TPPS Aceh Besar Gelar Konsultasi dan Koordinasi Penurunan Stunting

Sekdakab Aceh Besar, Drs Sulaimi MSi membuka sekaligus memberikan arahan dalam acara Rapat Konsultasi dan Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting bagi Pemangku Kebijakan Aceh Besar di Gedung Dekranasda, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Jumat (24/11/2023) malam. FOTO/MC ACEH BESAR

Kabarnanggroe.com, Kota Jantho – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Aceh Besar, melaksanakan Konsultasi dan Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dengan Pemangku Kepentingan di Aula Dekranasda Aceh Besar, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Jum’at (24/11/2023).

Turut hadir dalam kesempatan itu Sekda selaku Ketua TPPS Aceh Besar Dra Sulaimi MSi, dan Sekretaris BKKBN Provinsi Aceh Ihya SE MM dan seluruh anggota Tim TPPS Kabupaten Aceh Besar.

Sulaimi mengatakan, rapat konsultasi dan koordinasi yang dilaksanakan tersebut sangat penting sebagai salah satu agenda review penurunan stunting di Kabupaten Penyangga Ibukota Provinsi Aceh.

“Hari ini kita coba review kembali program penurunan dan langkah antisipasi stunting di Aceh Besar,” ujar Sekda Aceh Besar.

Ia juga mengaku, Tim Penurunan Stunting di tingkat Kabuparen, TPPS Kecamatan hingga TPPS gampong telah bekerja secara maksimal, dalam rangka penurunan stunting baik secara intervensi spesifik maupun intervensi sensitif. “Saya apresiasi, kerja keras yang telah dilaksanakan TPPS Kabupaten, Kecamatan hingga Gampong dalam upaya penurunan stunting ini. Masing-masing telah bekerja sesuai tupoksi dan mekanisme yang telah ditetapkan, baik secara spesifik maupun sensitif,” ujar Sulaimi.

Sementara itu Sekretaris Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh Ihya SE MM mengatakan dalam upaya peningkatan kapasitas Tim percepatan penurunan stunting, Perwakilan BKKBN Aceh akan melaksanakan upgrading bagi para kader desa, bidan desa dan Tim pendamping keluarga pada tahun mendatang. “Kita akan melatih kembali Kader Desa, Bidan Desa hingga TPK agar mendapatkan meningkatkan kapasitas agar dapat bekerja lebih detail lagi dalam upaya penanggulangan stunting dimasa mendatang,” katanya.

Ia juga menyampaikan petugas nantinya dalam upaya mengidentifikasi kasus stunting di masyarakat, harus betul-betul mencermati kasus yang ditemukan, baik terkait penyebab dan dampak yang akan terjadi, sehingga mampu mengambil langkah intervensi sesuai dengan kebutuhan penderita tersebut.

“Petugas harus betul-betul dapat mengidentifikasi kasus secara cermat dan detail, mereka harus mampu menemukan penyebabnya, sehingga dapat dengan tepat mengambil langkah-langkah penanggulangan,” ujar Ihya.

Peserta mengikuti acara Rapat Konsultasi dan Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting bagi Pemangku Kebijakan Aceh Besar di Gedung Dekranasda, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Jumat (24/11/2023) malam. FOTO/MC ACEH BESAR

Ia juga mengatakan keberhasilan selanjutnya yang harus menjadi target pencapaian yaitu ibu yang akan melahirkan tidak dalam keadaan anemia dan bayi yang lahir dalam kondisi yang sehat dan cukup.

” Kita berharap dapat mengejar target ibu hamil tidak lagi dalam keadaan anemia pada saat melahirkan, maka pendampingan pada masa kehamilan harus menjadi perhatian bersama,” harapnya.

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi gizi, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting dan umumnya diberikan oleh sektor kesehatan seperti asupan makanan, pencegahan infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan. Sementara itu, intervensi sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting yang umumnya berada di luar kewenangan Kementerian Kesehatan.(Rinaldi/*)