PKA 8 Sarana Mengabadikan Sejarah dan Memupuk Persatuan Banda Aceh

Penjabat Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, saat memberikan sambutan pada pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di Taman Sultanah Ratu Safiiatuddin, Banda Aceh, Sabtu (4/11/2023) malam. FOTO/ HUMAS PEMERINTAH ACEH

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 tahun 2023 telah resmi dimulai. Acara ini diikuti oleh seluruh kabupaten dan kota di Aceh serta sejumlah negara sahabat, menjadi sebuah sarana penting untuk menapaki sejarah dan memupuk persatuan di tengah keberagaman suku dan adat istiadat yang kaya di Aceh. Meskipun keberagaman ini ada, masyarakat Aceh tetap bersatu dalam kerangka Bumi Serambi Mekah.

Penjabat Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, menyampaikan pidato pembukaan pada Pekan Kebudayaan Aceh VIII tahun 2023 di Komplek Taman Sulthanah Safiatuddin, Sabtu (4/11/2023) malam. Ia mengungkapkan bahwa PKA adalah sebuah festival yang tidak hanya merayakan kebudayaan, tetapi juga mengabadikan jejak sejarah dan menghidupkan semangat persatuan di Aceh. PKA telah menjadi tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam melindungi, membina, mengembangkan, dan memanfaatkan sisi baik kebudayaan selama 65 tahun perjalanan panjangnya.

Tema PKA VIII, “Jalur Rempah Aceh” dengan tagline “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia,” dipilih dengan cermat untuk mencerminkan nilai-nilai sejarah dan budaya Aceh. Jalur rempah merupakan jalur perdagangan yang mengangkut rempah-rempah sebagai komoditas utama ke seluruh dunia. Aceh memiliki kebanggaan khusus karena menjadi salah satu titik penting dalam jalur rempah Nusantara.

Achmad Marzuki menyatakan bahwa tagline “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia” mencerminkan kesiapan Aceh pasca Covid-19 untuk pulih melalui potensi rempah-rempah Aceh, seperti kopi, nilam, pala, sereh wangi, dan lainnya.

Dalam rangka keberlangsungan Jalur Rempah Aceh, Penjabat Gubernur mengungkapkan keinginan masyarakat Aceh untuk membentuk Museum Rempah yang akan mengakomodasi temuan manuskrip dan artefak yang menggambarkan Aceh sebagai lintasan jalur rempah dunia. Selain itu, dia menyoroti perlunya pembentukan Kebun Raya Rempah di wilayah barat-selatan Aceh, yang dapat berfungsi sebagai Living Museum dan pusat edukasi herbal Nusantara di Aceh.

Dalam kesempatan tersebut, Penjabat Gubernur Aceh juga mencatat prestasi positif di sektor pariwisata, di mana Aceh menduduki peringkat kedua sebagai Destinasi Pariwisata Ramah Muslim dalam ajang Indonesia Muslim Travel Index Award 2023.

Sambutan dari Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga, Didik Suhardi, juga menggarisbawahi pentingnya mempertahankan budaya Aceh dalam menghadapi arus globalisasi. Dia berharap bahwa PKA VIII dapat menjaga kelestarian budaya Aceh sambil memajukan sektor ekonomi masyarakat, terutama UMKM.

Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar, berharap PKA ke-8 dapat menjadi ajang pelestarian budaya sekaligus membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh. Dia juga mendorong pembentukan Museum Rempah di Aceh dan membangun pusat dan sentra-sentra rempah di sejumlah wilayah di Aceh.

PKA ke-8 akan berlangsung selama sembilan hari, mulai dari 4 hingga 12 November 2023, dengan partisipasi dari 23 kabupaten/kota di Aceh serta ribuan seniman, budayawan, peserta pameran, BUMDes, SMK, pengrajin, pedagang produk tradisional Aceh, dan tenaga kreatif. Dengan kehadiran 23 Balai Pelestarian Kebudayaan se-Indonesia, PKA 8 diharapkan semakin meriah dan semarak. Acara ini akan diselenggarakan di berbagai lokasi di Aceh, termasuk Taman Sulthanah Shafiatuddin, Museum Aceh, Museum Tsunami, Taman Budaya, Blang Padang, Hermes Hotel, Amel Hotel, Krueng Lamnyong, Kampung Pande, dan Desa Baet. (Mar/DJ)