Kabarnanggroe.com, Laporan terbaru menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang mulai enggan merekrut Generasi Z (Gen Z) sebagai karyawan. Berdasarkan temuan Euro News, banyak lulusan baru menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan mengalami tantangan besar saat beradaptasi dengan lingkungan kerja.
Menurut laporan dari Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, beberapa perusahaan enggan mempekerjakan Gen Z karena mereka dinilai memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi, kurang mampu menerima masukan, dan belum sepenuhnya siap untuk tuntutan dunia kerja. Pengawasan terhadap hampir 1.000 manajer menunjukkan bahwa satu dari enam perusahaan enggan merekrut Gen Z karena reputasi mereka yang dianggap superior dan mudah jelek. Terlebih lagi, lebih dari separuh perusahaan yang disurvei menyatakan bahwa Gen Z tidak memiliki etos kerja yang kuat.
Holly Schroth, dosen senior di Haas School of Business, University of California, Berkeley, menyebutkan bahwa Gen Z cenderung lebih fokus pada kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan daya saing di perguruan tinggi daripada mempersiapkan diri untuk dunia kerja. “Mereka [Gen Z] seringkali tidak menguasai keterampilan dasar berinteraksi sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja, serta etika di tempat kerja,” ungkap Schroth dalam pernyataan yang dikirimkan melalui email kepada Euronews Next.
Akibatnya, perusahaan harus menyediakan orientasi karyawan yang lebih intensif dan memberikan pelatihan tambahan, di mana atasan tidak hanya berperan sebagai manajer tetapi juga sebagai pelatih bagi Gen Z.
Survei ini juga menemukan bahwa enam dari sepuluh perusahaan yang terlibat memecat karyawan baru lulusan universitas yang bekerja pada tahun ini. Alasan yang paling sering dikemukakan meliputi kurangnya motivasi, rendahnya profesionalisme, dan keterampilan komunikasi yang buruk dari para lulusan ini.
Menurut Huy Nguyen, penasihat utama pengembangan karir di Intelligent, banyak lulusan universitas kesulitan memasuki dunia kerja karena lingkungan kerja berbeda jauh dari yang alami di pendidikan. “Mereka mungkin memiliki pengetahuan teoritis, tetapi seringkali kurang pengalaman praktis dan keterampilan nonteknis yang diperlukan untuk berhasil,” ujarnya.
Laporan lain juga menunjukkan bahwa Gen Z seringkali terlalu bergantung pada dukungan orang tua selama proses pencarian kerja. Sebuah survei yang dilakukan oleh ResumeTemplates menemukan bahwa 70% dari hampir 1.500 pencari kerja Gen Z meminta bantuan orang tua dalam proses melamar pekerjaan, dan bahkan 25% membawa orang tua mereka ke wawancara.
Situasi ini menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dunia kerja dan kesiapan generasi muda, yang memerlukan perhatian lebih dari berbagai pihak, baik perusahaan maupun institusi pendidikan.