Tersesat di Dunia Digital: Krisis Fokus Mahasiswa Akibat Game Online

Oleh Nur Maya Sari Nasution*

Nur Maya Sari Nasution (Foto: Dok. Pribadi)

Kabarnanggroe.com, GAME Online memang menawarkan hiburan instan, menjadi pelarian dari stres kuliah, bahkan memberi rasa “teman” ketika jauh dari keluarga. Namun ketika hiburan ini berubah menjadi kebiasaan berlebihan, mahasiswa mulai mengabaikan tujuan awal mereka datang merantau.

Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar, mengerjakan tugas, atau mengembangkan keterampilan justru habis tersedot oleh layar ponsel atau laptop. Rutinitas perlahan kacau: begadang untuk bermain, bangun siang, malas mengikuti kelas, dan motivasi pun terus menurun.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tantangan menjadi mahasiswa tidak hanya soal memahami materi kuliah atau beradaptasi dengan lingkungan kampus, tetapi juga kemampuan mengendalikan diri.

Mahasiswa yang tenggelam dalam game online pada akhirnya merugikan dirinya sendiri. Mereka tersesat di dunia digital.

Orang tua yang melepaskan mereka dengan penuh harapan menginginkan perubahan, kemajuan, dan kedewasaan. Namun jika waktu terbuang untuk bermain game, kesempatan emas untuk berkembang justru hilang begitu saja.

Di era digital, game bukanlah musuh. Permainan daring dapat menjadi sarana hiburan yang sehat apabila digunakan secara seimbang. Namun mahasiswa harus memahami bahwa mereka tidak datang ke perantauan untuk mencari kenyamanan baru yang membuat lalai, tetapi untuk membentuk disiplin, mengejar peluang, dan memperjuangkan masa depan.

Pada akhirnya muncul pertanyaan yang harus dijawab setiap mahasiswa: “Saya kuliah untuk apa?”

Jika jawabannya untuk memperbaiki masa depan, maka game online harus ditempatkan pada porsi yang tepat—sebagai hiburan, bukan prioritas.

Perjalanan kuliah seharusnya menjadi proses pendewasaan, bukan jalan untuk tersesat dalam dunia virtual.
Selain mengganggu fokus akademik, kecenderungan mahasiswa bermain game secara berlebihan juga berdampak pada kehidupan sosial dan emosional.

Banyak mahasiswa yang perlahan menjauh dari lingkungan kampus karena merasa lebih nyaman berinteraksi di dunia virtual. Padahal, kehidupan perkuliahan menuntut mereka untuk membangun relasi, beradaptasi, dan membuka diri terhadap pengalaman baru.

Ketika game menjadi pusat perhatian, kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitar pun sirna. Mereka menjadi pasif, kurang peka, dan sering kali kehilangan keterampilan memecahkan masalah secara mandiri.

Nur Maya Sari NasutionMahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.