Menghidupkan ASTA PROTAS Dalam Irama Cinta Dan Data

Kabarnanggroe.com, Aceh, sebagai tanah yang diberkahi, tak hanya kaya akan adat, sejarah, dan syariat, tetapi juga menyimpan semangat yang tak pernah padam untuk terus memperbaiki dan memajukan pendidikan. Di bumi Serambi Mekkah ini, madrasah bukan sekadar lembaga pendidikan formal ia adalah rumah ilmu, iman, dan budaya.

Dalam semangat itulah, mulai 25 Juni hingga 11 Juli 2025, tim pengawas madrasah Provinsi Aceh berkeliling dari Tapak Tuan di selatan, melintasi Langsa di timur, Bireun di utara, menyejuk ke Takengon di dataran tinggi, dan berakhir di Banda Aceh. Tujuan utama perjalanan ini adalah untuk menyapa para pemangku kepentingan madrasah dan pengawas untuk mensosialisasikan Asta Protas delapan program prioritas Kementerian Agama sekaligus menyisipkan narasi baru tentang arah pembelajaran masa depan.

Asta Protas: Pilar Transformasi Madrasah

Asta Protas adalah delapan program prioritas Kementerian Agama yang menjadi fondasi reformasi birokrasi dan pelayanan umat. Di bidang pendidikan, Asta Protas menekankan pentingnya digitalisasi, penguatan moderasi beragama, serta revitalisasi peran guru dan pengawas. Maka sebagai pengawas, tugas kita tak lagi hanya mengawasi, tapi juga menginspirasi, menyemangati, dan menjadi sahabat perubahan di madrasah.

Namun Asta Protas tidak akan hidup bila hanya dibacakan dalam forum formal. Ia harus dijahitkan dalam konteks local dalam bahasa yang dipahami hati, bukan sekadar telinga. Di Aceh, di mana agama dan adat menyatu, pendekatan ini menemukan relevansinya.

Kurikulum Berbasis Cinta: Pendidikan yang Menghidupkan Jiwa

Dalam setiap pertemuan, kami mengajak guru dan kepala madrasah untuk memaknai kurikulum bukan semata-mata sebagai dokumen formal. Kita perlu menghidupkan kurikulum berbasis cinta yakni pendidikan yang membentuk karakter, membangkitkan semangat belajar, dan menanamkan kasih dalam proses mengajar. Cinta kepada ilmu, kepada murid, kepada Tuhan, dan kepada semesta.

Pendidikan semacam ini bukan hanya menumbuhkan pengetahuan, tapi juga welas asih dan kearifan. Inilah yang akan menjadikan madrasah tidak hanya kompeten secara akademik, tapi juga hangat secara spiritual dan sosial.

Deep Learning dan Perubahan Iklim: Menyambut Masa Depan dengan Kesadaran

Era digital dan krisis iklim menuntut madrasah untuk memperbarui pendekatan belajar. Deep learning, atau pembelajaran mendalam, adalah strategi yang mendorong siswa berpikir kritis, kolaboratif, dan reflektif. Kita tidak lagi cukup dengan hafalan. Anak-anak kita harus dilatih mengaitkan ilmu dengan realitas.

Salah satu realitas terbesar saat ini adalah perubahan iklim. Maka pendidikan madrasah harus mengajarkan kecintaan kepada alam, kesadaran terhadap krisis lingkungan, dan aksi nyata dari level paling dasar. Menanam pohon, mengurangi sampah plastik, memahami ayat-ayat kauniyah semua ini adalah bagian dari jihad intelektual dan spiritual.

Perencanaan Berbasis Data dan Penilaian Digital Kepala Madrasah

Reformasi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari data. Kita tidak bisa lagi berjalan dengan intuisi semata. Maka perencanaan madrasah harus berbasis pada data yang valid dan terukur. Inilah fondasi utama untuk pengambilan kebijakan yang berpihak pada murid dan guru.

Selain itu, penilaian kinerja kepala madrasah juga harus bertransformasi. Penilaian kinerja kepala madrasah model penilaian digital/online berbasis instrumen yang objektif, partisipatif, dan transparan. Hal ini bukan untuk menghakimi, tapi untuk tumbuh bersama. Teknologi harus menjadi alat pemerdekaan, bukan pengekang birokrasi.

Menutup dengan Harapan

Perjalanan dari Tapak Tuan hingga Banda Aceh bukanlah sekadar tugas kedinasan. Ia adalah ziarah batin dan panggilan tanggung jawab. Kami percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari obrolan kecil yang jujur, dari pertemuan yang hangat, dari semangat gotong royong, dan dari harapan yang tak pernah padam.

Aceh punya semua itu. Dan madrasah adalah jantungnya. Mari kita teguhkan langkah, hidupkan Asta Protas dalam budaya kita, dan jadikan madrasah sebagai tempat lahirnya generasi cinta, sadar lingkungan, dan cerdas digital.

narasumber Dr. Juanda, SE, MM (Pengawas Madrasah)