Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa Kota Banda Aceh menjadi salah satu rumah sakit yang memberikan layanan kesehatan kanker di Aceh, menurut dr. Chidmat Ismet Noor Purba, Sp.B (K) Onk (Spesialis Bedah Konsultan Onkologi), selain RSUD Zainoel Abidin yang menjadi rumah sakit rujukan di Aceh, RSUD Meuraxa merupakan rumah sakit kedua yang meiliki layanan kanker dengan dilengkapi berbagai fasilitas yang memadai.
“Selain itu layanan kanker ada di RSUD Lhokseumawe dan Sigli, namun dari keduanya itu, RSUD Meuraxa memiliki fasilitas yang lebih memadai,” katanya, di Banda Aceh, Jumat (22/09/2023).
Menurut dr. Chidmat Ismet, secara keseluruhan, kanker itu banyak, kanker merupakan kondisi medis berupa tumbuhnya sel abnormal dan ganas di dalam tubuh. Pertumbuhan sel kanker ini bisa terjadi di seluruh bagian tubuh, mulai dari kulit, mata, paru-paru, hingga organ intim. Beberapa jenis kanker yang paling umum terjadi yaitu kanker payudara, kanker paru-paru, kanker usus besar, dan kanker prostat.
“Nah, yang sering terjadi baik di Indonesia dan Aceh yaitu kanker payudara, diikuti dengan kanker mulut rahim,” katanya.
Ia menjelaskan, untuk pelayanan kanker payudara ini, tentu harus didukung dengan alat, sarana dan prasarana, dan untuk di RSUD Meuraxa sendiri sarana kanker payudara sudah memiliki Mammografi dan USG Payudara, kemudian sarana penunjang yang lain di RSUD Meuraxa juga tersedia dokter yang spesialis dibidangnya.
“Sedangkan untuk pengembangan layanan itu sendiri, RSUD Meuraxa sedang mengupayakan sarana kemoterapi, kemoterapi itu salah satu cara pengobatan untuk pasien kanker payudara, namun tergantung stadium yang dialami oleh pasien, sehingga kita bisa ambil tindakan kemoterapi dahulu atau operasi terlebih dahulu,” terangnya.
Selain itu, menurut dr Chidmat Ismet, untuk menunjang layanan tersebut, manajemen RSUD Meuraxa telah mengirimkan beberapa orang tenaga medis untuk mengikuti pelatihan penanganan kanker dibebrapa tempat, selain itu juga, manajemen RSUD Meuraxa sedang mempersiapkan alat untuk meracik obat kemo dan tempat penyimapanan obat kemoterapi.
“Karena, alat meracik dan penyimpanan obat kemoterapi itu harus berbeda dengan obat lainnya, baik secara racikan dan suhu penyimpanan, kenapa perlu tempat khusus, agar tidak tercampur dengan obat lainnya, nah untuk itu, apoteker dan asisten apoteker kita sudah mengikuti pelatihan khusus,” terang dr. Chidmat Ismet.
Ia menjelaskan, jika semua sarana dan prasarana itu semua sudah lengkap, maka secara tidak langsung RSUD Meuraxa telah mampu memberikan layanan kanker payudara secara paripurna, mengapa demikian, karena, secara tidak langsung RSUD Meuraxa telah mampu melakukan diagnostic, tindakan operasi maupun kemoterapi.
“Mungkin untuk tindakan lajutan yang belum ada di Aceh itu, adalah penyinaran atau radioterapi, ini alatnya sedang dilakukan negoisasi kepada Pemerintah Pusat, mudah-mudahan Pemko Banda Aceh mampu mengadakan alat tersebut, sehingga layanan kanker di Meuraxa lebih optimal,” ujar dr. Chidmat.
