Daerah  

Keper BKKBN Aceh Sebut, Stunting di Aceh Turun 2 Persen

Kepala perwakilan BKKBN Provinsi Aceh, Drs, Sahidal Kastri, MPd, membuka acara Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di Kecamatan Bandar Baru, Kota Banda Aceh, Selasa (21/2/2023). AM ALFARIZI

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Kepala perwakilan (Kaper) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Aceh, Drs Sahidal Kastri, MPd, mengatakan, hasil survei Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, dimana prevalensi stunting di Aceh turun sekitar 2 persen, jika sebelumnya angka stunting di Aceh mencapai 33,2 % kini stunting di Aceh menjadi 31,2%. Hal tersebut diungkapkan Sahidal Kastri saat membuka Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di Kecamatan Bandar Baru, Kota Banda Aceh, Selasa (21/2/2023).

Ia mengatakan, saat ini Aceh berada diperingkat 5 nasional stunting di Indonesia, dilihat dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Provinsi Aceh menempati posisi ketiga tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat di posisi pertama dan kedua. Prevalensi stunting di Aceh lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Banyaknya kasus stunting yang terjadi di Indonesia, mendorong pemerintah untuk memberikan arahan khusus yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

“Itu sebabnya, kita harus bersinergi dalam mengatasi stunting, semua pihak harus mengambil peran dalam menurunkan prevalensi stunting di Aceh, hingga angka stunting di Aceh dapat kita tekan sekecil mungkin,” ujarnya.

Menurut Sahidal, prevalensi stunting tidak bisa ditekan jika tanpa komitmen bersama khususnya para pemangku jabatan, termasuk pemangku jabatan ditingkat gampong, menurutnya, justru pemerintah gampong harus lebih aktif, karena setiap ada masyarakat, naik bayi, ibu hamil atau remaja dan catin, pihak gampong harus tau dan melaporkan kepada petugas yang telah dibentuk.

“Pemerintah Gampong harus terlibat aktif dalam upaya penurunan stunting, disetiap gampong ada petugas, baik kader KB, Rumah Gizi Gampong (RGG), kader PKK dan kader posyandu, jadi ketika ada ada balita yang terindikasi stunting dapat ditangani dengan segera, begitu juga dengan remaja dan calon pengantin, mereka harus mendapatkan pendampingan yang maksimal, sehingga stunting dapat diturunkan secara perlahan,” ucapnya.

Sahidal menuturkan, saat ini perlu inovasi yang tepat dalam meningkatkan gizi, menurutnya, Aceh telah jalan untuk membuat inovasi penurunan stunting lewat makanan, salah satunya khanduri, menurut Sahidal, masyarakat Aceh kerap sekali melaksanakan khanduri, bahkan khanduri mauled Nabi SAW di Aceh diperingati selama 4 bulan dan diisi dengan khanduri yang didalamnya ada berbagai makanan sehat.

“Sebenarnya, khanduri ini bisa kita jadikan sebuah inovasi, dimana dalam khanduri itu banyak sekali menu yang bergizi, namun tentu saja harus diatur, mungkin dengan pengolahan makanan yang tepat juga penyajian bagi anak yang menarik, sehingga anak-anak di Aceh dapat menikmati makanan bergizi,” tutur Sahidal.

Ia merasa miris, Aceh yang terkenal dengan menu makanan yang digemari banyak orang, namun justru banyak anak-anak kurang gizi dan terindikasi stunting.

“Maka ini harus bisa kita suarakan bersama, sehingga khanduri yang dilakukan oleh masyarakat Aceh memiliki dampak positif bagi pertumbuhan anak-anak di Aceh,” tegasnya.

Kaper BkkBN Aceh itu menyebutkan, jika saat ini prevalensi stunting di Aceh mampu turun 2% maka ditahun depan BkkBBN Aceh menrgatekan penurunan angka stunting hingga 5 atau 7 %.

“Jadi, sekali lagi mari sama-sama kita bersinergi menurunkan stunting di Aceh, agar ke depan Aceh memiliki generasi muda Aceh yang potensial,” pungkasnya.(AMZ)