Kabarnanggroe.com, KOTA JANTHO – Dalam rangka memperingati dua dekade tragedi tsunami Aceh, Pemerintah Aceh menggelar malam renungan di Kompleks Masjid Rahmatullah, Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, Jumat (20/12/2024). Kegiatan ini dihadiri oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal ZA, M.Si, yang menyampaikan pidato reflektif dan penuh makna, menggugah masyarakat Aceh untuk terus bangkit dan belajar dari masa lalu.
Dalam sambutannya, Pj Gubernur Aceh mengajak semua pihak untuk menjadikan peringatan ini sebagai momen introspeksi dan pengingat pentingnya solidaritas dalam membangun kembali Aceh.
“Peringatan 20 tahun tsunami Aceh ini bukan hanya mengenang bencana besar yang pernah melanda kita, tetapi juga sebagai refleksi untuk memperkuat rasa syukur, kebersamaan, dan kesiapsiagaan kita sebagai masyarakat Aceh. Kita harus terus belajar dari pengalaman ini dan memastikan bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari,” ujar Safrizal.
“Hari ini, dua puluh tahun setelah bencana besar melanda tanah kita, kita berdiri di sini bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk merefleksikan perjalanan panjang yang telah kita tempuh. Tsunami Aceh tidak hanya merenggut nyawa lebih dari 200 ribu saudara kita, tetapi juga menghancurkan hampir seluruh infrastruktur dan melukai hati kita sebagai bangsa. Namun, dari reruntuhan itulah, Aceh bangkit dengan kekuatan yang luar biasa,” tambah Safrizal.
Ia melanjutkan, “Kita belajar bahwa bencana ini bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang kekuatan untuk bangkit dan membangun. Dunia menyaksikan bagaimana Aceh, dengan dukungan dari berbagai pihak, mampu bangkit dengan semangat solidaritas. Dari luka yang mendalam, kita belajar untuk saling mendukung, mengulurkan tangan, dan membangun kembali dengan lebih baik.”
Safrizal juga menegaskan bahwa peringatan ini harus menjadi momentum untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana. “Kita harus memahami bahwa ancaman bencana tidak pernah hilang. Oleh karena itu, tugas kita adalah mempersiapkan diri, mengedukasi generasi muda, dan membangun sistem mitigasi yang lebih baik. Aceh harus menjadi contoh bagaimana sebuah daerah yang pernah hancur dapat bangkit dan menjadi lebih kuat,” tegasnya.
Dalam pidatonya, ia juga mengapresiasi seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam membangun kembali Aceh pasca-tsunami, baik masyarakat lokal, pemerintah, maupun komunitas internasional. “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang selama dua dekade ini tidak pernah berhenti memberikan dukungan, baik dalam bentuk material maupun moral. Bantuan yang datang dari dalam dan luar negeri adalah bukti bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas. Mari kita jaga semangat ini untuk membangun Aceh yang lebih baik.”
Pj Gubernur juga mengingatkan bahwa kebangkitan Aceh tidak hanya tentang pembangunan fisik, tetapi juga membangun jiwa dan karakter masyarakat. “Aceh yang kita bangun bukan hanya tentang gedung-gedung megah atau jalan-jalan baru, tetapi tentang masyarakat yang lebih kuat secara mental dan spiritual. Kita harus terus menjaga nilai-nilai kebersamaan, keikhlasan, dan solidaritas yang telah menjadi fondasi kebangkitan kita.”
Sebagai bagian dari peringatan, Safrizal juga menyerahkan santunan simbolis kepada anak-anak yatim yang kehilangan keluarga akibat tsunami. “Mereka adalah generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan kita. Mari kita dukung mereka, berikan pendidikan yang layak, dan ciptakan lingkungan yang mendukung mereka untuk tumbuh menjadi pemimpin masa depan,” katanya.
Ia menutup sambutannya dengan pesan inspiratif kepada seluruh masyarakat Aceh. “Mari kita jadikan peringatan 20 tahun tsunami ini sebagai pengingat bahwa di balik setiap duka, ada hikmah besar. Aceh telah bangkit, tetapi perjalanan kita belum selesai. Tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa bencana ini menjadi pelajaran yang diwariskan kepada generasi berikutnya, sehingga mereka dapat membangun Aceh yang lebih tangguh, lebih siap, dan lebih maju. Aceh adalah tanah yang kuat, dan bersama-sama, kita akan terus menjadikannya lebih baik,” pesannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh (Disbudpar) Al Muniza Kamal S.STP, M.Si, Peringatan 20 Tahun Tsunami, selaku, Ketua Panitia, menjelaskan bahwa peringatan tahun ini diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan untuk menghidupkan kembali kenangan sekaligus memberikan edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya mitigasi bencana.
“Kami telah menyusun serangkaian acara yang melibatkan masyarakat luas, mulai dari kegiatan seni, olahraga, hingga pameran edukasi. Semua ini untuk mengenang perjuangan membangun kembali Aceh pasca-tsunami,” jelas Al Muniza.
Al Muniza mengatakan, malam renungan ini adalah salah satu rangkaian acara peringatan 20 tahun tsunami Aceh, yang diisi dengan berbagai kegiatan seperti pameran, teatrikal, dan diskusi edukasi di Museum Tsunami Aceh. Puncaknya akan berlangsung pada 26 Desember 2024 di Masjid Raya Baiturrahman.
Disamping itu, Turut hadir dalam malam renungan ini Asisten I Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Aceh Besar Bidang Tata Pemerintahan, Keistimewaan, dan Kesejahteraan Rakyat, Farhan AP, yang mewakili Pj Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto SSTP MM. Farhan menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen Aceh Besar untuk selalu mengenang dan mendoakan para korban tsunami.
“Kami hadir bersama masyarakat Aceh untuk merefleksikan perjuangan yang telah dilalui selama dua dekade terakhir. Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa Aceh terus bergerak maju dengan semangat kebersamaan,” ungkap Farhan.
Acara malam renungan dimulai dengan pengajian yang dibacakan oleh Ustad Takdir Feriza sedangkan tausiah, samadiah, dan doa bersama dipimpin oleh Ustad Zul Arafah. Hadir pula berbagai tokoh penting dari Pemerintah Aceh, Forkopimda Aceh, Forkopimda Aceh Besar dan Banda Aceh, Para Kepala SKPA, sejumlah Kepala OPD Aceh Besar termasuk Sekretaris Dewan Aceh Besar, Forkopimcam Lhoknga dan Peukan Bada, Imum Mukim Lampuuk beserta Keuchik dan Perangkat Gampong hingga perwakilan lembaga internasional, termasuk media Jepang yang secara khusus meliput peringatan ini.
Peringatan ini bukan hanya menjadi pengingat tragedi, tetapi juga simbol kekuatan masyarakat Aceh untuk bangkit dari keterpurukan dan melangkah menuju masa depan yang lebih baik.(Cek Man/*)