Mendikdasmen Abdul Mu’ti Ajak Multipihak Tekan Angka Kekerasan pada Guru

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf melakukan tanya jawab dengan media di Kantor PBNU Pusat, Jakarta Pusat pada Rabu (30/10/2024). ANTARA/Hana Kinarina/pri.

Kabarnanggroe.com, Jakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyatakan bahwa pihaknya akan menggandeng berbagai pihak untuk menekan angka kasus kekerasan terhadap guru, menyusul insiden yang dialami oleh Supriyani, seorang guru dari Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kasus seperti ini, menurutnya, tidak hanya terjadi di Konawe Selatan, namun juga di berbagai wilayah lain.

“Kasus seperti Supriyani itu bukan hanya beliau saja. Kasus serupa terjadi di banyak tempat lain. Karena itu, kami ingin menyelesaikannya dari hulu. Jika diselesaikan secara kasuistik, kasus-kasus seperti ini akan terus terjadi,” ujar Mu’ti dalam konferensi pers di Jakarta Pusat pada Rabu, 30 Oktober 2024.

Usai bertemu dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, di Kantor PBNU Pusat, Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa Polri menjadi salah satu pihak utama yang akan diajak bekerja sama. Kerja sama tersebut diharapkan tidak hanya menyasar penanganan kekerasan antar siswa, namun juga mendukung pembinaan karakter bagi peserta didik.

“Kami sudah melakukan komunikasi non-formal dengan Pak Kapolri terkait persoalan ini. Insya Allah dalam waktu dekat, kami akan bertemu untuk membahas langkah-langkah yang dapat diambil bersama,” ungkapnya.

Selain menggandeng Polri, Mu’ti juga mempertimbangkan pendekatan berbasis komunitas, termasuk bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki program Gerakan Keluarga Maslahat PBNU, yang berfokus pada penguatan pendidikan dalam komunitas.

“Gus Yahya tadi menyampaikan bahwa penguatan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan berbasis komunitas. Dengan begitu, nilai-nilai positif yang diajarkan di sekolah juga didukung oleh lingkungan masyarakat,” jelas Mu’ti.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menambahkan bahwa program Gerakan Keluarga Maslahat PBNU membuka ruang bagi pendidikan karakter yang lebih efektif, di mana komunitas terlibat aktif dalam mendukung perkembangan pendidikan anak. “Pendampingan dan pelatihan dapat diberikan, sehingga anggota komunitas semakin aktif berkontribusi pada pendidikan yang lebih produktif,” tuturnya.

Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam menekan angka kekerasan terhadap guru, sekaligus memperkuat pendidikan karakter di kalangan siswa melalui pendekatan komunal.