Kehadiran Industri Hulu Migas akan Bangkitkan Perekonomian Aceh?

Oleh Asnawi Kumar*

Ilustrasi kilang migas lepas pantai (Foto: Dok. Pertamina)

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Pertumbuhan ekonomi Aceh yang terus merosot pasca-berhentinya operasional PT Arun NGL Co di Lhokseumawe pada Oktober 2014, telah menyebabkan provinsi berpenduduk 5,6 juta jiwa ini terperosok dalam lembah kemiskinan yang akut. Tidak tanggung-tanggung, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025, Aceh tercatat sebagai provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Pulau Sumatera, yaitu sebesar 12,33%.

Kondisi miris tersebut bukan kali ini saja. Sebab, Aceh secara konsisten menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Sumatera selama bertahun-tahun, termasuk berdasarkan data terbaru BPS sebagaimana tersebut di atas. Namun, meskipun masih yang tertinggi, angka kemiskinan di Aceh menunjukkan tren penurunan dalam jangka panjang, dengan jumlah penduduk miskin yang terus menurun dari tahun ke tahun.

Tren yang membuat para pelaku ekonomi di Serambi Mekkah ini merasa sedikit lega dan penuh harap adalah semakin yakin dengan hadirnya proyek industri hulu minyak dan gas bumi (Migas) di sejumlah lokasi lepas pantai Provinsi Aceh. Potensi industri hulu migas Aceh disebut-sebut sangat signifikan, didukung oleh lokasi strategis, termasuk untuk pengembangan infrastruktur seperti teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon dan industri blue hydrogen.

Berdasarkan data yang pernah dipublikasikan oleh Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), provinsi seluas 58.376 Km persegi ini memiliki beberapa blok migas potensial. Adapun blok yang menyimpan potensi migas di Aceh antara lain Blok Andaman, Blok B, blok lepas pantai Lhokseumawe, dan Blok A. Penemuan lapangan migas baru di lepas pantai Aceh dalam dua tahun terakhir, semakin memperkuat prospek keberlanjutan industri hulu migas di wilayah ini.

Beberapa temuan lapangan migas baru di lepas pantai Aceh oleh perusahaan Mubadala Energy dari Uni Emirat Arab, termasuk penemuan cadangan gas besar di Blok South Andaman dengan potensi gas lebih dari 6 TCF, serta penemuan gas hidrokarbon dan kondensat oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) di lepas pantai Lhokseumawe pada 2023 lalu.

Penemuan-penemuan tersebut, tentunya akan memperkuat peta energi Aceh dan memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya pencapaian target energi nasional. Penemuan blok migas di Aceh — setelah masa kejayaan LNG Arun Lhokseumawe yang legendaris selama lebih dari empat dekade itu — sekaligus mengonfirmasi bahwa perut bumi Aceh masih memiliki potensi dan kandungan migas yang melimpah.

Lalu, benarkah jika kehadiran industri hulu migas tersebut akan kembali membangkitkan perekonomian Aceh yang sudah terlanjur dicap sebagai provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Sumatera?

Ilustrasi pertambangan migas (Foto: Dok. Pertamina)

Harapan Bangkitnya Ekonomi Aceh

Kehadiran industri hulu migas diharapkan kembali membangkitkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Aceh melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), pembangunan infrastruktur, penguatan UMKM lokal, serta mendorong pengembangan sektor-sektor pendukung seperti pariwisata dan perikanan melalui efek berganda (multiplier effect).

Industri hulu migas juga berkontribusi pada diversifikasi, kemandirian dan ketahanan ekonomi daerah dengan memastikan pasokan energi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Jika industri hulu migas Aceh ini digarap dengan baik, setidaknya ada delapan sektor yang cukup prospektif dan berdampak luas bagi pertumbuhan ekonomi Aceh ke depan:

Pertama, penciptaan lapangan kerja: Industri migas menciptakan lapangan kerja langsung maupun tidak langsung, baik di sektor konstruksi, pemeliharaan fasilitas, hingga penyediaan layanan pendukung bagi pekerja migas. Masifnya proyek hulu migas diimbangi dengan mendorong lahirnya pengusaha baru di sektor penunjang sehingga manfaat keberadaan industri hulu migas semakin dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar.

Kedua, peningkatan TKDN: Tingginya realisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari kegiatan migas akan berdampak pada peningkatan penggunaan produk dan jasa lokal, yang secara langsung menguntungkan perekonomian Aceh. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan industri lokal, mengurangi ketergantungan pada produk impor, dan menciptakan lapangan kerja, sehingga dapat mewujudkan kemandirian dan daya saing ekonomi nasional.

Ketiga, peningkatan pendapatan daerah. Dana dari sektor migas dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur publik seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan, serta untuk membiayai layanan sosial dan pendidikan. Bahkan, sebagai wujud pemberdayaan, SKK Migas merevisi kebijakan pengadaan, sehingga perusahaan lokal kini bisa mengakses kontrak hingga Rp 50 miliar.

Keempat, pembangunan infrastruktur: Perusahaan migas sering berinvestasi dalam infrastruktur, yang tidak hanya mendukung kegiatan operasional, tetapi juga bermanfaat bagi perekonomian masyarakat Aceh secara keseluruhan. Kelima, Pengembangan Kegiatan UMKM dan Jasa Lokal. Industri migas mendorong bisnis penyedia barang dan jasa lokal, meningkatkan partisipasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja lokal.

Keenam, diversifikasi ekonomi. Pendapatan dan aktivitas dari industri migas berpotensi mendiversifikasi ekonomi Aceh, memperkuat sektor-sektor lain seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata. Ketujuh, menciptakan multiplier effect (dampak berganda): Kehadiran industri migas memberikan efek limpahan ke berbagai sektor ekonomi dan wilayah terpencil, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

Kedelapan, ketahanan dan kemandirian ekonomi: Industri migas berperan penting dalam menjaga kemandirian dan ketahanan ekonomi Aceh, karena merupakan sumber energi dan bahan baku industri yang esensial. Oleh karena itulah, dengan segenap potensi yang ada, selain migas Aceh juga mengembangkan potensi industri energi berkelanjutan, seperti blue hydrogen dan amonia.

Melihat manfaat dan dampak positif yang cukup menjanjikan bagi upaya membangkitkan kembali perekonomian Aceh, kehadiran industri hulu migas itu memang pantas kita sambut dengan sukacita dan rasa syukur. Tapi, benarkah demikian? Mudah-mudahan ini bukan kutukan, melainkan berkah yang akan menyulam kembali masa kejayaan dan kemajuan perekonomian Aceh. Semoga!

Asnawi Kumar, Wartawan Media Pos Aceh.