Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Gubernur Aceh, H Muzakir Manaf (Mualem) yang diwakili Plh Asisten II Pemerintahan, Keistimewaan Aceh, dan Kesra, Drs Syakir MSi, membuka Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) IV tingkat Provinsi Aceh tahun 2025, yang berlangsung di Hotel Grand Aceh Syariah, Lamdom, Banda Aceh, Selasa (19/08/2025) malam.
Kegiatan yang diikuti ratusan santri dari berbagai dayah dan pesantren di kabupaten/kota se Aceh selama tiga hari (19-21 Agustus 2025) itu diharapkan menjadi ajang silaturahmi, sekaligus kompetisi untuk memperdalam tradisi keilmuan Islam melalui kajian kitab kuning.
Gubernur Aceh dalam sambutan tertulis yang dibacakan Plh Asisten II (Bidang Pemerintahan, Keistimewaan Aceh, dan Kesejahteraan Rakyat), Drs Syakir MSi menyampaikan, melalui MQK, para santri dilatih untuk membaca, memahami, dan menguraikan kandungan Kitab Kuning (Kitab Turats), yang menjadi rujukan utama dalam berbagai bidang keilmuan Islam seperti fiqh, tafsir, hadits, ushul fiqh, akhlak, hingga tasawuf.
Menurutnya, kemampuan membaca teks Arab gundul, mengurai makna, dan menjelaskan isi kitab, adalah keterampilan yang tidak hanya menuntut kecerdasan intelektual, tetapi juga ketekunan, kesabaran, dan keberkahan ilmu dari guru kepada murid.
“Musabaqah Qiraatil Kutub bukan hanya perlombaan, tetapi juga wadah untuk memperkuat literasi kitab kuning di kalangan santri. Ini adalah warisan ulama yang harus kita jaga dan terus hidupkan,” ucap Syakir saat menyampaikan sambutan Gubernur Aceh.
Gubernur juga menekankan pentingnya peran santri dan dayah dalam membangun Aceh, tidak hanya dari sisi ilmu, tetapi juga akhlak dan moral.
“Santri adalah garda depan dalam menjaga ajaran Islam di Aceh. Melalui MQK, kita berharap lahir generasi ulama muda yang berilmu, berakhlak, dan siap mengabdi kepada masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pemerintah Aceh berkomitmen mendukung penuh pendidikan dayah.
“Membangun Aceh tidak cukup dengan pembangunan fisik semata, tetapi juga dengan memperkuat iman dan ilmu. Dari dayah lahir ulama, pemimpin, dan pendakwah yang membawa cahaya Islam bagi masyarakat,” tutup Syakir.
Menjaga Khazanah Keilmuan Islam
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik Dayah) Dayah Aceh, Dr Munawar A Jalil MA dalam laporannya menyampaikan, MQK merupakan upaya nyata menjaga khazanah keilmuan Islam di Aceh.
“Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) adalah sebuah gerakan intelektual yang memiliki makna mendalam bagi kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat Aceh. MQK menegaskan kembali tradisi keilmuan Islam yang telah mengakar kuat dalam sejarah peradaban kita,” ucap Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Munawar.
Menurutnya, sejak dulu, Aceh dikenal sebagai daerah Serambi Mekkah, pusat pendidikan Islam, dan tempat Iahirnya para ulama besar yang berperan dalam mencerdaskan umat serta menjaga marwah bangsa.
“Perlu kami sampaikan, ada tiga kabupaten/kota yang tidak mengirimkan kafilahnya pada MQK IV tingkat Provinsi Aceh tahun 2025 ini, yakni Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Kota Subulussalam, dan Langsa,” kata Munawar.
Dia menambahkan, MQK Aceh berlangsung selama tiga hari (19-21 Agustus 2025), dengan berbagai cabang perlombaan, di antaranya fiqh, tauhid, tafsir, serta nahwu-sharaf.
“Pemenang MQK tingkat provinsi nantinya akan menjadi duta Aceh pada ajang Musabaqah Qiraatil Kutub tingkat nasional,” tutup Kepala Disdik Dayah Aceh itu. (Ask/*)