Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Besar, Ananda Musni Caesar AMd menyoroti kelangkaan pupuk subsidi dan juga jaringan irigasi rusak ke area persawahan Kecamatan Lhoong, Aceh Besar.
Dia menyatakan kelangkaan pupuk subsidi akan mempengaruhi hasil produksi padi nantinya, walaupun lahan yang tersedia terbatas di kawasan yang berbatasan langsung dengan gunung dan laut.
Nanda berharap kelangkaan pupuk subsidi untuk petani sawah di Lhoong dapat segera diatasi, sehingga para petani dapat kembali ke sawah untuk memulai usahanya menanam padi.
Ditambahkan, pupuk juga dibutuhkan petani sayur-sayuran dan perkebunan rakyat yang tersebar di 28 gampong atau desa. Dia mengakui sempat mempertamyakan hal tersebut kepada pihak terkai yang dinyatakan kuota pupuk subsidi akan ditambah, tanpa ada penjelasan lebih lanjut.
Ananda Munir Caesar yang merupakan putra Lhoong ini sempat menyaksikan latihan pemain sepak bola Pra PORA Aceh Besar di Lapangan PS Lubuk, Kecamatan Ingin Jaya pada Kamis (15/5/2025) sore.
Disebutkan, persoalan lainnya tentang rusaknya jaringan irigasi yang masih berupa alur ke area persawahan, sehingga harus ada upaya perbaikan segera dari pihak terkait.
Ditambahkan, dirinya akan mengajak Kepala Dinas Pertanian dan Kepala Dinas PUPR Aceh Besar untuk meninjau langsung area persawahan di Kecamatan Lhoong dalam waktu dekat ini.
Ananda berharap hasil produksi padi di Kecamatan Lhoong akan terus meningkat, sehingga akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, pekebun dan juga peternak.
Berdasarkan data 2023, area sawah di Lhoong yang didominasi padi sawah, terdapat di Desa Jantang dengan luas area 20 hektare, tetapi yang masih produktif seluas 14 hektare dan 6 hektare lainnya tidak lagi digarap petani.
Sedangkan hasil produksi padi berupa gabah kering sebanyak dua kali per tahun masih sekitar 5,6 ton per hektare dengan total hasil panen sekitar 77,4 ton pe tahun. Padahal, dengan intensifikasi lahan, maka hasil produksi padi bisa meningkat antara 7 sampai 9 ton, bahkan bisa 10 ton per hektare.
Bahkan, salah seorang pengusaha keturunan China di Banda Aceh sempat mengembangkan padi organik di Kecamatan Lhoong, tetapi seusai tsunami 26 Desember 2004 tidak ada lagi khabarnya dan sempat mengunjungi area sawah tersebut.
Saat itu, pria satu ini bernama Afi yang membuka bengkel mobil di Peunayong, Banda Aceh memberi segala kebutuhan petani, mulai dari bibit sampai pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar di salah satu gua di Lhoong yang telah hancur diterjang tsunami.
Dia juga menampung hasil produksi petani tersebut dengan pasar sampai Malaysia, Singapura, bahkan Thailand. Konsumen luar negeri umumnya menyenangi padi organik, walau harus dibeli dengan harga mahal.
Dalam sebuah kesempatan, Afi sempat menyatakan pernah mengajak Pemkab Aceh Besar untuk mengembangkan pupuk organik di Lhoong, tetapi tidak ada respon sama sekali.
Kembali lagi ke Ananda yang juga menyinggung tentang petani nilam yang terus tumbuh di wilayah Lhoong, seiring harga minyak nilam sudah di atas Rp 1 juta per kilogram.
Dia mendukung penuh upaya Universitas Syiah Kuala (USK) yang memberi bantuan alat pengolahan penyulingan nilam, sehingga hasil produksi petani nilam bernilai tinggi.
Seperti diketahui, minyak nilam yang berasal dari sejumlah kabupaten di Aceh, termasuk di Aceh Besar merupakan yang terbaik di dunia, sehingga memiliki nilai jual tinggi.(Muh)