Kabarnanggroe.com, Dalam mengarungi kehidupan yang serba cepat ini, manusia sering kali terperangkap dalam kesibukan mengejar dunia. Harta, jabatan, dan popularitas menjadi ukuran kesuksesan yang semu. Padahal, semua itu hanyalah kenikmatan sementara yang akan lenyap seiring berjalannya waktu. Dunia ini bukan tempat tinggal abadi, melainkan ladang tempat kita menanam amal untuk kehidupan yang kekal di akhirat.
Allah Swt telah mengingatkan manusia tentang hakikat dunia dalam firman-Nya:
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Ayat ini menegaskan bahwa kenikmatan dunia tidak lebih dari fatamorgana yang memalingkan manusia dari tujuan hidup yang sesungguhnya. Sebanyak apa pun harta dan kemewahan yang dikumpulkan, semuanya akan ditinggalkan ketika ajal menjemput. Yang akan menemani hanyalah amal baik yang kita bawa.
Nabi Muhammad Saw juga mengingatkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menggambarkan bahwa bagi orang beriman, dunia hanyalah tempat ujian. Mereka harus bersabar, menahan diri dari godaan, dan menyiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju kampung abadi — akhirat. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman, dunia menjadi surga mereka karena hanya di sinilah mereka menikmati kesenangan tanpa memikirkan kehidupan setelah mati.
Sebagai manusia, tentu kita tidak dilarang menikmati keindahan dunia. Islam bukan agama yang menolak dunia, melainkan agama yang mengatur agar kenikmatan dunia tidak melalaikan kita dari tujuan akhir.
Allah Swt berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia…” (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini mengajarkan keseimbangan. Dunia harus dijadikan sarana untuk menggapai ridha Allah, bukan tujuan akhir. Setiap rezeki, jabatan, dan kesempatan yang kita miliki adalah amanah. Amanah itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.
Dunia Politik Harus Jadi Ladang Amal
Sebagai anggota dewan, saya menyadari bahwa setiap kebijakan, keputusan, dan tindakan memiliki nilai ibadah jika diniatkan untuk kemaslahatan umat. Dunia politik pun harus menjadi ladang amal, bukan ajang perebutan kepentingan pribadi. Karena sejatinya, jabatan adalah amanah, bukan kemuliaan.
Kita semua akan kembali kepada Allah. Rumah megah akan ditinggalkan, kendaraan mewah tak lagi berguna, dan kekuasaan akan sirna. Yang tersisa hanyalah amal saleh yang ikhlas. Oleh sebab itu, marilah kita gunakan waktu yang singkat di dunia ini untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Jadikan dunia sebagai jalan menuju akhirat, bukan tujuan akhir dari kehidupan.
Rasulullah Saw bersabda:
“Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang asing atau seorang pengembara.” (HR. Bukhari)
Pengembara tidak akan menetap lama di satu tempat. Ia hanya singgah, beristirahat sejenak, lalu melanjutkan perjalanan. Begitu pula kita di dunia ini — hanya singgah sementara. Kampung halaman sejati kita adalah akhirat. Di sanalah kebahagiaan sejati menanti bagi mereka yang menanam amal saleh dan menjaga keimanan.
Maka, jangan tertipu oleh gemerlap dunia. Mari perbanyak amal kebaikan, bantu sesama, dan jadikan setiap detik kehidupan sebagai investasi menuju kampung abadi — surga Allah Swt. Karena kenikmatan dunia hanya sebentar, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang kekal.
* Irwansyah, S.E., Anggota DPRK Banda Aceh






