga mampu mandiri, seperti dikatakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis.
Terlepas dari itu semua, hari itu tetap menjadi milik mereka yang terus mendapat dukungan dari para guru dan orang tua selama acara berlangsung dari pagi sampai jelang sore hari itu. Beragam acara seni terus ditampilkan di atas panggung satu per satu, sehingga para anak penyandang disabilitas terhibur, melupakan sesaat kondisi dirinya sebenarnya.
Sementara itu, Hari Disabilitas Internasional atau International Day of Disabled Persons diperingati setiap tanggal 3 Desember yang menjadi momen penting bagi penyandang disabilitas di seluruh dunia. Setiap tahun, Badan Kesehatan PBB, World Health Organization (WHO) merayakan peringatan Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai tema menarik.
Sehingga, lewat tema tersebut membuat orang-orang yang memperingati memahami makna dari perayaan itu. Dikutip dari situs Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hari Disabilitas Internasional ditetapkan pada tahun 1992. Peringatan ini lahir melalui resolusi Majelis Umum PBB 47/3 dengan dilandasi niat tulus untuk memajukan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas.
PBB bertekad ingin meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap penyandang disabilitas. Tujuan lainnya untuk membuat masyarakat dunia paham akan situasi dan kondisi yang dihadapi penyandang disabilitas. Pada tahun ini, WHO mengusung tema “Amplifying the leadership of persons with disabilities for an inclusive and sustainable future” atau “Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas untuk Masa Depan yang Inklusif dan Berkelanjutan”.
Menurut WHO penyandang disabilitas jumlahnya 16 persen dari populasi global. Mereka jarang mendapatkan akses peran kepemimpinan di sektor kesehatan, bahkan kerap mengalami hambatan seperti diskriminasi, stigma, atau pengucilan dari pendidikan dan kesempatan kerja.
WHO menyadari memperkuat kepemimpinan penyandang disabilitas sangat penting untuk membuat kemajuan yang berarti dengan tujuan memajukan kesetaraan, dan membangun masa depan yang lebih inklusi serta berkelanjutan dapat tercapai. Adanya peringatan ini, WHO ingin melibatkan penyandang disabilitas dalam proses pengambilan keputusan di sektor kesehatan.
Menurutnya, cara ini merupakan langkah mendasar untuk mendorong perubahan menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Untuk mendukung pemerintah dan mitra sektor kesehatan dapat memajukan kesetaraan, WHO menerbitkan alat perencana strategi sistem yang memfasilitasi keterlibatan penyandang disabilitas yang bermakna dan sejalan dengan pendekatan berbasis hak asasi manusia.(Muh)