Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3P2KB) Kota Banda Aceh melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK) berupaya mempercepat penurunan prevalensi stunting di Kota Banda Aceh.
Kepala DP3AP2KB Kota Banda Aceh, Cut Azharida SH mengatakan kehadiran tim pendamping keluarga di setiap gampong atau desa akan membantu mencegah masalah stunting pada anak-anak di Kota Banda Aceh.
“Tim pendamping keluarga ini terdiri atas bidan, kader PKK dan kader KB. Mereka sudah mendapatkan pelatihan untuk melakukan pencegahan stunting,” katanya, di Banda Aceh, Kamis (16/3/2023).
Menurut dia, tim pendamping keluarga (TPK) tersebut akan melakukan intervensi pencegahan stunting mulai dari remaja yang berisiko kerdil, calon pengantin, ibu hamil, ibu yang melahirkan, dan balita.
“Meskipun angka stunting di Kota Banda Aceh sudah mulai turun mencapai 23 persen itu masih di bawah standar yang ditetapkan Pemerintah 14 persen, oleh karena itu kita tetap waspada, jangan sampai meningkat kembali,” ucap Cut Azharida.
Ia menyatakan dengan adanya TPK Kita Banda Aceh mulai tancap gas untuk melakukan percepatan penurunan angka stunting mulai 2022, bagi calon pengantin bisa melapor ke desa setidaknya tiga bulan sebelum hari pernikahan.
“Nanti TPK yang akan melakukan pembekalan. Misalnya, jika ditemukan calon pengantin dengan ukuran lingkar lengan kecil, mereka akan diberikan pendampingan gizi dan diberikan vitamin. Jika mengalami hal-hal yag dapat menyebakan stunting warga akan mendapatkan pendampingan,” ujarnya.
Selain itu, jika ditemukan ada pra-keluarga sejahtera akan dikoordinasikan ke Dinas Sosial dan kalau akses air bersihnya kurang, nanti dikoordinasikan dengan Dinas Pekerjaan Umum. “Jadi, keterlibatan lintas sektor, semua berkolaborasi,” ucapnya.
Cut Azharida juga mengatakan tim pendamping keluarga tidak hanya memberikan pendampingan kesehatan reproduksi kepada calon pengantin, sekaligus mengenai kesehatan mental.
“Dengan demikian, mereka akan benar-benar siap untuk menikah. Jangan sampai, baru menikah sebulan dua bulan lalu terjadi kekerasan dalam rumah tangga karena mereka belum siap mental,” ujarnya.
Menurutnya, melalui berbagai upaya pencegahan stunting dengan melibatkan tim pendamping keluarga dan instansi lintas sektor, diharapkan generasi muda Banda Aceh pada 2045 adalah mereka yang sehat dan berkualitas.
“Mudah-mudahan generasi penerus bangsa Kota Banda Aceh menjadi generasi yang sehat dan berkualitas,” ungkap Cut Azharida.
Edukasi Stunting Pada Remaja Itu Penting Menurut Cut Azharida, remaja penting diedukasi terkait isu stunting. Banyak yang menyangka isu stunting hanya untuk orang tua dan pasangan yang sudah menikah.
“Padahal sebenarnya stunting adalah sebuah siklus. Jika calon ibu punya asupan gizi kurang sejak remaja ia berisiko punya anak kurang gizi dan si anak akan mencontoh pola makan ibunya dan terus berputar,” ungkap Cut Azharida.
Ia juga mengatakan, remaja harus melek dengan isu stunting, menurutnya, Kota Banda Aceh memiliki Generasi Berencana (Genre) yang juga sebagai corong Pemerintah Kota Banda Aceh dalam mencegah pernikahan usia dini dan kesehatan reproduksi.
“Jadi keberadaan mereka bisa mengkampanyekan tujuan Pemerintah dalam mengatasi stunting, kesehatan reproduksi dan pencegahan pernikahan diusia dini, yang semuanya itu memiliki resiko stunting,” pungkasya.(AMZ/*)