MAN 3 Aceh Besar Bagikan Rapor Semester Genap, Kisah Haru di Balik Panggung Apresiasi

Kabarnanggroe.com, Aceh Besar — Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Aceh Besar menggelar pembagian rapor semester genap Tahun Pelajaran 2024/2025 di Panggung Utama MANTAB FAIR, Jumat, 20 Juni 2025. Kegiatan berlangsung meriah dan tertib, diikuti oleh seluruh siswa kelas X dan XI, dewan guru, serta tenaga kependidikan.

Plt. Kepala MAN 3 Aceh Besar, Ismail, S.Pd., M.Ag., dalam sambutannya memberikan motivasi dan apresiasi tinggi kepada para siswa-siswi berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. “Kami bangga atas capaian kalian semua. Teruslah belajar dan tingkatkan akhlak mulia,” pesannya di hadapan seluruh peserta.

Dalam momen tersebut, madrasah juga mengumumkan para juara MANTAB IN (kompetisi ekstrakurikuler), serta siswa-siswi yang dinobatkan sebagai Pengunjung Perpustakaan Teraktif Semester Genap.

Namun, di balik sorak sorai dan kegembiraan, terselip sebuah kisah haru yang menggetarkan hati. Wakil Kepala Madrasah Bidang Akademik, Azwir, S.Pd.I., M.Ag., membagikan cerita menyentuh melalui grup WhatsApp internal madrasah seusai acara.

Saat menyerahkan penghargaan kepada dua siswi yang meraih predikat Pengunjung Perpustakaan Teraktif, Azwir menyadari bahwa salah satu dari mereka tidak mengenakan sepatu. Ia sempat berniat menegur, mengingat sudah ada imbauan sebelumnya. Namun, jawaban yang ia terima sungguh di luar dugaan.

“Sepatu saya sudah robek dan tidak bisa dipakai lagi, Pak,” ucap siswi tersebut lirih.

Ternyata, kedua siswi itu adalah kakak-beradik kandung, anak pertama dan kedua dari keluarga sederhana yang tinggal di Gampong Lheue Cureh, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar. Mereka memiliki lima adik kandung, dan setiap hari menjalani kehidupan dengan berbagai keterbatasan.

“Pikiran saya langsung tertuju pada keluarga mereka. Saya membayangkan bagaimana perjuangan mereka membagi waktu dan tanggung jawab di tengah kesulitan,” ujar Azwir.

Kesaksian ini diperkuat oleh guru lain yang mengenal keseharian mereka.

“Mereka hampir setiap istirahat ke perpustakaan, membaca buku. Saat ditanya kenapa tidak jajan, mereka menjawab, ‘Karena tidak bawa uang jajan.’ ”

Guru tersebut juga membagikan kisah lain yang menggambarkan ketangguhan mereka.

“Woe sikula awak nyan jak koeh umpeun kameng, pak. Uroe nyan lon kalon jaroe rayeuk that, tesie jadi lon tanyong pakon jaroe, jadi dipegah teu sie ngon sikin wate koeh umpeun kameng.” (Sepulang sekolah, mereka membantu orang tua memotong pakan kambing. Hari itu saya lihat tangan salah satunya terluka. Ketika ditanya, katanya kena pisau saat memotong pakan.)

Kisah mereka menjadi pengingat bahwa di balik prestasi, tersimpan perjuangan dan keteguhan hati yang luar biasa. Semoga semangat mereka menjadi inspirasi bagi kita semua, dan semoga Allah SWT senantiasa memudahkan jalan pendidikan mereka.(Herman/*)