Di Balik Rak Buku, Ada Ilmu yang Tak Semua Orang Pahami

Salsabila Husna -- Mahasiswi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Salsabila Husna

Kabarnanggroe.com, Banyak orang masih punya pandangan yang sempit tentang jurusan Ilmu Perpustakaan. Saat mendengar namanya, yang terlintas di benak mereka hanyalah tumpukan buku, ruangan sunyi, dan penjaga yang selalu menyuruh orang berbicara pelan. Padahal, di balik rak-rak buku yang tampak sederhana itu, tersimpan ilmu yang tidak semua orang pahami. Ilmu yang membentuk pondasi penting bagi keberlangsungan literasi dan pengetahuan manusia. Ironisnya, justru jurusan yang menjadi penjaga pengetahuan ini sering kali diremehkan, seolah tidak punya masa depan yang cerah.

Banyak mahasiswa Ilmu Perpustakaan mungkin pernah mendapat pertanyaan klasik seperti, “Emang ada jurusan Ilmu Perpustakaan?” atau “Emang ngapain sih di jurusan itu? ” Kalimatkalimat itu mungkin terdengar ringan, tapi menyisakan rasa kecewa bagi mereka yang tahu betapa luas dan pentingnya ilmu di baliknya. Karena sejatinya, Ilmu Perpustakaan tidak hanya berurusan dengan buku, tapi juga dengan pengelolaan informasi sesuatu yang menjadi inti dari peradaban modern.

Ilmu Perpustakaan mengajarkan bagaimana informasi dikumpulkan, diorganisasi, disimpan, dan disebarkan agar bisa digunakan secara efektif oleh masyarakat. Di era digital saat ini, tugas seorang pustakawan justru semakin kompleks. Mereka tidak hanya mengurus buku fisik, tetapi juga data digital, repositori ilmiah, hingga basis data online. Mereka belajar sistem pengkatalogan, metadata, manajemen arsip digital, literasi informasi, bahkan keamanan data. Artinya, mahasiswa Ilmu Perpustakaan sebenarnya sedang belajar menjadi pengelola informasi
profesional di tengah arus data yang tak terbendung.

Kalau dipikir-pikir, hampir semua bidang pekerjaan saat ini berurusan dengan informasi. Tapi, siapa yang benar-benar tahu cara mengelola informasi dengan baik? Di sinilah peran lulusan Ilmu Perpustakaan. Mereka memahami bagaimana menyeleksi sumber informasi yang valid, menyusun sistem klasifikasi agar data mudah diakses, serta mengajarkan masyarakat cara berpikir kritis terhadap informasi yang beredar. Jadi, di tengah maraknya berita palsu dan informasi menyesatkan, peran mereka justru makin dibutuhkan.

Namun, sayangnya masih banyak yang melihat jurusan ini dari permukaannya saja. Mungkin karena namanya “Ilmu Perpustakaan” orang jadi mengira isinya hanya tentang buku dan ruangan tenang. Padahal, di balik nama itu, tersimpan perpaduan antara ilmu manajemen, teknologi informasi, dan pendidikan. Mahasiswa jurusan ini dilatih berpikir sistematis, memahami perilaku pengguna informasi, serta menguasai berbagai alat digital untuk
memudahkan akses pengetahuan. Mereka tidak hanya menjaga buku, tapi menjaga agar ilmu tetap hidup dan bisa dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya.

Kalau ditanya mengapa jurusan ini sering diremehkan, jawabannya mungkin sederhana: karena masyarakat belum sepenuhnya memahami pentingnya akses informasi. Banyak orang baru sadar betapa berharganya pustakawan atau sistem informasi yang rapi saat mereka benar-benar membutuhkannya. Misalnya, ketika mencari arsip penting, referensi penelitian, atau data sejarah yang sulit ditemukan. Di saat itulah peran pustakawan terasa nyata mereka bukan sekadar penjaga rak, tapi penjaga pintu menuju pengetahuan.

