Kabarnanggroe.com, Kota Jantho – Jadwal pelantikan kepala daerah terpilih, Gubernur/Wagub, Bupati/Wabup dan Walikota/Wakil Walikota hasil Pilkada Serentak secara nasional tanggal 27 Nopember 2024 memang belum pasti, karena ‘Jakarta’ menginginkan agar pelantikan itu juga dilakukan secara serentak sesuai dengan Pilkada yang juga serentak.
Dan itu dilakukan setelah seluruh rangkaian gugatan hasil Pilkada yang masuk ke Mahkamah Konstitusi (MK) telah kliir. Dari jadwal penanganan di MK, gugat menggugat itu akan selesai di paruh terakhir Maret 2025. Setelah itulah prosesi pelantikan Gubernur/Wagub, Bupati/Wabup dan Walikota/Wakil Walikota hasil Pilkada Serentak secara nasional tanggal 27 Nopember 2024 akan dilantik.
Pelantikan secara nasional akan dilakukan serentak, Sementara Aceh yang memiliki kekhususan sebagai daerah pemilik UUPA, pelantikan bakal dilakukan di depan Sidang Paripurna DPRK/DPRA.
Terlepas dari jadwal yang belum final itu, Penjabat Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto telah melakukan persiapan awal untuk Bupati/Wakil Bupati Aceh Besar terpilih Muharram Idris/Syukri A Jalil, sebelum keduanya resmi menduduki singgasana Pemerintahan Aceh Besar. Iswanto sendiri telah membangun komunikasi dan koordinasi secara intensiv dengan Syech Muharram/Syukri nyaris sejak dua bulan terakhir, dalam kapasitas pasangan yang terpilih memimpin Aceh Besar dengan perolehan suara sebanyak 73.673 suara.
Iswanto terus berupaya mensosialisasikan aura sistem birokrasi Aceh Besar kepada pasangan Syech Muharram/Syukri A Jalil. Khusus sosok Syukri, yang mantan pensiunan Pemkab Aceh Besar, tentu hal itu bukanlah hal yang baru. Sebagai mantan sosok salah seorang Pejabat Tinggi Pratama atau level eselon dua, ia kenal luar dalam tentang Pemkab Aceh Besar.
Bahkan dalam merotasi posisi di puncak birokrasi pun, Iswanto membangun komunikasi dengan Syech Muharram, karena ia sadar betul, yang nantinya menjadi user adalah pemerintah Aceh Besar lima tahun le depan. Karena itu pula, Iswanto menginisiasi pertemuan pasangan bupati/wabup Aceh Besar terpilih dengan jajaran pejabat eselon II dan III hingga jajaran BUMD Aceh Besar di Kantor Bupati Aceh Besar, Senin (20/01/2025) kemarin, di tempat Muharram/Syukri nantinya akan bertugas. “Kita ingin memperkenalkan secara langsung Syeh dan Pak Syukri dengan sosok sosok pimpinan satuan dan unit di Pemkab Aceh Besar, hingga mereka nantinya tak canggung saat bermitra sebagai pimpinan dan staf,” kata Iswanto singkat.
Hasilnya, pertemuan ‘calon bigbos’ dengan staf yang bisa jadi hanya baru dilakukan oleh Iswanto dibanding daerah kabupaten/kota lain di Aceh itu, betul betul menciptakan suasana komunikasi yang cait dan teduh. Syech/Syukri tampak tak sungkan bercanda dengan jajaran pimpinan OPD, Kabag hingga Camat dalam meeting perdana tersebut.
Mantan Panglima GAM Aceh Rayeuk itu mengapresiasi langkah Pj Bupati Iswanto yang menginisiasi silturrahmi tersebut. “Memang harus dibuat acara silaturrahmi ini sebelum dilantik, agar terbangun keharmonisan di antara kami dengan jajaran Pemerintah di Aceh Besar sebelum pelantikan, sebagai bagian untuk kelancaran roda pemerintahan daerah,” tutur Muharram.
Secara humble Syech juga mengakui ‘berguru’ ke Pj Bupati Muhammad Iswanto dalam memahami seluk beluk pengelolaan tatanan birokrasi di Pemkab Aceh Besar, sebagai bagian untuk mewujudkan god governance dan clean government di Aceh Besar sejak landing di Pemkab Aceh Besar. “Sebelum dilantik, saya berguru ke Pj Bupati Aceh Besar dan siap untuk membantu semua elemen di Aceh Besar dimanapun. Mari kita curahkan pikiran untuk Aceh Besar,” tutur Syech di depan para pejabat Aceh Besar dalam special meeting tersebut.
Ibarat perjalanan sebuah pesawat, Syech Muharram/Syukri A Jalil dengan fungsi pilot dan co pilot, sedang dalam proses landing di Aceh Besar. Pj Bupati Iswanto memposisikan diri sebagai Air Traffic Controler di menara kontrol yang lazim disebut Air Traffic Control Tower (ATCT).
Sebagai Air Traffic Controler, salah satu tugas Iswanto adalah mengatur posisi pendaratan yang pas untuk sang pilot dan co pilot. Termasuk untuk memfasilitasi terwujudnya pendaratan yang nyaman dalam bentuk soft landing. Semua itu untuk menghindari terjadinya pendaratan yang malah memunculkan kecemasan akibat hard landing.
Memang itu tak terlepas dengan skill pilot dan copilot dalam menjalankan instrumen di dalam cockpit, namun tugas seorang air traffic controler juga tak bisa dinafikan. Intinya kolaborasi kedua kubu memang sebuah kewajiban, sejenak pesawat menyentuh landasan pacu. Selamat bertugas Syech/Syukri, karpet merah telah dibentangkan.(WD)