Kabarnanggroe.com, Di pagi hari Minggu, 26 Desember 2004 saat gempa dahsyat menerjang bumi Aceh, kami sekeluarga berada di rumah, pada hari itu Mayang kebetulan tidak libur karena mendapat tugas dinas pagi di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. Saat itu masih berstatus sebagai Pegawai Honorer yang bertugas di Ruang Fisik Melur yang dikepalai oleh bapak Azizurahman, AMd., Kep. dengan Wakil Kepala Ruangan ibu Rosmiati Ramlan, AMd., Kep.
Pada saat terjadinya Gempa Bumi, kami bersama suami masih berada di kediaman kami di Komplek Perumahan Kajhu Indah yang berada di daerah pesisir dan tidak jauh dari bibir pantai, suasana pagi hari saat itu di depan rumah kami dan di setiap Lorong, orang -orang duduk di depan rumah masing-masing serta sangat trauma dengan musibah gempa yang begitu dahsyat. Pada saat gempa sedang melanda, saya sedang meletakan sayur-mayur dan buah-buahan yang sehari sebelumnya baru dikirimkan oleh orang tua saya dari Takengon untuk kami sedekahkan ke kawan akrab suami yang berdomisisli di Kelurahan Bandar Baru Lamprit Banda Aceh.
Setelah gempa mereda tanpa ada terasa beban dan rasa khawatir dengan ikhlas hati merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas saya sebagai seorang perawat yang mengurus pasien jiwa dengan keluhan fisik, dengan menggunakan sepeda motor saya dan suami berangkat Dinas ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Aceh yang terletak di jalan dr. T. Syarief Thaib No.25 Banda Aceh. Pada saat kami mau berangkat bertugas, seorang bapak yang berprofesi sebagai Dosen di Universitas Syiah Kuala bertanya pada suami saya mau kemana?, suami saya menjawab mau mengantar istri Dinas pagi bapak.. dengan menggunakan Bahasa Aceh dia bertanya (ho neujak pak?…neukjak intat awak inong pak,..Jak laju beuseulamat kata beliau saat itu).
Kami dengar khabarnya bapak tersebut juga musibah Tsunami dan tidak diketemukan jasadnya, dan sepanjang jalan dari Kajhu sampai ke Jembatan Krung Cut, tidak satupun orang yang keluar dari rumah dan tidak ada kendaraan yang melaju, dan di bawah jembatan krung Cut ada Riak ombak tidak begitu tinggi tapi agak cepat dan saya bertanya kepada suami, yah di bawah jembatan ini seperti ada ombak tapi tidak tinggi tapi lumayan cepat, katanya apa ada teringat pelajaran waktu Sekolah Dasar, oya, teringat sambil berlaju kami bercerita, jika gempa pulkanik terjadi ledakan Gunung, Jika Gempa tektonik itu terjadi ledakan di laut, kami bercerita sampai ke Prada dan saya berpesan, Yah nanti setelah antar saya pulang terus cepat-cepat ya? Setelah saya titip oleh-oleh saya akan pulang kata suami.
Sesampai ke Rumah Sakit Jiwa, saya bertanya kepada pasien apakah pasien yang terpasang Infus kemaren di hari kamis masih ada?? Tidak ada lagi ibu, dia sudah pindah di hari Jumat, kebetulan di hari Jumat dan Sabtu saya Libur.
Salah satu pasien berkata, ibu tolong bukakan pintu karena kami pening disini tadi Gempa kencang kali dan air di dalam Bak Mandi semua tumpah keluar, boleh tapi tolong bantu ibu untuk membersihkan ruangan yang sudah Becek?. Ia menjawab Boleh ibu/ setelah 5 menit saya membuka pintu, berteriaklah salah satu teman seprofesi saya berteriak..kak..air Laut Naik..Masyaallah yang betul dek, Betul kakak, Hati bercampur gelisah mengingat suami sepertinya terjebak di daerah jembatan Krung cut dan anak di Rumah dengan yang Jaga, pasien segera arahkan saya naikkan ke lantai dua poli dan saya teringat si buah hati Putri anak pertama kami baru berusia 3 bulan,, air terus meluncur dari daerah Rumah sakit Zainal Abidin dan saya teringat kata Guru Ngaji waktu saya masih Kecil jika ada musibah jangan Lupa Azan.
