Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Pawai malam takbiran Idul Fitri 1446 H yang dimulai dari Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh berlangsung meriah pada Minggu (30/3/2025) malam. Warga kota tumpah ruah di sepanjang rute yang dilalui puluhan kendaraan hias sambil mengumandangkan takbir.
Rute dimulai dari Masjid Raya Baiturrahman ke Simpang Kodim, Simpang Peuniti, Simpang Surabaya, Simpang Jambo Tape, Simpang Lima, Simpang Kodim dan berakhir kembali ke Masjid Raya Baiturrahman.
Kendaraan hias yang sebagian besar dari mobil pikap, seperti Mitsubishi L-300, Suzuki pikap dan lainnya mampu menghibur warga kota yang memang sangat mengharapkan kegiatan tersebut dapat diselenggarakan.
Dengan banyaknya warga, sampai puluhan ribu orang bersama seribuan kendaraan roda empat dan roda dua yang parkir di sisi jalan, membuat sebagian jalan dipenuhi warga yang ingin menyaksikan pawai takbiran yang juga diikuti pawai obor.

Satu per satu kendaraan hias dengan ornamen Islami, seperti menara masjid dan lainnya harus melaju perlahan-lahan di tengah-tengah himpitan warga yang ingin menyaksikan langsung pawai kendaraan hias dan obor.
Para penonton, bukan hanya orang dewasa, tetapi juga remaja dan anak-anak yang dibawa serta oleh orangtuanya. Sebagian duduk di trotoar jalan dan lainnya berdiri atau juga ada anak-anak yang naik ke atas mobil atau berdiri atas mobil yang memiliki atap terbuka atau sunroof.
Kemeriahan pawai terpancar dari tingginya animo masyarakat menyaksikan pawai takbir yang diikuti peserta dari Kota Banda Aceh dan pinggiran Banda Aceh atau Aceh Besar.

Di tengah-tengah pawai, warga terus merekam setiap kendaraan yang melintas, khususnya dengan ornamen indah, salah satunya berbentuk perahu atau menara tinggi.
Sejumlah kendaraan hias yang besar dan tinggi harus berhati-hati dengan kabel listrik yang melintas di atas badan jalan dengan mempersiapkan kayu panjang untuk menghindari terkena kabel.
Hal itu terlihat saat melintas Jalan T Hasan Dek, Beurawe, banyak kabel di atas badan jalan, sehingga setiap kendaraan yang dihiasi tinggi, harus ada orang di atasnya yang bersiaga, jika-jika terkena kabel listrik.

Terlepas dari itu, tidak mengurangi kemeriahan pawai, bahkan ada kembang api yang dilesatkan sejumlah warga saat peserta pawai melintas dan sejumlah warga mencoba merekamnya.
Sementara itu, sebelum pawai dimulai, warga terus berdatangan di setiap rute yang dilalui peserta. Bahkan, warga sempat kecele, suara takbir bergema, ternyata dari satu truk yang dipenuhi orang yang menggemakan takbir.
Salah seorang ibu yang membawa seorang anak di Jalan T Hasan Dek sempat berujar “Saya pikir pawai sudah dimulai, ternyata truk yang lewat,” katanya.
Sedangkan sejumlah peserta putri yang juga ikut menyaksikan pawai sempat berujar berapa banyak peserta pawai yang melintas. Dia yang datang bersama teman-temannya tidak beranjak dari tempatnya duduk dan berdiri untuk merekam setiap peserta pawai yang lewat.
Kedatangan kendaraan hias dan pawai obor tiba di Jalan Hasan Dek sekitar pukul 22.05 WIB dan berakhir pada pukul 22.48 WIB. Kondisi jalan dua arah itu sempat macet total saat pawai dimulai.
Kendaraan roda empat harus berhenti di tengah jalan, karena tidak bisa melaju dan juga ingin menyaksikan pawai takbiran. Tetapi, petugas polisi yang ditugaskan berhasil melerai kemacetan sebelum pawai berakhir di lokasi tersebut.

Seusai peserta pawai takbiran berakhir, warga membubarkan diri dengan tertib, tetapi sempat terjadi kemacetan, karena semuanya ingin cepat-cepat pulang.
Tetapi, dengan sigapnya petugas polisi mengatur lalu lintas, kemacetan dapat terurai kembali sampai normal dan kendaraan kembali melaju dengan lancar.
Dengan selesainya pawai takbiran ini yang telah menjadi agenda tahunan Pemerintah Aceh, kehausan warga atas sebuah pawai sudah terobati. Semoga, tahun depan dapat lebih meriah dengan peserta lebih banyak lagi.
Pada pawai takbir kali ini, sekitar 40-an kendaraan hias yang menjadi peserta, sehingga banyak desa atau gampong yang belum mampu menjadi peserta, karena berbagai alasan.

Diharapkan, pada pawai takbir tahun depan, desa yang belum menjadi peserta, harus mempersiapkan diri dengan melibatkan seluruh warga, mulai dari pembentukan panitia sampai kebutuhan anggaran.
Apalagi, anak-anak dan remaja putra setiap desa di Banda Aceh dan Aceh Besar memiliki antusiasme tinggi untuk menjadi peserta pawai takbir dan obor, sehingga perangkat desa harus mampu memenuhinya yang merupakan bagian dari penguatan syariat Islam generasi muda.(Muh)