Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh menerima kunjungan kerja dari Ahli Majlis Mesyuarat Kerajaan Negeri Kedah Darul Amal Malaysia.
Kunjungan tersebut diterima langsung Ketua DPRK Banda Aceh, Farid Nyak Umar yang turut didampingi Wakil Ketua I Usman dan Wakil Ketua II Isnaini Husda, serta Ketua Komisi I DPRK, Ramza Harli di Lantai 4 Gedung DPRK Banda Aceh, Rabu (27/12/2023).
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut kedua belah pihak saling berbagi pengalaman baik itu budaya, ekonomi, pendidikan dan pemerintahan terutama dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah masing-masing.
Ketua DPRK Banda Aceh, Farid Nyak Umar dalam sambutannya menyampaikan kunjungan kerja Ahli Majlis Mesyuarat Kerajaan Negeri Kedah Malaysia ini merupakan sebuah kehormatan bagi DPRK Banda Aceh.
Secara ringkas Farid Nyak Umar menjelaskan dulunya Banda Aceh dikenal sebagai “Bandar Aceh” kota pelabuhan pada era kesultanan Aceh Darussalam. Sebagai bandar pelabuhan Banda Aceh menjadi kota yang heterogen masyarakatnya.
“Karena itu terjadi perbauran adat budaya dan suku bangsa, salah satunya adalah kawasan pecinaan “china town” yang kami sebut Penanyong serta kawasan yang dihuni oleh etnis India di kawasan Peulanggahan dan Keudah,” kata Farid Nyak Umar.
Sebagai bagian dari gugusan melayu nusantara secara umum banyak kesamaan antara Aceh dengan bandar-bandar yang ada di semenanjung melayu, negeri jiran Malaysia.
Lebih lanjut Farid Nyak Umar menjelaskan Kota Banda Aceh ini merupakan ibu kota dari Provinsi Aceh. Aceh secara umum adalah kawasan post of conflict dan post of tsunami.
Konflik yang berkepanjangan di Aceh ditambah lagi musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004, berakibat tidak hanya kehancuran infrastruktur, kehilangan jiwa, namun juga merusak tatanan kehidupan masyarakat.
“Pasca damai dari konflik dan pasca musibah tsunami, Aceh terus berusaha bangkit untuk memperbaiki dan membangun segala kerusakan di segala lini, tidak hanya infrastruktur, namun juga pembangunan sosial masyarakat, serta sistem demokrasi dengan semangat “rebuilt back better” agar pembangunan menjadi lebih baik,” tutur Farid.
Farid menambahkan bahwa kota Banda Aceh sebagai ibukota provinsi Aceh memiliki beberapa fokus pembangunan diantaranya, fokus pada optimalisasi penerapan Syariat Islam dalam kehidupan masyarakat, peningkatan pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan. Kemudian fokus pada pembangunan infrastruktur untuk menunjang bidang pemerintahan, bisnis dan investasi, ekonomi kreatif serta pariwisata.
Fokus selanjutnya kata Farid, peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran dengan membangun infrastruktur seperti pasar, kawasan wisata, kawasan industri, jalan dan pelabuhan.
“Ini untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan life skill bagi para usahawan kecil dan menengah, sehingga akan meningkatkan produksi lokal dan ekonomi kreatif,” ujar Farid.
Sementara itu Ahli Majlis Mesyuarat Kerajaan Negeri Keudah Darul Amal Dato’ Hajjah Ustazah Ashah binti Haji Ghazali menyampaikan terimakasih atas sambutan penuh kekeluargaan dari DPRK dan Pemko Banda Aceh. Ia mengatakan bahwa banyak persamaan antara Aceh dengan Malaysia, sehingga setiap pekan ramai warga Malaysia yang berkunjung ke Banda Aceh.
“Kami mengucapkan terima kasih atas sambutan dari tuan dan puan semua. Saya membawa rombongan bertujuan untuk kami belajar dari pada Kota Banda Aceh ini bagaimana program-program pemberdayaan masyarakat, sehingga Aceh bangkit lebih cepat setelah musibah tsunami,” kata Dato ‘Hajjah Ustazah Ashah binti Haji Ghazali.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut, Asisten II dan Asisten III Setda Kota Banda Aceh, Jalaluddin dan Faisal, Kadis Pariwisata, Said Fauzan, Plt Kadis PUPR, Mukhlis, Sekdis Sosial dan Kabag Pembangunan. Kemudian Sekretaris DPRK, Tharmizi dan para Kabag di Sekretariat DPRK Banda Aceh.(Tamam/*)