Saya minta tolong beberapa pasien untuk Azan dan saya melihat sendiri keajaiban Allah, air dengan sekejab Surut, saya sudah cemas dan gelisah teringat kepada sang Putri tercinta dan ibu Rusmiati Ramlan, AM.d., Kep. sebagai wakil kepala Ruangan mengatakan “adek apakah adek masih ingat banjir besar tahun 2000”, tapi Kajhu gak kena Dek kan! disitulah hatiku merasa tenang, setelah jam 11 kami turun dari lantai dua poli dan saya menanyakan berita pada teman-teman yang tinggal daerah kajhu katanya di situ parah rumah pada terendam, dan saya juga mencoba jalan kaki ke Rumah Sakit Zainal Abidin, orang udah pada bersedih menangis dan tidak karuan, jam 18.00 sore datanglah suami dan saya menanyakan si buah hati, Putri tercinta kami, kata beliau dia sudah selamat. hatiku sedikit tenang.
Saya berpikir sejenak apakah benar jika sibuah hati kami selamat! Dan pada malam senin kami, menginap di Gedung Admistrasi lantai dua, dan tidak ada sedikit makanan pun yang kami makan, keesokan harinya saya bilang sama suami ayuk kita mencari si buah hati putri kita, katanya kita tidak sanggup mencari berdua, ayuk kita pulang ke kampung dulu ke tempat Ayah dan kami berjalan kaki dari Rumah Sakit Jiwa ke simpang Surabaya…
Sudah sebulan suami baru menceritakan kalau dia kasih sedekah sayur-sayuran sama kawannya dan bercerita lima menit jika tidak sedekah tersebut mungkin beliau sudah menjadi korban Tsunami juga, di daerah Prada, di langit sudah penuh burung bangau menutupi awan, dan ternyata di belakang bangau ada awan tebal…rupanya itulah Tsunami, dan dia melepaskan keretanya dan lari di belakang rumah orang tingkat dua, di situ beliau membaca surat yasin 3 kali tamat baru dia bisa turun, dan dia juga mulai binggung kemana dulu saya pergi sudah 5 kali bolak-balik Rumah Sakit Zainal Abidin dan simpang Mesra, dan ketemu sama kawan se-profesi di Rumah Sakit Zainal Abidin ada Nampak istri saya ada katanya, disitu beliau agak tenang dan dia berenang ke kajhu mencari si buah hati, ternyata tidak Nampak lagi rumah, yang Nampak hanyalah kubah Masjid.
Pada sore hari Senin 27/12/2004, kami di jemput oleh ayahanda dan abang Bihari Kasmi AM.d., Kep., abang yang paling sulung Kepala Puskesmas di Ratawali Aceh Tengah, pulang ke Kampung, untuk mencari tempat yang aman, dan beberapa bulan disana tidak ada niat lagi untuk berkerja di Banda Aceh, karena masih menyisakan Trauma yang mendalam.
Pada suatu hari di sore hari ibu wakil kepala Ruangan “Rosmiati Ramlan AM.d.Kep” menelpon untuk aktif kembali bekerja ke Rumah Sakit Jiwa, Kembali hati dan Jiwaku merasa terpangil lagi untuk Kembali melakukan Aktivitas, Berhari, Berbulan, Bertahun, Kami mencari Ananda tercinta namun Tidak Membuahkan Hasil…sudah sejak lama saya ingin mengutarakan isi hati “profesi memanggilku” tapi kali ini baru ada kesiapan, ketegaran dan kesempatan. Saya mengutarakan luka hatiku yang masih mendalam kehilangan putri Tercinta kami Maharani Putri Maysa, semoga Ananda Putri kami di tempatkan di sebaik-baiknya tempat di sisi ALLAH SWT. Aaminn ya Rabal Alamin Wassalam….