Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Dalam upaya memperdalam pengetahuan tentang pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk pengembangan hingga pemasaran sayur organik, Koordinator BPP Simpang Tiga Aceh Besar melakukan studi tiru ke Gampong Deah Baro Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh, Selasa (29/10/2024).
“Hari ini kami melakukan kunjungan, melihat pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk penanaman holtikultura yang dikerjakan oleh Kelompok Wanita Tani di Gampong Deah Baro Kecamatan Meraxa Banda Aceh,” ujar Koordinator BPP Simpang Tiga Aceh Besar, Khaidir SP.
Ia mengatakan Kelompok Wanita Tani Gampong Deah Baro tersebut telah berhasil mengembangkan sayuran organik.
Jenis sayuran yang ditanam dengan memanfaatkan pekarangan rumah adalah jenis selada, sawi, terong ungu, seledri, bunga kol, bawang merah, cabai merah besar, cabai rawit, pakcoy, bayam, kangkung dan tomat.
“Jadi kunjungan kita ke sini bertujuan untuk bisa belajar supaya nanti bisa diprogramkan kepada ibu-ibu tani melalui dana ketahanan pangan di gampong maupun program dari Badan Pangan Nasional (BAPANAS) Kementerian Pertanian,” imbuhnya.
Kelompok Tani Wanita tersebut berjumlah 25 orang serta didampingi oleh Penyuluh Pertanian Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (DP2KP) Kota Banda Aceh yang merupakan alumni Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
Keuchik Gampong Deah Baro, Nuzul Fadli mengatakan, program tersebut sangat bermanfaat untuk kebutuhan dapur sehari-hari yang bisa terpenuhi dari kegiatan itu.
“Selain bisa untuk kebutuhan gizi rumah tangga, hasilnya juga bisa dijual secara online maupun ke pasar tradisional,” katanya.
Terkait pemasaran, menurut Ketua Kelompok Wanita Tani Peusaho Rakan, Sri Wahyuni, sayur organik KWT Gampong Deah Baro lebih cocok dipasarkan dengan memanfaatkan digitalisasi.
“Selama ini sayuran organic kita pasarkan melalui online, pasarnya ke pegawai PKM (Pusat Kesehatan Masyarakat), Kantor Camat Kecamatan Meraxa dan ke Dinas-dinas” ujarnya.
Ia juga mengaku gembira jika program sebagaimana dikembangkan di Deah Baro dapat juga dilakukan di Aceh Besar. ” Aceh Besar memiliki lahan yang luas, apalagi masyarakatnya memiliki pekarangan yang luas, potensi pendukung seperti pupuk alami juga sangat banyak, saya pikir cukup potensi. Selain itu pasarnya juga cukup mendukung seperti adanya pasar induk Lambaro,” tutup Sri.(Tamam/*)