Kabarnanggroe.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah menutup perdagangan Rabu (17/9) dengan penguatan tipis, naik 3 poin atau 0,02 persen ke level Rp16.437 per dolar Amerika Serikat (AS), dari posisi sebelumnya Rp16.440 per dolar AS.
Penguatan rupiah tersebut dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen. Selain itu, BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin ke level 3,75 persen, serta Lending Facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen.
“Langkah BI ini dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam menyalurkan dana sekitar Rp200 triliun yang saat ini masih parkir di BI ke bank-bank Himbara, agar bisa segera disalurkan ke sektor riil,” ujar Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, di Jakarta.
Sejak awal 2025, BI tercatat sudah empat kali menurunkan BI-Rate, dari 6,00 persen pada Desember 2024 hingga kini menjadi 4,75 persen. Menurut Ibrahim, hal ini menunjukkan BI lebih menitikberatkan pada stimulus pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal maupun politik dalam negeri.
Dari sisi global, pergerakan rupiah juga ditopang ekspektasi pasar terhadap keputusan The Fed yang diperkirakan memangkas suku bunga acuan dalam rapat FOMC, Kamis (waktu Indonesia). Pasar memperkirakan pemangkasan minimal 25 basis poin, bahkan ada kemungkinan lebih besar hingga 50 basis poin.
“Selain pemangkasan suku bunga, investor akan menanti proyeksi ekonomi terbaru The Fed dan konferensi pers Ketua Jerome Powell untuk mencari sinyal arah kebijakan selanjutnya. Namun, pasar masih ragu apakah pelonggaran moneter akan berlanjut agresif, mengingat inflasi AS masih stagnan,” kata Ibrahim.
Di sisi lain, faktor geopolitik juga menambah ketidakpastian. Ketegangan Rusia–Ukraina kembali meningkat setelah serangan ke infrastruktur energi Rusia, yang memicu kekhawatiran pasokan minyak dunia. Situasi semakin kompleks dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mendorong tarif impor lebih tinggi untuk minyak Rusia ke negara besar seperti China dan India.
Dengan kondisi tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan Kamis (18/9), namun berpotensi menguat di rentang Rp16.390–Rp16.440 per dolar AS.