Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Banda Aceh, Cut Azharida, SH, menerima kunjungan Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) Kota Pekan Baru pada awal tahun lalu.
Menurut Cut Azharida, sesuai surat yang dikirimkan, kunjungan tersebut dalam rangka koordinasi penurunan prevalensi stunting. Mengingat Kota Banda Aceh terlihat sangat konsen dan fokus dalam penurunan angka stunting.
“Mereka melakukan koordinasi dengan kita dalam upaya menurunkan dan pencegahan stunting, begitu juga sebaliknya, kita juga ingin tahu strategi kampanye yang mereka lakukan dalam penurunan angka stunting, sehingga langkah penurunan angka stunting kita konkrit,” katanya, di Banda Aceh Jumat (23/2/2024).
Ia juga mengatakan, stunting bukan hanya tentang pertumbuhan fisik yang terhambat. Ini juga mempengaruhi perkembangan otak anak, yang dapat berdampak pada kemampuan belajar mereka dan potensi mereka di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencegah stunting sejak dini. Ini bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat.
Cut Azharida, menekankan pentingnya menjaga pola makan anak yang teratur dengan memberikan makanan yang bergizi dan seimbang. Anak-anak membutuhkan asupan protein yang cukup untuk mendukung pertumbuhan mereka.
“Orang tua harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan makanan yang seimbang dan bergizi setiap hari. Ini bukan hanya tentang memberi mereka makanan yang cukup, tetapi juga tentang memastikan bahwa makanan tersebut mengandung nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik,” kata Cut Azharida.
Ia menambahkan, kekurangan protein dan nutrisi lainnya dalam diet anak dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk stunting. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan asupan protein dan nutrisi lainnya yang cukup. Ini bukan hanya tentang memberi mereka makanan yang cukup, tetapi juga tentang memastikan bahwa makanan tersebut mengandung nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain itu, DP3AP2KB Banda Aceh juga mengajak orang tua untuk menjaga kebersihan anak-anak mereka. Kebersihan diri dan lingkungan yang baik dapat mencegah anak-anak dari berbagai penyakit.
“Anak-anak yang sehat adalah anak-anak yang bersih. Ini berarti menjaga kebersihan diri mereka, tetapi juga menjaga kebersihan lingkungan mereka. Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang bersih dan sehat memiliki peluang lebih baik untuk tumbuh dan berkembang dengan baik,” jelasnya.
Program Bapak Asuh Stunting di Banda Aceh Program Bapak Asuh Stunting yang telah diluncurkan di Banda Aceh sejak tahun lalu, dirasakan menuai hasil yang menggembirakan. Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah stunting di kalangan anak-anak dengan melibatkan para Bapak Asuh, dimana Pj Wali Kota telah mengambil kebijakan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ditunjuk sebagai Bapak Asuh menangani persoalan gagal tumbuh bagi anak-anak.
Program yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai elemen ini telah menunjukkan dampak positif, terutama dalam hal pemantauan dan pemberian makanan tambahan bagi peningkatan gizi anak. Sejak diperkenalkannya program ini, tercatat perkembangan signifikan dalam hal pertumbuhan anak-anak yang terdeteksi gejala stunting.
“Alhamdulillah, seperti di Gampong Merduati ini laporan dari Pak Keuchik (Kepala Desa-red) sudah banyak perubahan. Karena setiap hari untuk anak-anak diberikan asupan gizi dan makanan tambahan. Kemudian dilakukan timbang badan secara rutin untuk melihat perkembangan, ternyata ada perkembangan pertumbuhan anak,” ujar Cut Azharida saat mendampingi Pj Wali Kota Banda Aceh meninjau RGG di Gampong Merduati kala itu.
Optimalkan Peran TPPS Menurut Cut Azharida, keberadaan TPPS maupun PPS tentunya tidak akan berdampak optimal, jika penanganan stunting masih dilakukan secara sendiri-sendiri.
“Jadi, dibutuhkan konvergensi, integrasi, harmonisasi, dan implementasi secara bersama-sama diantara lintas sektor untuk penurunan angka stunting di Banda Aceh,” jelasnya.
Menurutnya, TPPS yang dibentuk secara berjenjang bertugas mengkoordinasikan, mensinergikan dan mengevaluasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting serta TPPS menjadi forum pelaksanaan aksi konvergensi lintas sektor yang bertugas melaksanakan konvergensi, koordinasi dan konsilidasi program tingkat pusat, daerah dan gampong.
“TPPS Tingkat Kecamatan dibentuk oleh TPPS Kabupaten/Kota untuk membantu koordinasi dan operasionalisasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting dalam rangka mendekatkan pelayanan koordinasi dan konvergensi percepatan penurunan Stunting kabupaten/kota kepada desa/kelurahan. Secara lebih spesifik, TPPS Kecamatan bertugas memberikan pendampingan dan pengawasan perencanaan dan pemanfaatan dana desa dan alokasi dana desa untuk percepatan penurunan Stunting,” katanya.
Cut Azharida juga mengatakan, pelaksanaan percepatan penurunan Stunting di gampong menjadi tanggung jawab Keuchik (Kepala desa-red) dengan pelaksana teknis oleh TPPS gampong yang dikoordinasikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK. Penyelenggaraan TPPS gampong difokuskan pada operasional data, penggerakan dan pendampingan keluarga.
“TPPS gampong juga mengkoordinasikan secara langsung pelayanan dan pendampingan kepada keluarga sasaran percepatan penurunan Stunting yang dilaksanakan oleh Tim Pendamping Keluarga,” pungkasnya. (**)