Muhammad Rizki; Aceh Butuh Pemimpin yang Mampu Mengimplementasikan Ide, tidak Hanya Sekedar “Angèn Surga”

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh — Ketua Senat Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Muhammad Rizki, M.Pd., menyatakan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya tentang kemampuan berargumentasi, tetapi juga kemampuan mengimplementasikan ide-ide tersebut, menjadi relevan terutama dalam konteks Pilkada gubernur Aceh. Pilkada tidak hanya menjadi ajang bagi para calon pemimpin untuk memamerkan visi, misi, dan janji-janji, tetapi lebih dari itu, menjadi ujian sejauh mana calon tersebut memiliki kapasitas untuk merealisasikan gagasannya dalam kehidupan nyata masyarakat.

Di Aceh, tantangan utama seorang gubernur tidak hanya berada pada kemampuan berbicara atau membangun narasi politik yang menarik. Lebih penting lagi adalah bagaimana pemimpin tersebut mampu menjawab kebutuhan masyarakat, seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan, penguatan ekonomi syariah, dan penyelesaian berbagai permasalahan pascakonflik. Dalam hal ini, Muhammad Rizki menegaskan pentingnya sosok pemimpin yang memiliki rekam jejak implementasi yang jelas.

Sebagai contoh, seorang calon gubernur yang menjanjikan program pemberdayaan ekonomi berbasis syariah perlu menunjukkan langkah konkret, seperti membangun sinergi dengan lembaga keuangan syariah atau melibatkan masyarakat dalam ekosistem ekonomi tersebut. Tanpa kemampuan implementasi, janji-janji tersebut hanya akan menjadi retorika kosong yang menggerus kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan daerah.

Dalam Pilkada Aceh, kita memerlukan pemimpin yang tidak hanya pandai berargumentasi di panggung debat, tetapi juga memiliki kompetensi manajerial untuk merancang kebijakan, membangun konsensus, dan mengeksekusi program dengan tepat sasaran. Pemimpin dengan kualitas ini tidak hanya memberikan inspirasi, tetapi juga menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat Aceh.

Dengan demikian, ini menjadi pengingat penting bagi para pemilih Aceh untuk lebih cermat memilih pemimpin berdasarkan kemampuan implementasi nyata, bukan sekadar retorika politik. Aceh memerlukan pemimpin visioner yang dapat menjembatani antara gagasan besar dan kebutuhan masyarakat sehari-hari, membawa provinsi ini menuju masa depan yang lebih baik.