kabarnanggroe.com, Melihat kondisi ekonomi umat yang tidak stabil karena sedang menghadapi berbagai permasalahan akibat naiknya harga sebagian barang, maka siapa diantara umat Islam yang tidak ingin kesulitan hidupnya dimudahkan oleh Allah Swt? Siapa yang tidak ingin rezekinya dilancarkan? Siapa yang tidak ingin kehidupannya makmur dan sejahtera?
Tentu saja kita ingin mendapatkan hal itu. Kita semua berharap rezeki melimpah, hidup bahagia, dan terlepas dari belenggu kesulitan dan rumitnya masalah kehidupan.
Karena itu, barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya dan baginya pahala yang mulia (karim). Mari kita renungkan sejenak, apakah yang disebut dengan karim atau kemuliaan. Hanya dengan meminjamkan dan menginfakkan harta di Jalan Allah, Allah menyematkan kata karim yang penuh keagungan dan kemuliaan itu.
Dalam kaitan ini, Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 245: “Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan”.
Demikian juga Allah Swt berfirman, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah: 261)
Allah Swt memberikan perumpamaan terhadap orang-orang yang mau menyisihkan hartanya di jalan Allah dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai dan tiap tangkai tersebut ada seratus biji.
Ini ibarat modal kecil, tapi mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini tentu saja karena karunia Allah sangat luas dan tanda sayangnya Allah terhadap orang-orang yang mau berbagi harta yang dititipkan oleh Allah Swt kepadanya.
Sebagai manusia yang memiliki keyakinan kehidupan ini sifatnya sementara, umat Islam meyakini segala harta yang ada bersamanya pada hakikatnya adalah milik Allah. Kita hanya sebagai pemegang amanah dari titipan Tuhan, karena itu tidak perlu bangga, sombong, dan angkuh dengan harta. Apalagi pelit dengan harta. Harta itu semua akan dicabut oleh Allah Swt, bahkan manusia itu sendiri akan kembali kepada-Nya.
Allah Swt berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 46: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu, serta lebih baik untuk menjadi harapan”.
Allah Swt menegaskan dalam ayat tersebut, bahwa harta itu perhiasan kehidupan dunia yang sifatnya tidak kekal, hanya bagaikan sandiwara kehidupan yang akan tamat pada waktunya. Begitu juga anak-anak yang diberikan Tuhan kepada kita, itu semua hanya perhiasan kehidupan dunia semata.
Harta dan anak tidak akan mendatangkan manfaat apapun bagi kehidupan kelak di hari pembalasan, melainkan ketika kita mau berbagi, saling membantu, menolong orang-orang yang sedang kesulitan, menolong lembaga-lembaga pendidikan, rumah ibadah, para penuntut ilmu dan orang-orang yang berdakwah di jalan Allah SWT. Harta itu akan bermanfaat bagi kehidupan akhirat ketika kita manfaatkan di jalan Allah Swt. Kita akan raih kemuliaan dengan menginfakkan sebagian harta.
Bahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”.
Dalam hadist tersebut Rasulullah menegaskan, manusia yang banyak manfaatnya bagi kehidupan orang lain adalah manusia yang paling baik. Oleh karena itu, memanfaatkan harta yang kita miliki dengan bersedekah, berinfak, berwakaf adalah langkah tepat menuju tangga perbaikan diri sebagai manusia yang bermanfaat dan kebangkitan umat Islam.
Lakukanlah sesuatu yang terbaik untuk kebangkitan umat sesuai dengan kapasitas yang diberikan Allah Swt.
Keutamaan infak
Mungkin ayat dan hadits tentang keutamaan berinfak sudah banyak kita dengar keutamaan dan keistimewaannya. Justru yang sering terlewatkan adalah, apakah kita
sudah memulainya? Apakah sudah ada yang menentukan jadwal berinfak mingguan atau bulanan? Apakah ada yang sudah menetapkan nominal infak secara rutin?
Awalnya memang perlu latihan dan dipaksakan sesuai kemampuan. Jika tidak mampu berinfak Rp 700 ribu, maka infakkanlah Rp 70 ribu. Jika memang betul-betul tidak mampu, maka setidaknya berinfak Rp 5 ribu, namun sungguh keterlaluan jika kita terbiasa memegang uang jutaan, bahkan miliaran, namun yang dikeluarkan untuk infak hanya ribuan. Tidak sebanding dengan rahmat yang telah Allah Swt berikan.
Ketika kita terbiasa menyumbang Rp 100 ribu, maka ketika mendapatkan rezeki yang lebih, insya Allah kita akan rutin menyumbang Rp 1 juta. Jika terbiasa dengan infak dan sedekah sejumlah tersebut, maka tingkatkanlah perlahan, sampai terbiasa mengeluarkan uang yang lebih banyak hingga terbiasa infak dan sedekah dengan nominal yang lebih besar.
Yakinlah Allah Swt pasti akan memberkahi rezeki orang-orang yang berinfak dan para dermawan. Allah akan membalas lebih besar dari apa yang kita berikan. Allah Maha Melihat terhadap hamba-Nya yang berbuat kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan. Mudah-mudahan kita semua tergolong dalam golongan manusia yang bermanfaat harta dan kehidupan kita begi orang lain, sehingga kita ditempatkan di dalam surga-Nya.
Mari kita renungkan sejenak! Apa hubungannya antara mengeluarkan harta untuk bersedekah dan kesehatan badan, terutama pada masa Covid-19? Tanyakan pada mereka yang dermawan, yang selalu menyisihkan hartanya untuk dayah, lembaga pendidikan dan masjid-masjid sebagai amal jariah. Apa yang mereka rasakan?
Ada ketenangan batin dan kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan. Itulah yang menyebabkan imun tubuh mereka semakin kuat dan terlindungi dari beragam penyakit. Cobalah kita bersedekah dengan sedikit memaksakan diri, mengeluarkan harta untuk kebaikan, dan setelahnya, rasakanlah apa yang hati kita rasakan? Pasti ada kenikmatan, ketenteraman, kebahagiaan, bahkan sesekali air mata berlinang, karena bisa dan mampu berbagi dengan harta yang Allah titipkan pada kita.
Karena itu, infak atau sedekah memberikan kebahagian dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.
Semoga kita bisa rutin dan istiqamah berinfak, berwakaf, berinvestasi untuk akhirat, demi kebangkitan umat Islam. Semoga Allah memberikan kesehatan jasmani dan rohani kita berkat infak, wakaf dan sedekah. Semoga Allah Swt terima sebagai amal jariah untuk kita dan keluarga. (editor: smh)
*Teks Kutbah Jumat ini akan disampaikan di Masjid Al Faizin Lampeuneurut, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, 30 September 2022 bertepatan 4 Rabiul Awal 1444 H