Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Gol balasan Duta FC Banten untuk menyamakan kedudukan dari PSAB Aceh Besar yang disahkan wasit dari Surakarta penuh dengan kontroversial. Gol tersebut berawal dari keputusan wasit memberi tendangan bebas, seusai pemain PSAB menyentuh pemain Duta FC sampai terjatuh sendiri.
Sejumlah insiden kecil lainnya yang diperagakan pemain Duta FC sudah seperti pemain Bahrain saat melawan Timnas Indonesia, disentuh sedikit langsung terjatuh. Hal itu seiring berbagai upaya yang dilakukan pemain Duta FC untuk membobol gawang PSAB yang dikawal Adil tidak juga berhasil sampai waktu normal dalam laga di Lapangan Sriwaru, Surakarta pada Sabtu (14/12/2024) pagi.
Memasuki waktu krusial pada injury time, Duta FC terus menggempur pertahanan PSAB yang dikawal Muhammad Andhika dkk dari berbagai sisi, tetapi terus gagal. Wasit juga tidak memperdulikan area lapangan pertahanan Duta FC yang sudah digenangi air, sehingga serangan balik PSAB terus gagal, operan bola berhenti di atas lapangan becek.
Praktis sebelum terjadinya gol, Duta FC mengepung area pertahanan PSAB dan sejumlah sentuhan ringan menyebabkan terjadi tendangan bebas yang diberikan wasit Surakarta, bernama Arif Nur Wahyudi. Pemain Duta FC memanfaatkan keberpihakan wasit yang membela mereka saat seolah-olah terjatuh dan langsung memberi tendangan bebas.
Sehingga, sejumlah tendangan bebas didapat Duta FC yang terus berupaya menyamakan gol jelang akhir laga yang sudah berat sebelah. Hujan yang turun sejak pada babak pertama, telah menyebabkan area lapangan Duta FC digenangi air, sebaliknya, area lapangan PSAB tidak ada air, sehingga pemain Duta FC lebih leluasa melakukan serangan dengan operan panjang.
Jelang akhir waktu normal, dari menit ke-86 sampai menit ke-89, terjadi kericuhan di lapangan, sesuai penjaga gawang PSAB bernama Adil berebut bola dengan pemain Duta FC. Adil dan pemain Duta FC mendapat kartu kuning dan laga dilanjutkan lagi.
Anak-anak Duta FC terus memanfaatkan kondisi lapangan PSAB yang tetap bagus untuk melancarkan serangan, sebaliknya, PSAB harus berjibaku di daerahnya sendiri, karena area Duta FC digenangi air, sehingga aliran bola tidak lancar saat melakukan serangan balik, terhenti di lapangan becek.
Begitu waktu normal habis, menit ke-90, wasit terus melanjutkan laga karena ada jeda insiden saat laga berlangsung, tetapi wasit tidak memperhatikan jam di tangannya, laga terus berlanjut. Sebuah insiden kecil menjadi awal petaka bagi PSAB yang telah sekuat tenaga mempertahankan keunggulannya.
Sebuah tendangan bebas melambung berhasil disundul pemain Duta FC mengarah ke dalam gawang, tanpa bisa diantisipasi penjaga gawang PSAB. Skor pun berubah menjadi 1-1, sekaligus memupus harapan PSAB melaju ke babak perempat final Piala Soeratin 2024. Laga yang seharusnya sudah berakhir pada menit ke-90, terus berlanjut tanpa henti sebelum Duta FC membalas gol.
Hal itu bisa dilihat, begitu kick-off dimulai lagi dan bola ditendang oleh pemain PSAB, wasit langsung meniup pluit tanda berakhirnya pertandingan yang dilanjutkan dengan adu penalti dan dimenangkan Duta FC dengan skor 6-7.
Gol balasan Duta FC yang terjadi pada menit ke-95 dan pluit berbunyi pada menit ke-96, menandakan pertandingan baru berakhir, jika Duta FC sudah menyamakan kedudukan. Apalagi, PSAB tidak bisa melancarkan serangan, karena area Duta FC tergenang air, tanpa ada upaya dikeringkan atau lainnya. Jika tidak juga terjadi gol balasan, bisa sampai menit 100+, dengan dalih ada insiden yang menyebabkan laga sempat terhenti beberapa saat.
Pelatih PSAB U-17 Aceh Besar yang dihubungi melalui WA menyatakan dengan singkat: “Kita nggak kalah hari ini, cuma rezeki aja yang tidak ada buat kita hari ini.” Pelatih satu ini yang telah berusaha membentuk timnya dari nol, tidak bisa berbuat apa-apa melihat hasil akhir pertandingan, lagi-lagi dirampok wasit sama seperti menghadapi Persija Muda Jakarta pada babak penyisihan.
Sepakbola, lagi-lagi diwarnai kontroversi wasit, bukan hanya tingkat nasional, tetapi juga internasional. Seperti baru-baru ini, gol balasan Laos berawal dari bola sudah keluar sisi lapangan, tetapi wasit asal Jepang tetap mengesahkannya. Parahnya lagi, para pemain muda yang berlaga di Piala Soeratin, berlaga dengan kondisi stadion seperti laga tarkam, bukan bertaraf nasional, seperti namanya, Piala Soeratin Nasional.
Lapangan Seperti Laga Tarkam
Hujan yang mengguyur Surakarta, Solo, Jawa Tengah pada Sabtu (14/12/2024) pagi ikut menggenangi area Lapangan Sriwaru, Surakarta pada Sabtu (14/12/2024) pagi. Jelang paruh babak kedua, area lapangan sisi Duta FC digenangi air, sehingga menyulitkan para pemain PSAB melakukan serangan.
Dari pantauan di PSSI TV, tidak ada upaya dari pihak panitia untuk menutupi area tergenang air atau mengeringkan terlebih dahulu, agar laga dapat berjalan lancar. Praktis dengan kondisi itu, para pemain PSAB tidak bisa memaksakan diri melakukan serangan ke Duta FC seperti awal-awal babak kedua.
Kondisi lapangan yang tidak standar di Surakarta digunakan untuk perhelatan berskala nasional, karena yang digunakan seperti laga tarkam. Padahal, para pemain sudah memperkirakan dapat bermain di stadion yang megah, bertaraf nasional, sehingga permainan dapat berkembang.
PSSI sebagai penyelenggara sepakbola remaja itu harus memperbaiki kondisi ini pada even Piala Soeratin berikutnya, sehingga kenyamanan dalam bermain didapat para pemain. Tidak seperti saat ini, ketika hujan turun, maka pemain tidak dapat mengembangkan permainannya, seperti laga PSAB Aceh Besar vs Duta FC.
Dalam hal ini, pihak yang dirugikan tentunya PSAB yang tidak bisa mengatur serangan lagi ke Duta FC, sebaliknya pemain Banten itu tetap aman mengalirkan bola ke area pertahanan PSAB. Piala Soeratin dengan tujuan mencari pemain muda berbakat, sudah seharusnya mendapat perhatian di semua lini, khususnya stadion, tempat para pemain muda dari seluruh Indonesia berlaga.(Muh)