Ia mengungkapkan, persoalan kanker payudara tersebut merupakan penyakit lama yang terus terjadi ditengah masyarakat Indonesia termasuk Aceh, sejak 20 tahun yang lalu itu tidak pernah berubah, setiap pasien yang datang ke rumah sakit, rata-rata kondisi kanker yang diderita itu sudah ditahap lanjut, bukan masih gejala atau stadium satu.
“Rata-rata semuanya yang datang itu dalam kondisi lanjut, mungkin ada beberapa alasan yang mendasari kondisi itu, pemahaman masyarakat tentang kanker yang kurang dan takut berobat ke dokter, jadi, mereka berpikir, bisa diobati dengan obat gampong atau obat herbal lainnya, sehingga penyakit menjadi semakin parah dan akhirnya baru datang ke rumah sakit,” ungkapnya.
“Apalagi saat ini masih ada obat-obat herbal yang masih dipercaya oleh masyarakat bisa menyembuhkan penyakit, setelah dirasa tidak berhasil, maka pasien baru datang ke dokter. Sedangkan saat didiagnosa, akhirnya ketahuan penyakit yang diderita sudah stadium lanjut, akibatnya, angka keberhasilan pengobatan udah jelek, walaupun sudah kita lakukan upaya operasi dan tindakan lainnya,” tambahnya.
Maka menurut, dr. Chidmat, untuk mengatisipasi hal-hal yang demikian rupa, penting untuk digencarkan sosialisasi terhadap masyarakat, selain itu juga perlu adanya jaringan kerja sama antara RSUD dengan Puskesmas yang ada di Kecamatan, karena saat ini sosialisasi kanker payudara sudah sangat jarang dilakukan.
“Dulu, sosialisasi untuk kanker masih kerap kita laksanakan baik itu melalui leaflet atau melalui bidan di Puskesmas, namun saya lihat saat ini sudah mulai jarang. Padahal untuk mendeteksi itu sangat mudah. Dulu ada program Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi payudara melalui pemeriksaan mandiri. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan payudara mandiri dan untuk mencegah kanker payudara,” terangnya.
Mammografi untuk Deteksi Dini Risiko Kanker Payudara
Ada sejumlah cara yang dapat tempuh untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini, salah satunya melalui skrining dengan mammografi. Pemeriksaan ini bahkan cukup efektif untuk mendeteksi kanker sebelum tumor mulai terdeteksi.
Selain wanita berusia 40 tahun ke atas, wanita usia muda yang memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara pun sangat disarankan untuk menjalani prosedur mammografi.
Mammografi adalah pemeriksaan pencitraan untuk melihat jaringan payudara. Prosedur ini dilakukan dengan alat yang disebut mammogram. Mammogram bekerja dengan sinar-x yang akan menampilkan bagian dalam jaringan payudara.
Berdasarkan tujuan pemeriksaan, mammografi dibedakan menjadi mammografi skrining dan mammografi diagnostik. Berikut perbedaan keduanya.
1. Mammografi skrining
Mammografi skrining berguna untuk mendeteksi tanda-tanda kanker payudara pada wanita yang tidak mengalami gejala. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kanker sejak stadium awal dan efektif menurunkan angka kematian pada wanita usia 40 – 70 tahun.
Namun, mammografi skrining juga memiliki kekurangan. Dokter bisa saja menemukan jaringan abnormal yang bukan kanker. Terkadang, jaringan kanker juga bisa luput saat pemeriksaan. Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani mammografi.
2. Mammografi diagnostik
Mammografi diagnostik dilakukan pada wanita yang memiliki gejala pada payudaranya, seperti munculnya benjolan, rasa nyeri, keluarnya cairan dari payudara, dan lain-lain. Prosedur ini amat disarankan bagi wanita dengan risiko kanker payudara yang tinggi.
Pemeriksaan diagnostik juga dapat digunakan untuk memeriksa kondisi pasien yang telah menjalani pengobatan dokter. Pada mammografi diagnostik, dokter mungkin akan mengambil gambar jaringan yang tidak diamati dalam pemeriksaan skrining.(AMZ)