Pemuda Palestina Menikah di Tengah Reruntuhan Akibat Perang di Gaza

Kabarnanggroe.com, Gaza – Sejumlah pemuda Palestina di Kota Gaza, yang telah kehilangan tempat tinggal akibat serangan perang, memilih untuk menggelar pernikahan di kamp-kamp pengungsian. Meskipun rumah dan impian mereka hancur, mereka memutuskan untuk tetap merayakan cinta dan kesatuan di tengah-tengah reruntuhan, Rabu, 24 Januari 2024.

Salah satu pasangan yang menjadi sorotan adalah Muhammad Medhat Abdel-Al dan sepupunya, Yasmine. Foto dan video perayaan pernikahan mereka di sebuah sekolah yang berfungsi sebagai tempat pengungsian di Kota Rafah viral di media sosial. Abdel-Al, yang keluarganya mengungsi dari pusat kota Gaza ke Rafah setelah rumah mereka dihancurkan pada awal perang, menceritakan perjalanan sulit keluarganya.

“Rumah keluarga kami dibom pada awal perang, memaksa kami untuk mengungsi ke Rumah Sakit Medis Al-Shifa. Kami percaya itu akan aman, namun, ketika tempat itu menjadi sasaran tentara Israel, kami beralih ke sekolah penampungan Deir Yassin di selatan Gaza,” ujar Abdel-Al.

Sebelum perang, Abdel-Al dan tunangannya merencanakan untuk melakukan umrah, tetapi impian mereka hancur bersama dengan rumah mereka. “Kami memutuskan untuk menikah di sekolah ini karena kami tidak memiliki rumah lagi, dan kami tidak tahu kapan kami akan kembali ke daerah kami,” tambahnya.

Muhammad Al-Ghandour adalah pemuda Palestina lainnya yang memilih untuk menikah di kamp pengungsian di Rafah. Bersama istrinya, Shahad, mereka merayakan pernikahan di tengah-tengah kerabat, teman, dan sesama pengungsi di dalam sekolah yang berfungsi sebagai tempat perlindungan sementara.

Namun, rumah masa depan pasangan ini juga menjadi korban serangan tentara Israel. Al-Ghandour menyampaikan kerugian yang dialami, “Semuanya hilang, semua emasnya hilang, semua pakaiannya hilang. Semoga Allah memberikan ganti rugi kepada kami.”

Meskipun dihadapkan pada tantangan besar, pemuda Palestina ini memilih untuk merayakan cinta dan kehidupan baru mereka di tengah-tengah kehancuran, mengirimkan pesan ketahanan dan keberanian kepada dunia.*