BPK Wilayah 1 Aceh Gelar Sosialisasi Nazam Sifeut 20 di Gampong Data Makmur

Nazam Sifeut 20 di Gampong Data Makmur, Sabtu (16/8/2025) malam. FOTO/ RUSYDI

Kabarnanggroe.com, Kota Jantho – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 1 Aceh menggelar Sosialisasi Nazam Sifeut 20 di Gampong Data Makmur, Sabtu (16/8/2025) malam. Kegiatan ini merupakan yang kedua setelah dilaksanakan di gampong Lamceue, Kuta Baro dua hari yang lalu.

Acara tersebut menggandeng maestro seniman tutur, Cek Medya Hus dan T Abdullah Sakti sebagai narasumber dan ikut serta tim Seung Samlako.

Sosialisasi Nazam Sifeut 20 di Gampong Data Makmur dibuka oleh Plt Kadisdikbud Aceh Besar yang diwakili oleh Pamong Budaya Ahli Muda, Rusydi SAg.

Dalam sambutannya Pamong Budaya Disdikbud Aceh Besar memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada BPK Aceh yang melaksanakan sosialisasi Nazam Sifeut 20 di beberapa gampong di Aceh Besar.

“Disdikbud Aceh Besar mendukung kegiatan seperti ini semoga kedepan semakin banyak gampong dan sekolah yang bisa ikut dilibatkan dalam event ini, “pungkasnya.

Plt Kadisdikbud Aceh Besar yang diwakili oleh Pamong Budaya Ahli Muda, Rusydi SAg.saat memberi sambutan pada sosialisasi Nazam Sifeut 20 di Gampong Data Makmur, Sabtu (16/8/2025) malam. FOTO/ RUSYDI

Sementara itu Keuchik Data Makmur yang diwakili Imum Gampong, Tgk Murdani mengucapkan terima kasih atas dipilihnya gampong Data Makmur sebagai salah satu tempat sosialisasi Nazam Sifeut 20.

“Kami masyarakat Data Makmur siap mengikuti kegiatan yang digagas oleh BPK Wilayah Aceh bersama maestro seniman Aceh, “katanya.

Untuk diketahui Nazam Sifeut 20 harus dilestarikan karena, yakni Nazam Sifeut 20 adalah bagian dari warlsan budaya takbenda yang memiliki nilai pendidikan tinggi.
Melestarikannya berarti menjaga identitas, bahasa, dan spiritualitas masyarakat Aceh.
M Melalui nazam, generasi muda dapat belajar agama sekaligus menghargai seni dan budaya lokal.

Adapun tantangan saat ini antara lain : Perkembangan zaman dan pengaruh budaya populer membuat tradisi ini mulai ditinggalkan.

Banyak generasi muda yang lebih akrab dengan lagu-lagu modern daripada nazam. Akibatnya, pengetahuan tentang sifat dua puluh dan metode belajar melalui nazam mulai memudar.Jika tidak dilestarikan, tradisi ini terancam hilang.(Rusydi)