Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Banda Aceh menggelar pemberdayaan kelompok masyarakat di Kampung Keluarga Berkualitas (KB) dalam rangka percepatan penurunan angka stunting di Kota Banda Aceh, pemberdayaan kelompok tersebut diisi dengan program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang dilaksanakan di Aula Kantor Camat, Bandar Raya, Kota Banda Aceh, Selasa (21/2/2023).
Kegiatan tersebut diikuti oleh 6 gampong di Kecamatan Bandar baru, terdiri dari Lhong Raya, Lamlagang, Mibo, Lampeuot, Lam Arad an Geuceu Kaye Jato serta melibatkan instansi vertical sebagai nara sumber, yaitu BkkBN, TP-PKK Kota Banda Aceh dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).
Kepala DP3AP2KB Banda Aceh, Cut Azharida, SH, mengatakan, Dahsat merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu meyusui dan baduta/balita stuting terutama dari keluarga kurang mampu.
“Dashat ada dalam Kampung KB dan menjadi pusat gizi serta pelayanan pada anak stunting, bersama para ahli gizi kita telah menyusun menu sehat dengan konsep produk lokal, karena sekaligus memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat sendiri,” katanya.
Menurutnya, kegiatan Dashat sendiri mencakup edukasi perbaikan gizi dan konsumsi pangan ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Dalam hal ini masyarakat akan diberi sosilaisasi terkait pangan lokal yang terjangkau, bericita rasa dan bergizi baik dan dipadukan dengan berbagai kegiatan kemitraan.
“Program ini merupakan upaya penurunan angka stunting melalui asupan gizi yang diberikan kepada anak-anak dengan penyajian makanan yang menarik dan berbahan lokal, tampilan yang unik atau menu yang unik akan disukai anak-anak, jadi targetnya, anak-anak mau makanan, terkadang makanan sehat tidak diminati oleh anak-anak, jadi selain tampilan kandungan gizi juga diatur dalam program Dashat ini,” ujar Cut Azharida.
Ia menuturkan, dengan adanya program dashat diharapkan bisa bersinergi antara TP PKK dan Kader Kampung KB, karena sama-sama bertujuan untuk menurunkan stunting.
“Selain berbagai program juga terus digencarakan terutama untuk para ibu hamil, ibu menyusui mendapatkan perhatian khusus dalam pemenuhan asupan nutrisinya sehingga terlahir generasi penerus yang sehat dan berkualitas,” tuturnya.
Cut Azharida juga menjelaskan, pentingnya mengatasi stunting di gampong-gampong karena penyebab masalah stunting merupakan kondisi kesehatan yang tidak optimal dan asupan nutrisi yang tidak optimal pada masyarakat.
“Dengan adanya program Dashat setiap ibu hamil, ibu yang hendak hamil, dan ibu menyusui lebih diperhatikan asupan nutrisinya,” katanya.
Cut Azharida menegaskan, anggapan bahwa makanan sehat pasti mahal adalah anggapan yang salah.
“Kita sering beranggapan bahwa kalau konsumsi makanan sehat itu mahal. Itu sangat salah, maka Dashat ingin menghadirkan secara ideologis tentang kemandirian pangan. Bagaimana kita itu tidak hanya punya ketahanan pangan tapi juga kedaulatan pangan,” tambahnya.
Kedaulatan pangan artinya memiliki dan mengkonsumsi makanan lokal. Jika bahan-bahan dihasilkan sendiri dan bukan didatangkan dari negara lain, maka harganya akan lebih murah. Ia memberi contoh makan sehat tak selalu mahal. Misalnya, tak melulu makanan sehat itu daging, sapi, ikan juga sehat dan cenderung lebih murah.
“Daging itu mahal, ikan itu murah, tapi ternyata untuk mencegah stunting ikan itu sudah sangat cukup,” terangnya.
Tujuan pengembangan Dashat secara umum merupakan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, dalam rangka mempercepat upaya penurunan stunting melalui pendekatan konvergensi Kampung KB di tingkat gampong.
“Sementara secara khusus, Dashat dikembangkan dalam rangka, menyediakan pangan sehat dan bergizi, memunculkan kelompok usaha keluarga/masyarakat lokal yang berkelanjutan, tingkatkan keterampilan kelompok usaha keluarga/masyarakat, olah, distribusikan dan pasarkan makanan bergizi seimbang, berdayakan ekonomi masyarakatberbasis sumber daya lokal, KIE gizi dan pelatihan kepada keluarga risiko stunting,” jelas Cut Azharida.
Lebih lanjut Cut Azharida menjelaskan, kegiatan Dashat ini dirancang dalam tiga permodelan, yaitu, model sosial, pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang sebagian besar kegiatan berupa pemberian makan gratis kepada kelompok sasaran (ibu hamil, ibu menyusui dan anak baduta, kedua model komersial yaitu pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang diperuntukan bagi masyarakat umum dengan metode penjualan dan penguatan KIE tentang makanan sehat.
“Sedangkan yang ketiga, model kombinasi yaitu pemberdayaan masyarakat untuk menyediakan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang diperuntukan bagi pemenuhan gizi kelompok sasaran serta masyarakat umum dengan metode penjualan,” ungkapnya.
Cut Azharida juga menambahkan, Dashat model sosial, cocok diterapkan pada Kampung KB dengan karakteristik kesejahteraan masyarakat rendah, kasus stunting tinggi dan akses sumber pangan rendah. Sementara untuk model komersial cocok untuk diterapkan pada Kampung KB dengan karakteristik kesejahteraan masyarakat tinggi, kasus stunting rendah dan akses sumber pangan optimal. Sedangkan model kombinasi antara sosial dan komersial adalah Kampung KB dengan karakteristik kesejahteraan masyarakat baik, kasus stunting sedang dan akses sumber pangan berkembang.
“Apapun model kegiatan Dashat yang dipilih, yang tentu saja disesuaikan dengan kondisi Kampung KB di wilayah masing-masing, tujuan akhirnya adalah mempercepat penurunan kasus stunting. Kegiatan Dashat ini tentu akan melengkapi upaya yang telah demikian beragam dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik yang ditujukan pada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) dan Intervensi Gizi Sensitif yang ditujukan pada masyarakat umum dengan pelibatan lintas sektor dan mitra kerja,” pungkasnya. (AMZ)