Socolatte, Cokelat dari Pidie Jaya Kini Mendunia

Kedai Socolatte yang berada di Kabupaten Pidie Jaya. FOTO/INTERNET

kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Wisatawan yang berkunjung ke Aceh, kini sudah mulai membawa pulang oleh-oleh cokelat dari Kabupaten Pidie Jaya. Itulah yang membuat Kafe Socolatte tidak pernah sepi. Socolatte saat ini menjadi satu-satunya brand produk cokelat di Aceh yang kini telah mendunia.

Cokelat merupakan makanan yang terbuat dari biji buah kakao. Cokelat memiliki ragam manfaat kesehatan, mulai dari menurunkan kadar kolesterol, mencegah penurunan fungsi kognitif, hingga mengurangi risiko masalah kardiovaskular. Ada banyak jenis cokelat yang beredar di pasaran. Setiap cokelat memiliki ciri khasnya masing-masing, tergantung dari daerah atau negara cokelat itu berasal.

Socolatte, adalah sebuah brand produk olahan kakao yang pabrik dan kafe nya berada di Desa Musa Baroh, Bandar Baru, Pidie Jaya, persis di kilometer 136 jalan lintas Banda Aceh-Medan. Tidak pernah terbayangkan di sebuah desa, letaknya ratusan kilometer dari ibu kota provinsi Aceh, Banda Aceh, ada aneka olahan cokelat lezat dan sehat berkelas dunia.

Owner Socolatte, Irwan Ibrahim mengatakan, brand ini merupakan perpaduan dari bahasa Aceh, so yang artinya “siapa” dan bahasa Inggris chocolatte yang artinya “cokelat”. “Jadi, socolatte artinya cokelat siapa, ya, cokelat Aceh,” kata Irwan menjelaskan.

produk Socolatte. FOTO/DOK SOCOLATTE

Irwan Ibrahim lahir dan tumbuh dari keluarga petani kakao. Sejak belia, dia sudah terbiasa bergelut di kebun kakao, beliau membuat coklat socolatte dari biji kakao pilihan dan kakao fermentasi dari petani sekitar Aceh, diolah menjadi beragam produk coklat bercita rasa khas Aceh.

Irwan mulai berpikir untuk meningkatkan pendapatan, memberikan nilai tambah bagi para petani kakao di daerahnya. Ia mulai mengolah biji kakao menjadi berbagai macam produk olahan yang disukai masyarakat. Awalnya, dia hanya dibantu lima karyawan dan modal awal sebesar Rp35 juta dengan beberapa peralatan dan pengolahan sederhana.

“Dengan adanya industri pengolahan coklat di Aceh, lapangan kerja tersedia dan petani kakao di Aceh kian sejahtera,” harapnya.

Kala bencana tsunami melanda Aceh pada Desember 2004 silam, ada hikmah tersendiri yang dipetik Irwan. Dengan masuknya sejumlah bantuan dari luar negeri berupa permodalan dan pemberdayaan ke daerah Aceh, dia juga kecipratan bantuan.

“Kita sempat jatuh bangun dalam memasarkan produk Socolatte ini, pada tahun 2004 usaha pengolahan Socolatte ini mendapat bantuan OISCA Jepang. Berupa modal Rp65 juta, juga peralatan pengolahan dan dengan bantuan teknis ahli pengolahan kakao dari Jepang,” kisahnya.

Irwan berpesan, dirinya percaya bahwa sebuah proses tidak pernah mengkhianati hasil, jangan pernah takut untuk mencoba berwirausaha, kalau gagal bangkit lagi.

“Apalagi di era digital saat ini, sudah banyak media sosial yang membuat kita dengan mudah untuk bisa memasarkan produk, jadi, jangan takut,” pungkasnya. (Adv)