Takdir yang Disulam: Kisah Hidup Musriadi Aswad

Sosok kesederhanaan Dr. Musriadi, S.Pd., M.Pd Wakil Ketua DPRK Banda Aceh saat menjadi pembicara pada berbagai kegiatan. FOTO/ DOK MEDIA POS ACEH

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Lahir di Banda Aceh, hampir mencapai setengah abad yang lalu, Dr. Musriadi, S.Pd., M.Pd. tumbuh dalam keluarga sederhana, jauh dari kenyamanan dan kemewahan hidup. Sejak usia muda, ia telah mengenal kerasnya perjuangan hidup. Demi membantu orang tua dan membiayai pendidikannya, Musriadi menekuni berbagai pekerjaan kasar. Ia pernah menjadi tukang sol sepatu, menjahit dan menambal sepatu dengan tangan sendiri di pinggir jalan.

Namun, tak berhenti di situ, ia juga pernah bekerja sebagai tukang ayam potong. Pekerjaan ini tak hanya berat, tetapi juga berisiko. Salah satu jarinya pernah hampir putus karena terkena pisau saat memotong ayam, sebuah insiden yang menjadi saksi betapa kerasnya perjuangan seorang pemuda yang tak pernah menyerah pada keadaan.

Dengan semangat pantang menyerah, Musriadi menapaki jalur pendidikan yang ia yakini sebagai kunci perubahan hidup. Ia terus belajar dan meniti jenjang akademik hingga meraih gelar doktor di bidang Ilmu Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Sumatera Utara. Bagi Musriadi, pendidikan bukan sekadar gelar, melainkan bukti bahwa kerja keras dan kejujuran akan selalu menemukan jalannya.

Perjalanan hidupnya kemudian membawanya ke dunia politik. Sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN), Musriadi dikenal sebagai figur yang rendah hati dan bekerja nyata di tengah masyarakat. Kepercayaan publik membawanya menduduki posisi strategis sebagai Wakil Ketua DPRK Banda Aceh, tempat ia menyuarakan aspirasi rakyat dan memperjuangkan kebijakan pro-rakyat.

Tak hanya fokus pada isu pembangunan dan pendidikan, Musriadi juga dikenal sebagai sosok yang sangat peduli terhadap penyelamatan generasi muda dari ancaman narkoba. Pada tahun 2021, bersama Kepala BNN Kota Banda Aceh saat itu, Hasnanda Putra, ia menginisiasi lahirnya rancangan Qanun Anti Narkoba, yang juga dikenal sebagai Qanun P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba). Langkah ini menjadi fondasi penting dalam memperkuat peran pemerintah daerah dalam memerangi narkoba secara terstruktur.

Lebih dari sekadar menggagas regulasi, Musriadi memberi contoh nyata dengan menjadi tokoh publik pertama yang melakukan tes urine di kantor BNN Kota Banda Aceh, sebagai bentuk komitmen pribadi dan ajakan moral bagi pejabat serta masyarakat luas untuk menjauhi narkoba.

> “Saya pernah menjahit sepatu dengan jarum, dan hampir kehilangan jari saat memotong ayam. Kini saya menjahit harapan rakyat dengan kebijakan. Selama kita mau berusaha, Allah akan buka jalan.”
— Dr. Musriadi

Kisah hidup Dr. Musriadi adalah gambaran nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk sukses. Dari lorong sempit tempat ia menjahit sepatu dan kios pemotongan ayam yang penuh risiko, ia kini duduk di kursi parlemen, memperjuangkan suara rakyat. Sosoknya adalah inspirasi bahwa asal tidak berhenti melangkah, tak ada mimpi yang terlalu jauh untuk dijangkau.(Hasnanda Putra)