Kabarnanggroe.com, Kota Jantho – Sawah di kawasan Lhoknga mulai memasuki masa panen, sebagian besar para petani menggunakan mesin pemotong padi (combine harvester) untuk mempercepat proses panen tersebut.
Petani kawasan Lhoknga Chandra Teguh Utama mengatakan, pemakaian mesin pemotong tersebut, memberikan banyak manfaat bagi para petani. Diantaranya dengan adanya pemakaian mesin tersebut dapat menghematkan waktu dan biaya pada masa panen.
“Karena setelah dipotong, antara jerami dan padi langsung dipisahkan secara otomatis. Setelah itu langsung dapat dimasukkan dalam karung,” sebutnya, saat berada di persawahan Lambaro Seubun, Lhoknga, Sabtu (21/1/2023) sore.
Ia menuturkan, jika dibandingkan dengan pemotongan manual, perbedaan yang sangat signifikan masih banyak proses lainnya yang harus dilalui. Diantaranya pemotongan, pengeringan, setelah itu baru dilakukan pemisahan antara jerami dan padi.
“Dari semua proses itukan membutuhkan biaya, jadi pakai mesin biayanya pun tidak mahal. Waktu hemat, biaya pun juga hemat,” tuturnya.
Akhir Masa Kekhawatiran
Masa panen yang ditunggu-tunggu para petani tersebut, merupakan penghujung masa kekhawatiran para petani di Lhoknga. Hal itu sebagaimana yang diterangkan Keuchik Lambaro Seubun Anum Fuadi. Hal itu dikarenakan, sebelum memasuki masa panen, padi para petani tersebut mendapatkan penyerbuan dari berbagai hama.
“Para petani harus memberikan pengawasan exstra terhadap padinya. Siang dan malam mereka harus berada di sawah untuk menjaga padi dari serbuan berbagai hama,” sebutnya.
Ia menceritakan, berbagai keluhan terhadap pertanian di kawasan tersebut terpaparkan dari masyarakat. Diantaranya merupakan, permintaan untuk membuatkan pagar sawah yang pada dasarnya hal tersebut diluar kemampuan pemerintahan tingkat gampong (desa-red).
“Kami berharap, Pemerintah Kabupaten Aceh Besar bersama Dinas Pertanian Aceh Besar, dapat memperhatikan para petani yang menjerit kesusahan ini, setiap datang musim tanam padi dengan serbuan hama seperti burung pipit, monyet dan hama babi,” ujarnya dengan nada penuh kesedihan.
Selain itu, sambung Keuchik Anum. permintaan lainnya, terkait kelangkaan pupuk yang dirasakan para petani sampai saat ini. Kemudian, di kawasan Lhoknga juga kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahunnya. Hal itu dikarenakan, di kawasan tersebut tidak adanya sistem pengairan (irigasi) dalam pertanian.
“Kita sepenuhnya harus bergantung terhadap musim. Dalam setahun, umumnya kita hanya bisa bertani sekali saja. Jika dilakukan dua kali, maka hasil pertanian tidak bisa maksimal,” pungkas Keuchik Anum mewakili para petani di kawasan Lhoknga.