Pustakawan modern juga tidak bisa dipisahkan dari kemajuan teknologi. Sekarang banyak perpustakaan yang beralih menjadi digital library, tempat di mana koleksi ilmiah bisa diakses kapan saja dan dari mana saja. Proses digitalisasi ini tentu bukan hal sederhana. Diperlukan keahlian dalam mengonversi data, membuat sistem pengelolaan koleksi digital, serta memastikan keamanan dan keaslian informasi. Semua itu adalah bagian dari kompetensi yang dipelajari di Ilmu Perpustakaan. Maka wajar saja jika jurusan ini seharusnya mendapat apresiasi lebih besar, karena mereka adalah penghubung antara manusia dan pengetahuan di era digital.

Selain itu, Ilmu Perpustakaan juga menanamkan nilai-nilai etika dan tanggung jawab sosial. Seorang pustakawan bukan hanya pekerja administratif, tapi juga pendidik. Mereka membantu masyarakat untuk melek literasi, memahami cara mencari informasi yang benar, serta menumbuhkan minat baca. Di tengah gempuran media sosial dan budaya instan, pustakawan berperan sebagai pengingat bahwa ilmu tidak datang dari sekadar melihat layar, tapi dari proses memahami, meneliti, dan membaca secara mendalam. Mereka adalah pejuang literasi yang bekerja dalam diam.

Bagi mahasiswa Ilmu Perpustakaan sendiri, belajar di jurusan ini bukan hanya soal mencari gelar, tapi juga soal membangun kesadaran. Bahwa menjadi penjaga ilmu adalah tanggung jawab besar. Bahwa di balik tugas mengelola koleksi, ada peran moral untuk memastikan bahwa setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap informasi yang benar dan bermanfaat.

Dan bahwa menjaga perpustakaan bukan berarti terkurung dalam kesunyian, tapi menjadi bagian dari gerakan besar melawan kebodohan dan disinformasi. Ketika dunia terus berubah dan teknologi semakin maju, mungkin akan ada yang berpikir bahwa perpustakaan tidak lagi dibutuhkan. Namun, justru di saat itulah Ilmu Perpustakaan
menunjukkan relevansinya. Karena semakin banyak informasi beredar, semakin besar pula kebutuhan akan orang-orang yang mampu menata dan memfilter informasi itu. Mesin pencari bisa memberi kita ribuan hasil, tapi hanya pustakawan yang tahu bagaimana menemukan informasi yang paling tepat dan kredibel. Mereka adalah jembatan antara data dan pemahaman, antara pengetahuan dan kebijaksanaan.

Jadi, bagi siapa pun yang masih memandang remeh jurusan Ilmu Perpustakaan, mungkin sudah saatnya membuka pikiran. Cobalah melihat lebih dalam, bukan hanya ke rak buku, tapi ke sistem dan ilmu di baliknya. Setiap katalog, setiap kode klasifikasi, dan setiap database yang rapi semuanya adalah hasil kerja dan pemikiran dari orang-orang yang mengabdikan diri pada dunia pengetahuan. Mereka bukan sekadar mahasiswa yang menjaga buku, tapi arsitek literasi yang memastikan ilmu tidak hilang ditelan zaman.

Pada akhirnya, Ilmu Perpustakaan adalah jurusan yang mengajarkan keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Kami belajar menghargai nilai sejarah dari buku-buku lama, tapi juga belajar beradaptasi dengan teknologi terbaru. Kami menjaga warisan ilmu masa lalu, sambil menyiapkan jalan bagi generasi masa depan agar bisa mengakses pengetahuan dengan lebih mudah. Di balik rak buku yang tampak biasa, ada dedikasi, kerja keras, dan idealisme yang tinggi.

Mungkin dunia tidak sering memuji pustakawan. Nama mereka jarang disebut di headline berita, dan pekerjaan mereka sering luput dari perhatian. Tapi tanpa mereka, banyak ilmu akan hilang, banyak pengetahuan akan sulit ditemukan, dan banyak orang akan tersesat di lautan informasi yang luas. Karena itu, sudah saatnya Ilmu Perpustakaan dihargai sebagaimana mestinya sebagai ilmu yang menjaga keberlanjutan pengetahuan manusia.

Email: salsabilahusnahusna@gmail.com