Kabarnanggroe.com, Kota Jantho — Mewakili Bupati Aceh Besar, H. Muharram Idris atau yang akrab disapa Syech Muharram, Staf Ahli Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Pembangunan, Ir. Makmun, MT, menghadiri Sosialisasi Pemilahan Sampah sekaligus pencanangan Balai Penataan Bangunan, Prasarana, dan Kawasan (BPBPK) Aceh sebagai Wilayah Pilah Sampah. Acara berlangsung khidmat di Gedung PIP2B Lamsayuen, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Sabtu (16/8/2025).
Pada kesempatan itu, Ir. Makmun menegaskan bahwa persoalan sampah bukan lagi isu kecil, melainkan persoalan besar yang perlu ditangani dengan serius. Menurutnya, kunci penyelesaian sampah ada pada kesadaran masyarakat.
“Atas nama Bupati Aceh Besar, saya menyampaikan apresiasi kepada BPBPK Aceh dan semua pihak yang mendukung.
Sosialisasi ini adalah langkah awal yang baik untuk membangun budaya baru di tengah masyarakat, yakni memilah sampah sebelum dibuang. Ini terlihat sederhana, tapi dampaknya luar biasa bagi lingkungan kita,” ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa pengelolaan sampah yang baik mampu memberi nilai tambah.
“Kalau kita disiplin memilah, sampah organik bisa jadi kompos, sampah plastik bisa didaur ulang, dan yang berbahaya bisa ditangani khusus. Hasilnya, bukan hanya lingkungan kita lebih bersih, tetapi juga tercipta peluang usaha baru, terbuka lapangan kerja, bahkan bisa menopang perekonomian lokal berbasis lingkungan. Jadi, sampah bukan lagi masalah, tapi sumber daya,” tegas Makmun.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Dr. Ir. A. Hanan, S.P., M.M., saat membuka acara, mengatakan, juga menyoroti pentingnya perubahan pola pikir masyarakat. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan program ini sepenuhnya bergantung pada partisipasi publik.

“Kalau setiap rumah tangga mau memilah sampah, setidaknya 60 persen masalah sampah sudah selesai.
Ini bukan sekadar soal kebersihan, tapi juga kesehatan. Lingkungan yang bersih akan mencegah penyakit, menekan biaya kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup. Jadi, pemilahan sampah harus dipahami sebagai investasi untuk masa depan,” ungkapnya.
Hanan juga mengajak seluruh aparatur gampong agar menjadi contoh nyata di masyarakat. “Kalau perangkat desa sudah menunjukkan komitmen, otomatis warga akan ikut. Jangan sampai ada kesan program ini hanya sebatas wacana. Harus ada aksi nyata dari kita semua,” tambahnya dengan tegas.
Sementara itu, Kepala BPBPK Aceh, Tommy Permadhi, ST, MT, menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen menjadikan balai yang ia pimpin sebagai pusat percontohan pilah sampah. “Kami ingin balai ini bukan hanya sekadar simbol. Tetapi betul-betul menjadi laboratorium hidup.
Di sini kami siapkan fasilitas pemilahan, pengolahan, sampai pengangkutan. Harapan kami, apa yang kami lakukan bisa menjadi inspirasi bagi instansi lain, sekolah, kampus, hingga masyarakat umum,” ujar Tommy.
Menurutnya, pilah sampah adalah pintu masuk menuju sistem pengelolaan yang modern dan berkelanjutan.
“Kalau kita masih mengandalkan TPA tanpa memilah, maka sampah akan menumpuk tanpa henti. Tetapi dengan pemilahan, kita bisa mengurangi, memanfaatkan, dan mendaur ulang. Itulah solusi yang kita dorong bersama,” jelasnya.
Turut hadir pula Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, yang menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut. Illiza menekankan pentingnya sinergi lintas daerah dalam menangani sampah. “Sampah tidak mengenal batas administratif. Karena itu, kerja sama antar-daerah sangat penting.
Saya sangat mengapresiasi inisiatif BPBPK Aceh ini. Semoga dengan adanya kegiatan ini bisa menjadi contoh yang menular untuk kabupaten/kota di Aceh,” pungkas Illiza.
Dengan adanya pencanangan BPBPK Aceh sebagai wilayah pilah sampah, Pemerintah Aceh Besar berharap gerakan ini tidak berhenti pada acara seremonial, tetapi berlanjut menjadi budaya baru dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Harapannya, Aceh Besar dapat tumbuh sebagai daerah yang bersih, sehat.(Rinaldi)