kabarnanggroe.com, Jakarta – Perang baru pecah di Asia. Ini terkait dua negara bekas Uni Soviet, Azerbaijan dan Armenia.
Lokasi baku tembak adalah Nagorno-Karabakh. Secara internasional, wilayah itu masuk bagian Azerbaijan meski dihuni mayoritas etnis Armenia.
Munculnya separatis Armenia yang didukung pemerintah Yerevan membuat Azerbaijan mengamuk. Selasa (19/9/2023) Baku mengirimkan pasukan yang didukung serangan artileri wilayah dengan populasi 120.000 jiwa itu.
MengutipĀ Al-Jazeera, Azerbaijan menyebut serangan itu adalah “operasi anti teroris”. Kemarahan Azerbaijan tersebut setelah empat tentara dan dua warga sipil terbunuh oleh ranjau darat yang diklaim ditanam oleh separatis Armenia.
“Operasi untuk melucuti senjata dan menuntut penarikan angkatan bersenjata Armenia dari wilayah kami,” tegas Kementerian Pertahanan Azerbaijan dikutip laman yang sama.
Setidaknya 60 pos militer disita pasukan. Sementara sebanyak 20 kendaraan militer dihancurkan.
Armenia sendiri mengutuk serangan tersebut. Negara itu mengatakan Azerbaijan telah melancarkan agresi besar-besaran baru terhadap masyarakat Nagorno-Karabakh.
Armenis pun membantah angkatan bersenjatanya berada di Nagorno-Karabah. Yerevan meminta Dewan Keamanan PBB bereaksi termasuk kehadiran penjaga perdamaian dari Rusia.
“Tujuannya untuk menyelesaikan kebijakan pembersihan etnis,” kata pemerintah Yerevan.
Belum jelas berapa banyak orang yang tewas atau terluka akibat serangan militer tersebut. Seorang pejabat hak asasi manusia dari kelompok separatis Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh mengatakan 25 orang tewas, termasuk dua warga sipil.
Nagorno-Karabakh sempat berada di bawah kendali separatis etnis Armenia yang didukung oleh militer Yerevan pada akhir perang separatis tahun 1994. Azerbaijan mendapatkan kembali wilayah dan sebagian Nagorno-Karabakh sendiri melalui pertempuran pada tahun 2020.
Rusia Teriak
Sementara itu, Rusia yang selama ini bertindak sebagai mediator, menyerukan penghentian segera pertempuran dan pertumpahan darah di wilayah Nagorno-Karabakh. Negeri Presiden Vladimir Putin meminta evakuasi warga dan pengiriman bantuan medis.
“Sehubungan dengan meningkatnya tajam konfrontasi bersenjata di Nagorno-Karabakh, kami mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk segera menghentikan pertumpahan darah, menghentikan permusuhan dan menghilangkan korban sipil,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan dikutipĀ AFP.
“Hal utama saat ini adalah segera kembali menerapkan serangkaian perjanjian trilateral di tingkat tertinggi,” tambah lembaga Kremlin itu.