Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Banda Aceh, Muhammad Hidayat, S.Sos, mengatakan adanya peralihan musim basah ke kering yang tengah berlangsung menyebabkan potensi cuaca ekstrem lebih tinggi. Warga Banda Aceh dihimbau untuk mempersiapkan diri jika beraktivitas diluar ruangan dan tidak membakar sembarangan, karena suhu panas yang tinggi dapat menyebabkan kebakaran.
“Kami minta warga juga mematikan barang elektronik kalau tidak digunakan, jauhkan benda yang mudah terbakar, kompor gas dipastikan dicek lagi kalau mau keluar rumah. Selain itu, perlu juga melakukan pemeriksaan instalasi listrik secara berkala, saat membakar sampah juga perlu diawasi, karena suhu panas yang tinggi dapat memicu terjadi kebakaran,” ujar Hidayat, Rabu (22/5/2024).
Menurutnya, Sampah merupakan sebuah permasalahan yang tak kunjung usai hingga hari ini dan efek yang diakibatkan oleh sampah terhadap lingkungan makin hari sudah semakin parah. Bagi sebagian masyarakat, membakar sampah adalah salah satu kebiasaan buruk yang sulit untuk dihilangkan. Cara ini dianggap jalan pintas untuk menyingkirkan tumpukan sampah yang bisa menimbulkan berbagai penyakit.
“Padahal, membakar sampah justru akan memunculkan berbagai masalah baru. Selain berefek pada kesehatan dan lingkungan, pembakaran sampah sembarangan sangat berpotensi memicu terjadinya kebakaran yang tentunya akan menimbulkan kerugian harta benda bahkan korban jiwa,” ujarnya.
Lebih lanjut Hidayat menjelaskan, selain kebakaran ternyata sampah berpengaruh besar terhadap pencemaran polusi udara yang menyebabkan menipisnya lapisan ozon.
“Karena pasalnya, asap hasil pembakaran sampah mengandung bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengakibatkan polusi udara. Asap dari membakar sampah jenis apa pun, baik plastik, kayu, kertas, daun, maupun kaca, melepaskan banyak polutan beracun, yakni karbonmonoksida, formaldehida, arsenik, dioksin, furan, dan VOC,” urainya.
Bahaya Membakar Sampah Untuk Kesehatan
Beberapa bahan kimia paling berbahaya yang dibuat dan dilepaskan selama pembakaran adalah yang berasal dari pembakaran plastik, seperti dioksin. Dioksin adalah zat berbahaya yang terbentuk saat produk yang mengandung klorin dibakar.
“Bahan kimia lain yang dilepaskan saat membakar plastik termasuk benzo(a)pyrene (BAP) dan polyaromatic hydrocarbon (PAH), yang keduanya terbukti menyebabkan kanker,” tegasnya.
Hidayat menuturkan, meski sekilas terlihat praktis dan sampah langsung lenyap, membakar sampah secara terbuka bisa membahayakan kesehatan dalam jangka panjang. Asap hasil pembakaran sampah mengandung bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengakibatkan polusi udara. Asap dapat menempuh jarak yang jauh. Bau dan residu asap dapat masuk ke dalam rumah atau berdampak pada apa pun di luar rumah.
“Udara yang tercemar karena asap pembakaran sampah dapat dihirup oleh manusia dan hewan, disimpan di tanah, serta terpapar ke permukaan air dan tanaman. Residu dari pembakaran sampah tersebut dapat mencemari tanah dan air tanah, bahkan dapat memasuki rantai makanan manusia melalui tanaman dan hewan ternak. Bahan kimia tertentu yang dilepaskan oleh asap pembakaran sampah dapat terakumulasi dalam lemak hewan, yang bisa berbahaya saat manusia mengkonsumsi daging, ikan, dan produk susu,” ungkap Hidayat.
Sejatinya menurut Kadis PKP Banda Aceh itu, bahaya membakar sampah sembarangan bisa mengancam kesehatan manusia dan menyebabkan berbagai masalah, mulai dari gangguan pernapasan hingga penyakit kronis.
“Orang yang terpapar polutan udara ini dapat mengalami iritasi mata dan hidung, kesulitan bernapas, batuk, dan sakit kepala. Orang dengan penyakit jantung, asma, emfisema atau penyakit pernapasan lainnya sangat sensitif terhadap polusi udara,” terangnya.
“Masalah kesehatan lain yang diperburuk oleh pembakaran sampah termasuk infeksi paru-paru, pneumonia, bronkiolitis dan alergi. Asap dari membakar sampah jenis apa pun, baik plastik, kayu, kertas, daun, maupun kaca, melepaskan banyak polutan beracun, yakni karbonmonoksida, formaldehida, arsenik, dioksin, furan, dan VOC,” sambung Hidayat.
Orang-orang yang berada di sekitar lokasi pembakaran, terutama anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dan paru, berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup bahan-bahan tersebut. Hal ini juga tergantung pada seberapa lama dan seberapa sering mereka terpapar asap hasil pembakaran sampah tersebut.
Gangguan kesehatan yang muncul bisa beragam, seperti batuk, mata merah atau berair, hidung terasa perih seperti terbakar, ruam, mual, sakit kepala, serangan asma pada penderita asma. Tak hanya itu, salah satu kekhawatiran terbesar dari pembakaran sampah secara terbuka adalah risiko kesehatan yang timbul akibat paparan dioksin ke udara. Paparan zat ini dalam jangka panjang berisiko menyebabkan jenis kanker tertentu, gangguan hati, gangguan sistem kekebalan tubuh, gangguan sistem reproduksi, akibat dari terpaparnya asap dalam jumlah yang lama.
Selain asap, membakar sampah secara terbuka akan menghasilkan residu abu yang dapat mengandung logam beracun, seperti merkuri, timbal, dan arsen. Karena tidak menyadari potensi bahaya, beberapa orang mungkin akan menguburkan abu sisa pembakaran di tanah, sehingga bisa terserap oleh tanaman sayuran atau buah yang tumbuh di sekitarnya. Akibatnya, manusia bisa ikut terpapar jika mengonsumsi sayuran dan buah tersebut.
“Selain itu, bahaya membakar sampah secara terbuka tanpa pengawasan juga bisa menyebabkan kebakaran yang tidak direncanakan contohnya kebakaran hutan, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, stop membakar sampah! Lakukan pengelolaan sampah yang benar mulai dari pemilahan hingga pengolahan,” demikian kata Hidayat. (AMZ)