Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Sebagai upaya penurunan dan pencegahan stunting di Kota Banda Aceh, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Banda Aceh mengoptimalkan program Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) dan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING).
Kepala DP3AP2KB Banda Aceh, Cut Azharida, SH, melalui Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Intan Indriyani, SKM, mengatakan, Dinas P3AP2KB Kota Banda Aceh sebagai Pemegang program untuk OPD KB Kota Banda Aceh menghadiri Audiensi program TAMASYA dan GENTING bertempat di Rumah Dinas Ketua DPRK Kota Banda Aceh. Rabu, (19/2/25).
Menurutnya, program Tamasya yang merupakan Tempat Penitipan Anak atau layanan sejenis yang memberikan pendampingan pengasuhan bagi pengasuh, anak, serta orang tua keluarga. Sedangkan program Genting merupakan gerakan gotong royong masyarakat untuk mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, kuat, dan tidak stunting.
“Dua program itu sebagai bentuk intervensi stunting di Kota Banda Aceh yang terus kita upayakan untuk mencetak generasi emas berprestasi di Kota Banda Aceh,” katanya, Jumat (21/2/2025).
Ia menyampaikan, pemerintah dengan program Tamasya bertujuan untuk memastikan tersedianya lingkungan yang mendukung bagi anak-anak.
“Memantau tumbuh kembang anak secara periodik, meningkatkan keterlibatan orang tua/keluarga dalam pengasuhan melalui peningkatan kompetensi pengasuh yang tersertifikasi, serta meningkatkan kerjasama dalam layanan rujukan,” ujarnya.
Menurutnya, Tamasya hadir sebagai solusi bagi orang tua, terutama ibu bekerja, agar bisa tetap produktif sambil memastikan buah hati mereka mendapatkan perhatian, perlindungan, dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
Untuk itu, ujarnya, jika ada ibu hamil harus terus dilakukan pendampingan hingga 1.000 hari pertama kehidupan. Selama ini, keberhasilan menurunkan angka stunting, karena Pemerintah Kota Banda Aceh melakukan pendampingan pada anak yang berisiko stunting dilakukan secara berkelanjutan.
‘’Jadi tidak hanya memberikan bantuan saja, jika tidak didampingi lagi tidak akan banyak bermakna. Kita dampingi sejak kita memberikan bantuan sampai dengan 1.000 hari pertama kehidupan,’’ terangnya.
Selain itu, pihaknya akan melakukan kampanye untuk menjadi orang tua asuh cegah stunting. Orang tua asuh ini akan mendampingi keluarga berisiko stunting sampai dengan berusia 2 tahun.
Sementara program Genting adalah gerakan berbasis komunitas yang melibatkan individu, kelompok, perusahaan, dan pemerintah daerah sebagai orang tua asuh bagi keluarga berisiko stunting.
“Tujuannya adalah memberikan dukungan kepada keluarga kurang mampu yang memiliki risiko tinggi terhadap stunting; khususnya ibu hamil, ibu menyusui atau yang memiliki anak usia di bawah dua tahun (baduta), anak usia 0-23 bulan (baduta), dan balita usia 24-59 bulan,” terangnya.
Genting mendorong masyarakat untuk membantu sejuta keluarga berisiko stunting di seluruh Indonesia. Dukungan ini dapat berupa bantuan nutrisi dan non-nutrisi. Genting mengajak seluruh elemen masyarakat, mulai dari individu hingga perusahaan, untuk menjadi bagian dari perubahan. Mewujudkan visi Indonesia Maju pada 2045 dengan generasi yang lebih sehat dan produktif. Dengan semangat kebersamaan, GENTING diharapkan menjadi model kolaborasi nasional yang mampu mengubah kehidupan jutaan anak Indonesia.

Pemko Tunjuk Kepala OPD sebagai Bapak Asuh
Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah stunting di kalangan anak-anak dengan melibatkan para Bapak Asuh, dimana Pj Wali Kota saat itu telah mengambil kebijakan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ditunjuk sebagai Bapak Asuh menangani persoalan gagal tumbuh bagi anak-anak.
Program yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai elemen ini telah menunjukkan dampak positif, terutama dalam hal pemantauan dan pemberian makanan tambahan bagi peningkatan gizi anak. Sejak diperkenalkannya program ini, tercatat perkembangan signifikan dalam hal pertumbuhan anak-anak yang terdeteksi gejala stunting.
“Alhamdulillah, setiap hari untuk anak-anak diberikan asupan gizi dan makanan tambahan. Kemudian dilakukan timbang badan secara rutin untuk melihat perkembangan, ternyata ada perkembangan pertumbuhan anak,” katanya.
Kekurangan gizi terjadi dari sejak bayi dalam kandungan hingga pada masa awal setelah bayi lahir. Namun kondisi stunting baru kelihatan setelah bayi berusia 2 tahun. Pada periode inilah sebenarnya penting dilakukan pencegahan, karena stunting sebenarnya dapat disembuhkan.
Selanjutnya, makanan pendamping ASI juga menjadi poin penting, di mana orang tua harus memahami pilihan-pilihan makanan yang bergizi baik untuk pertumbuhan anak dan otak. Tidak perlu makanan kemasan atau makanan pabrik, makanan rumahan juga cukup baik.
“Makanan di rumah sudah cukup bagus. Misalnya, telur yang murah meriah dan gampang diperoleh, ikan, sayur-sayuran yang bisa dilunakkan atau diblender sesuai dengan tingkatan usia anak di bawah 2 tahun,” pungkasnya.(Muiz)