Kabarnanggroe.com, Kota Jantho – Melihat lebih dekat proses membatik para perajin binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Aceh Besar di Gedung Workshop sentra Kerajinan Industri Kecil Samahani, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar, Jumat (12/01/2024).
Batik adalah seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan. Batik merupakan salah satu bentuk seni kuno yang populer di Indonesia. Kain batik bahkan menjadi kain tradisional asal Indonesia yang telah mendunia dan diakui oleh banyak negara.
Nuratun Afifah (30) salah satu perajin Malaka Batik, menjelaskan, dipermukaan kain putih itu, terdapat garis-garis dari pensil membentuk motif bungan dan garis dengan titik-titik. Karena menggambar motif batik menggunakan pensil di atas kain jadi tahap awal dari proses panjang pembuatan batik.

“Untuk memudahkan, biasanya menggunakan teknik menjiplak gambar dari satu motif yang sama, setelah itu baru dicanting,” jelasnya Adeliya
Selanjutnya, tahapan mencanting yang merupakan proses kedua yang menggunakan lilin panas. Untuk mencanting, lilin memang harus dipanaskan selama beberapa saat hingga berubah menjadi warna coklat. Alat canting yang digunakan umumnya terbuat dari kayu bambu dan besi.
“Nanti lilin panas dimasukkan ke dalam canting untuk menimpa garis-garis motif di kain yang telah digambar dan lilinnya itu harus selalu dimasak sepanjang proses, supaya lilin tidak mengeras,” ungkapnya.
Nuratun Afifah menyebut mencanting merupakan tahapan paling susah dalam membuat kain batik. “Yang paling susah itu pada proses mencanting, karena disitu sangat dibutuhkan kesabaran,” sebutnya.
Setelah semua tahapan mencanting selesai, kain dicelupkan ke dalam pewarna. Pemilihan pewarna disesuaikan dengan warna latar belakang yang dipilih oleh pembuat batik.

“Misalnya, menginginkan layar belakang berwarna coklat, maka ia mencelukan kain ke dalam pewarna tekstil coklat dan setelah proses pewarnaan, kain batik lalu dianginkan sampai kering,” paparnya.
Ia menyebutkan, ada enam motif batik khas Aceh Besar yang dihasilkan para perajin di rumah Malaka batik. “Enam motif batik khas Aceh Besar, yaitu motif Oman, motif Solanda, motif Seulawah, motif Pucok Reubong, motif Pinto Aceh, dan motif Teudayah,” tuturnya.
Ia mengakui jika membatik membutuhkan waktu belajar yang cukup lama dan kesabaran tinggi. “Namun, ia menikmati proses tersebut lantaran menggemari aktivitas kerajinan tangan sejak lama,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Kegiatan membatik diakuinya bisa menjadi sumber penghasilan baru dari hal yang digemarinya.
“Alhamdulillah, dengan membatik bisa menambah penghasilan juga,” pungkas Nuratun Afifah. (Dj).