Kabarnanggroe.com, Aceh Besar — Dayah Insan Qur’ani Aceh Besar kembali menggelar ajang tahunan Competition of Religion, Art, Science, and Education (CLASSIC) ke-X di kompleks dayah tersebut, Gampong Aneuk Batee, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar. Kegiatan yang menggabungkan unsur keagamaan, seni, sains, dan pendidikan ini berlangsung selama empat hari, mulai 11 hingga 15 Oktober 2025.
Sebanyak 1.012 peserta dari berbagai jenjang pendidikan turut ambil bagian dalam kompetisi tersebut. Mereka datang dari berbagai daerah di Provinsi Aceh. Para peserta memperebutkan sejumlah piala bergilir, di antaranya Piala Juara Umum Kepala Baitul Mal Aceh untuk tingkat SD/MI, Piala Kakanwil Kemenag Aceh untuk tingkat SMP/MTs, serta Piala Dinas Pendidikan Dayah Aceh untuk tingkat SMA/MA.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, Dr. H. Muntasyir, S.Ag., M.A., yang hadir mewakili Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh.
Dalam sambutannya, Dr. Muntasyir menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap inisiatif para santri Dayah Insan Qur’ani yang secara konsisten menyelenggarakan kegiatan edukatif dan inspiratif bagi pelajar se-Aceh.
“Kami berharap even ini dapat menjadi wadah silaturahmi antara santri, siswa, guru, dan lembaga pendidikan se-Aceh. Ini momentum penting untuk saling bertukar pengalaman dan motivasi agar tumbuh semangat menjadi yang terbaik,” ujar Muntasyir dalam sambutannya.
Ia menilai, kegiatan seperti CLASSIC bukan hanya menumbuhkan minat dan bakat para santri, tetapi juga menjadi ruang lahirnya ide-ide kreatif dan inovatif yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di Aceh.
“Dalam tiga tahun ke depan, sejumlah ajang nasional seperti STQH, MTQ, MQK, dan Pospenas akan digelar. Kita berharap, event CLASSIC ini dapat menjadi wadah persiapan yang melahirkan santri berprestasi di tingkat nasional,” tambahnya.
Muntasyir juga menegaskan bahwa pendidikan pesantren, baik terpadu maupun tradisional, kini telah diakui secara resmi oleh Kementerian Agama RI, sehingga para santri tidak perlu khawatir terhadap legalitas ijazah mereka.
“Santri kini telah menunjukkan kiprahnya dalam membangun bangsa, mengambil peran di berbagai sektor strategis. Tidak hanya sebagai guru agama atau khatib, tetapi juga di pemerintahan, dunia usaha, dan lembaga sosial,” ujarnya.
Ia menambahkan, santri harus terus menjadi garda terdepan dalam menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan, memperkuat moderasi beragama, dan berperan aktif dalam menjaga harmoni sosial di tengah masyarakat.
Sementara itu, Pimpinan Dayah Insan Qur’ani, Ust. H. Muzakkir Zulkifli, S. Ag, menjelaskan bahwa CLASSIC merupakan program tahunan yang digagas oleh Organisasi Santri Dayah Insan Qur’ani (OSDIQ) dan sejak awal penyelenggaraannya tidak pernah memungut biaya pendaftaran.
“Kebijakan ini menjadi bentuk edukasi bagi panitia agar memahami nilai keikhlasan dan kemandirian dalam bekerja. Santri harus berjiwa memberi, meskipun pemberiannya tidak selalu berupa materi,” ungkap Muzakkir.
Menurutnya, semangat gotong royong menjadi kekuatan utama dalam pelaksanaan kegiatan ini. CLASSIC terlaksana berkat kontribusi bersama wali santri, alumni, serta dukungan berbagai pihak dan donatur.
“Seperti halnya pesepak bola profesional yang tak mau duduk di bangku cadangan, para peserta juga harus tampil all out dalam setiap perlombaan. Kesempatan mewakili sekolah tak datang dua kali,” ujarnya.
Muzakkir juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia dan dewan guru Dayah Insan Qur’ani yang telah bekerja keras menyukseskan kegiatan tersebut. Ia menyebut, antusiasme peserta terus meningkat setiap tahun, bahkan kini telah menjangkau peserta dari luar Aceh.
Hadir dalam pembukaan CLASSIC sejumlah tokoh penting di Provinsi Aceh, di antaranya Kakanwil Kemenag Aceh (diwakili Kabid PD Pontren Dr. Muntasyir), Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Kepala Baitul Mal Aceh, pengurus YPUQ Aneuk Batee, Muspika Kecamatan Suka Makmur, dan tokoh masyarakat mukim Aneuk Batee.(Herman/*)