Peduli Budaya, 3 Tim Riset Siswa MAN 1 Aceh Besar Ikuti Seleksi Proposal OMI Riset Digitalisasi Ragam Hias Aceh

Kabarnanggroe.com, Aceh Besar — Tiga tim riset siswa MAN 1 Aceh Besar mengikuti tahap seleksi proposal dalam ajang Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Ketiga tim tersebut mengajukan proposal riset bertema pelestarian budaya Aceh melalui digitalisasi ragam hias rumah adat dan masjid bersejarah di Aceh Besar. OMI 2025 merupakan ajang perdana yang mengintegrasikan dua kompetisi sebelumnya, yakni Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Madrasah Young Researchers Supercamp (MYRES).

OMI dirancang untuk mengembangkan potensi akademik, riset, dan karakter siswa madrasah dengan mengusung nilai-nilai sains, Islam, dan teknologi digital. Dalam tahap awal ini, para peserta dari MAN 1 Aceh Besar sedang berkompetisi di tingkat proposal, sebelum nantinya dipilih tim yang berhak melanjutkan ke tahap riset dan presentasi nasional.

Tiga proposal yang diajukan terdiri dari: “Digitalisasi Ragam Hias Rumah Adat Aceh Lubuk Sukon Aceh Besar: Kajian Bentuk dan Pelestarian Budaya” oleh Wirda Aliya dan Salwa Ramadhani (kelas XII); “Digitalisasi Bentuk Ragam Hias Rumah Adat Aceh Besar sebagai Strategi Pelestarian Budaya Berbasis E-Katalog” oleh Intan Wahyuni, Nabila Khansa Najwa, dan Alya Maksumah (kelas X); serta “Kajian Bentuk Ragam Hias Masjid Tuha Indrapuri sebagai Upaya Pelestarian Budaya Berbasis Digitalisasi” oleh Aqila, Amiratul Nisa, dan Cahaya Atika Asry (kelas X).

Kepala MAN 1 Aceh Besar, Arjuna, S.Pd., M.Pd., menyampaikan apresiasi atas semangat para siswa dalam mengangkat tema budaya lokal. “Saya sangat bangga. Ini bukti bahwa siswa madrasah punya kepedulian terhadap pelestarian budaya daerah. Meskipun masih tahap seleksi proposal, saya berharap semangat mereka tetap terjaga hingga ke tahap-tahap berikutnya,” ujarnya penuh harap.

Pembimbing ketiga tim riset, Ansar Salihin, S.Sn., M.Sn., menjelaskan bahwa penyusunan proposal ini memakan waktu sekitar satu bulan. “Prosesnya cukup intensif. Siswa dibimbing mulai dari menentukan topik, melakukan studi literatur awal, hingga menyusun sistematika proposal. Mereka belajar banyak tentang budaya Aceh dan bagaimana mengemasnya secara ilmiah dan digital,” tutur Ansar.

Meskipun saat ini para siswa masih menunggu hasil seleksi proposal, keterlibatan mereka dalam tahap awal OMI ini merupakan langkah penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya melalui riset dan teknologi. Semangat dan kerja keras mereka menjadi modal awal untuk terus berkembang di dunia penelitian, baik di tingkat lokal maupun nasional.(Herman/*)