PGIW Titipkan Dana Tanggap Darurat Melalui Lazismu Aceh

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh — Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Wilayah (PGIW) Aceh menitipkan donasi kemanusiaan tanggap darurat sebesar Rp11,6 juta melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Aceh yang disalurkan ke rekening Lazismu Aceh sebagai dana persiapan tanggap darurat kebencanaan.

Hadir dalam acara di sekolah Methodist Banda Aceh, Kamis, (19/12/2024) ini, Mardin Laoli, S. Pd, M.Pd (Kepsek SMA), David Kandar, S.Th, S. Pd (Pimpinan Yayasan Methodist Banda Aceh), Sheilisa, S.Pd (Kepsek SMP), Elianna Tarigan (Kepsek SD), Pdt. Supardi Silitonga, S. Th, (Ketum PGIW Aceh), Hasrat Lase (Sekum PGIW Aceh), serta Samuel Subroto, M.Th (Ketua I PGIW Aceh).

Sementara dari MDMC Aceh hadir M. Yamin, Musliadi M. Tamin, Syukri Karim, Agustiar, Imam Abdillah Lukman, serta Handrino Juliansyah. Dari BPBD dihadiri Ihwan Zulmi, utusan Lazismu Aceh Zulhilmi dan Safa Banat Jamilah dari Pengurus Ranting IPM Baitul Arqam Sibreh.

M Yamin menjelaskan, MDMC Aceh melakukan kerjasama penyelenggaraan mitigasi bencana kepada para guru dan siswa sekolah Methodist Banda Aceh.

Kegiatan ini melibatkan ratusan siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga SMA Metdhodist, yang dipusatkan di komplek sekolah Methodist Peunayong, Banda Aceh.

“Ini merupakan tindak lanjut dari sosialisasi mitigasi bencana yang dilaksanakan oleh MDMC Aceh yang kolaborasi dengan Bank Indonesia Aceh Selasa lalu, dengan menghadirkan 600 siswa SLTA di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar,” ungkapnya.

Yamin mengatakan, ratusan siswa SD, SMP, SMA Methodist, beserta para guru merasakan suasana kepanikan saat suara TOA sekolah mengumumkan adanya gempa yang berpotensi tsunami.

“Saat itu, siswa sedang menjalankan proses belajar-mengajar di dalam kelas, seketika para siswa berhamburan mencari segitiga kehidupan menyelamatkan diri sesuai instruksi,” urainya.

Usai melaksanakan simulasi, tambahnya, MDMC dan sekolah Methodis yang didampingi langsung oleh para pendeta dari pengurus PGWI melakukan evaluasi atas simulasi yang telah dilakukan dan saling memberikan masukan.

“Kita perlu tahu bagian mana dari simulasi tersebut yang harus menjadi perhatian utama untuk keselamatan para siswa jika gempa dan tsunami benar-benar terjadi,” tutupnya. (Herman/Sayed M. Husen)